TERIMAKASIH UNTUK YANG MASIH MEMBACA CERITA INI, TERIMAKASIH UNTUK HATE KOMENNYA JUGA. JADI UNTUK PARTY KITA MALAM INI, MARI RAYAKAN DENGAN MEMBACA SEKELUMIT KISAH YANG MUNGKIN KALIAN RINDUKAN. SELAMAT MEMBACA
~Rintik yang Retak~
Sejenak kuceritakan sepenggal kisah si patah dan kehilangan
Tentang si patah yang tersedu sedan menangisi retakan-retakan tubuhnya, sedangkan sang kehilangan hanya tersenyum tertahan
'Kamu tidak akan bisa tersenyum jika menjadi aku, lihatlah aku yang dulunya satu kini terkoyak berkeping' adu si patah.'Hai sang patah, bukankah kita sama-sama lambang kesakitan? Lalu mengapa kamu seolah mencari bagian kesakitan mana yang terdalam. Padahal suratan Tuhan begitu jelas, membuat takdir kita berjalan seiringan. Kamu dengan retakan-retakanmu yang menuntut dipersatukan dengan perekat, sedangkan aku harus dipaksa memilih kembali mengulang kesakitan atau berkenalan dengan ritme indah kematian'
~Karina~Rintik yang Retak~
"Bagaimana kalau seandainya aku bukan sosok yang baik, Rin?"
"Jangan mengkotak-kotakkan sesuatu." jeda Karina sebelum menghela nafas. "Bukankah Tuhan juga tidak pernah memberi sekat nyata untuk mengelompokkan umat-umatnya di dunia sebagai si putih atau si hitam? Lantas mengapa seolah kita sebagai manusia malah dengan kurang ajarnya mengibarkan bendera penilai untuk diri masing-masing."
Anggara memejamkan mata sejenak sebelum menatap manik Karina lurus. "Rin, aku... Merasa kotor. Aku merasa... Aku ini.."
"Bukan orang baik?" tebak Karina membuat Anggara mengangguk.
"Kamu tahu, Mas? Sejatinya tidak pernah ada manusia biasa yang seratus persen baik begitupun sebaliknya, karena pasti masih ada secerca kebaikan yang melekat pada si jahat dan ada setitik keburukan pada si baik. Tidak ada si hitam yang benar-benar hitam dan tidak ada si putih yang benar-benar putih, manusia itu abu-abu."
"Berarti semua manusia itu sama berwarna abu-abu? Lalu apa guna kebaikan dan keburukan jika tidak ada benang yang menjadi pembatas."
Perempuan berperut buncit itu sejenak terkekeh, sebelum mengubah ekspresinya menjadi raut sinis setelah beberapa detik. "Memang semua berwarna abu-abu, tapi jangan lupakan jika warna abu-abu itu bukan hanya satu. Abu-abu dibagi menjadi dua abu-abu cenderung hitam atau abu-abu cenderung putih." jeda Karina sebelum menaikkan satu alis. "Dark grey or light grey."
"Aku tidak mengerti."
Karina terbahak lalu menatap ke arah manik Anggara dengan begitu tajam "Jangan mencoba mengerti atau memahami sesuatu yang kamu bahkan tidak ketahui sama sekali, karena pemahamanmu hanya akan menjadi lelucon."
"Jangan membuat teka-teki, Sayang. Aku sulit memecahkan teori-teorimu yang begitu rumit."
"Jika kamu merasa ini begitu rumit, maka biarkan waktu yang membuka semuanya. Cukup kamu ingat bahwa semua yang berawal pasti berakhir dan siapa yang bermain api pasti terbakar."
Kejamnya sang takdir mengoyak hingga pangkal sisi kewarasan. Menolak sang takdirpun tak bisa, sedangkan mengikuti alur pun sama seperti memendam semua kesakitan hingga merambak liar merengkuh hati yang perlahan mati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik yang Retak
Non-FictionAkulah sang rintik Yang kau paksa retak Tentang Karina yang harus menelan pil pahit yaitu pernikahan kedua suaminya yang justru didalangi oleh Mega, Ibu kandung Karina sendiri. Seakan belum puas Mega terus saja melancarkan-melancarkan cara untuk men...