Langit masih begitu cerah pertanda sang surya masih betah bertahta, seperti enggan beranjak sebagai pemegang kendali. Seakan menantang siapa yang berani mengalahkan. Hingga akhirnya datang sang waktu. Memaksa sang surya untuk pergi meninggalkan semburat jingga, yang memperkenalkan dirinya sebagai senja.
Pertanda hari kian beranjak, namun perempuan berperut buncit itu enggan meninggalkan tempatnya. Masih betah menatap para pemain bola amatiran, bergawangkan sandal yang saling beradu di bawah sana. Riuh canda, tawa mereka membuatnya ikut tersenyum. Seakan terhanyut akan raut polos milik mereka.
Pemandangan anak-anak komplek yang sedang bermain bola. Saling bekerjaran seakan tidak punya beban menjadi hiburan tersendiri untuk Karina. Setidaknya di saat begini Karina tidak merasa sendiri dan asing.
Dulu saat seusia mereka Karina juga begitu lepas dan bahagia. Tidak pernah berteman dengan luka dan kesepian seperti sekarang. Yang Karina tahu hanya bermain, bermanja menjadi sang putri dengan kehidupan yang begitu sempurna. Hingga semua berbalik saat Karina mulai memasuki masa transisi antara remaja dan dewasa.
"Aggrh.." ringis Karina setelah mendapat satu tendangan dari dalam sana. Sepertinya sang putra bergaduh di sana. Tak suka jika sang Ibu lebih memilih meratapi nasib, daripada pertandingan bola yang diinginkannya.
"Oke my boy, Mama gak mau nginget yang sedih-sedih lagi. Lanjut nonton bola kakak-kakaknya di sana. Biar nanti kalau kamu udah gede biar bisa main kayak kakak-kakak yang itu." ucap Karina sembari terkekeh sembari mengelus perutnya pelan.
Karina tak sadar jika sedari tadi tingkahnya diawasi laki-laki dengan setelan jas yang bersedekap di belakangnya. Ingin rasanya laki-laki itu berlari, mendekap sang pemilik tulang rusuknya yang hilang. Namun nyalinya terlalu ciut, Anggara tidak mau senyuman Karina luntur untuk sekarang.
"Ya, setidaknya untuk hari ini saja." gumam Anggara sembari melangkah menjauh, ketika mengetahui jika ada yang memantau gerak-geriknya. Padahal rencananya Anggara ingin terus berada di sana. Mengamati Karina dengan tingkah lucunya.
Perempuan berperut buncit itu menoleh, ketika mendengar suara langkah kaki yang menjauh. Sedikit mengerutkan kening melihat punggung calon mantan suaminya yang melangkah masuk ke dalam. Sedikit timbul pertanyaan dalam diri Karina, untuk apa Anggara berada di sini?
"Dek, itu Ayah kamu mau ke sini ya? Jelas gak mungkin kalau nyamperin Bunda kamu ini, secarakan dia gak tahu kalau Bundamu yang cantik ini di sini. Atau jangan-jangan Ayah mau ke balkon buat loncat ke bawah. Bunuh diri karena frustasi terlalu banyak punya istri. Tau gitu Bunda tadi gak ke sini biar niat baik Ayahmu terlaksa." ujar Karina ngawur membuat satu tendangan keras dari dalam perutnya membuat Karina terbahak. Anak yang berbakti pada Ayahnya, begitu pikir Karina.
Di sini Karina sendiri, teman bicaranya hanya janin dalam rahimnya. Memang terlihat sedikit gila, namun Karina bisa apa? Rumah ini memang memiliki banyak penghuni. Mulai dari suami, madu, dan para asisten rumah tangga. Namun Karina tak mau terlalu ambil resiko.
Bagi Karina mereka semua jahat, itu lebih baik daripada Karina menjadikan teman orang yang ternyata menjadi kubu bersebrangan dengannya. Ibu kandungnya saja bisa menghianatinya, apalagi orang lain?
Memang Karina memiliki ponsel, tapi percuma Anggara si manusia arogan itu sudah menyadapnya. Jadi Karina tidak bisa leluasa untuk berhubungan dengan Luna dan keluarganya. Karina takut Anggara benar-benar nekat melakukan misinya.
"Sabar, Dek. Satu bulan lagi. Semangat." tangan Karina mengepal ke arah langit menyemangati dirinya sendiri.
☘️☘️☘️☘️☘️
Perempuan berperut buncit itu memejamkan mata. Menghirup aroma jasmine yang terasa memabukan menembus indra penciumannya. Menghiraukan tatapan aneh yang dilayangkan perempuan dengan drees merah ketat di hadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/278288509-288-k841106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik yang Retak
غير روائيAkulah sang rintik Yang kau paksa retak Tentang Karina yang harus menelan pil pahit yaitu pernikahan kedua suaminya yang justru didalangi oleh Mega, Ibu kandung Karina sendiri. Seakan belum puas Mega terus saja melancarkan-melancarkan cara untuk men...