Part 19

15.4K 1.9K 324
                                        

Perempuan berperut buncit dengan rambut tergerai yang memakai dres selutut berwarna merah itu mulai menuruni tangga. Tidak masalah membuka hijabnya toh di rumah ini hanya ada keluarganya dan beberapa asisten rumah tangga perempuan.

Walau sedikit risih, mengingat jika selama ini tak pernah sekalipun Karina meninggalkan kamar tanpa penutup kepala. Namun Karina tetap berusaha menetralkan ekspresinya seakan tak terjadi apapun.

"Hai, Mas." sapa Karina begitu mendapati suaminya yang berada di anak tangga terakhir menatapnya dengan pandangan memuja.

"Sayang kamu?"

"Aku kenapa? Gak cocok ya?" lirih Karina dengan wajah menyendu membuat Anggara segera meraih dagu istri pertamanya itu.

"Cocok kok, cuma bingung aja tmben gak pakai jilbab. Tapi jujur kamu keliatan cantik banget dan em seksi." puji Anggara tulus membuat Karina tersenyum cerah.

"Kamu suka?" bisik Karina lirih pada telinga Anggara, bahkan perempuan hamil itu sengaja untuk meniup telinga suaminya, membuat Anggara menggeram tertahan.

Penampilan Karina begitu berbeda kali ini. Dres yang ketat pada bagian perut yang membuncit, rambut hitam lurus yang tergerai, wajah cantik alami tanpa riasan terlihat begitu cantik di mata Anggara. Belum lagi tingkah Karina yang begitu genit dan menggoda membuat sesuatu dalam diri Anggara bangkit. Ayolah, Anggara adalah laki-laki dewasa. Tentu perlu mendapat kepuasan batin bukan?

"Kok ngelamun sih." keluh Karina sembari mengerucutkan bibir. "Yaudah aku pergi ajalah daripada dicuekin gini." 

"Jangan pergi dong, Yang. Aku cuma kaget aja ngeliat kamu seagresif ini." 

Karina tersenyum malu-malu, lalu menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Anggara. Menggesek-gesekkan wajahnya pelan di sana seraya mengendus, menghirup rakus aroma milik suaminya. Membuat Anggara segera memeluk istri pertamanya, walau tak bisa erat mengingat perut Karina yang begitu membuncit.

"Malu." cicit Karina pelan

"Jangan malu, Yang. Sama suami sendiri inii hmmm. Apanya yang mau dimaluin? Bahkan seluruh jengkal tubuh kamu aja, aku hafal di luar kepala." 

Karina terdiam. Membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan Anggara. Hingga kemudian perempuan berperut buncit itu menjauhkan tubuh saat dirasa ada tubuh Anggara yang meresponnya secara berlebihan. Alarm dalam tubuh Karina berbunyi, seperti memperingati sang raga untuk segera menjeda. Mengurangi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

"Kenapa dilepas sih, Yang?"

"Dedek bayinya kegencet. Gitu aja kamu marah ih." gerutu Karina sembari mengerucutkan bibir dan menyilangkan tangannya di depan dada, terlihat begitu menggemaskan di mata Anggara. 

Anggara merutuki kebodohannya sendiri. Seandainya saja dirinya bisa memutar waktu. Tentu saja betapa beruntungnya seorang Anggara bisa menikmati pemandangan Karina yang seperti sekarang ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Sekarang yang Anggara bisa adalah mencoba meraih keyakinan Karina kembali dan menjelaskan semua kesalah pahaman yang semakin merunyam ini.

"Masss. Ngelamun lagi."

"Enggak ngelamun. Aku lagi menikmati pemandangan di hadapanku aja. Ngeliat perempuan cantik dengan ekspresi menggemaskan." aku Anggara membuat Karina tergelak.

"Gombal banget sih, udah mau jadi Ayah juga."

"Ih gapapa ya Dek? Kalau Ayah mesra-mesraan sama Bunda kamu?" ucap Anggara seraya mengelus pelan perut Karina, yang dihadiahi satu tendangan dari dalam sana.

"Tuh kan dedek bayinya setuju."

"Mas ih."

"Yang, jangan nunduk aku gak bisa liat wajah cantik kamu." 

Rintik yang RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang