Chapter 30

4.3K 338 12
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku
Happy reading 🤗

Pikiran buruk itu terus menghantui Aurissa, bagaimana bisa kalau Eldern ternyata semengerikan itu, ia tidak bisa membayangkan seberapa hancurnya Alluna dulu, bahkan hanya dengan membayangkannya saja dia sudah merasa  tak berdaya.

Siapa sebenarnya Eldern, bagaimana masalalunya. Ia mengerti harusnya tak mengambil kesimpulan dari satu pihak, tapi untuk saat ini ia tak bisa menuntut penjelasan pada Eldern, jangankan itu bertemu dengannya saja sekarang ia tak ingin.

Satu pesan muncul pada aplikasi chatnya dari Aldi yang mengingatkan tetang jadwal bimbingan sore ini, saat ia hendak menutup layar HPnya pop up pesan muncul dari Eldern, tanpa dibaca ia langsung menghapus pesannya.

Aurissa tidak membencinya, dia hanya ingin berpikir jernih, ia tidak mau perkataan yang diucapkan saat sedang emosi akan membuatnya menyesal dikemudian hari.

Telepon berdering, dan itu ternyata Vidiocall dari Ben, Aurissa berusaha merapikan penampilannya agar kakaknya tak curiga.

"Hallo kakaku sayang, gimana nih honeymoonnya udah ada bibit keponakan baru gak buat aku?" Sapanya ceria.

"Hai Sa, lagi buat nih mau live streaming gak?" Godanya.

"Kak Beennn, ih jorok!"

"Kok jorok, katanya tadi nanyain calon keponakan, mau diliatin prosesnya malah bilang jorok."

"Ih kak Ben baru dua minggu nikah udah mesum." Aurissa mencebik.

"Iya dong, kan sekarang udah ada yang di mesuminnya."

"Iihhh Kak Zeliiinne kak Ben mesum."

Terdengar suara tertawa Zelline di belakang Ben.

"Kakak iparmu suka kok aku mesumin."

"Tuhan tolong kembalikan kakakku yang dulu."

"Yang perjaka maksudnya?" Balas Ben masih tertawa.

"Au ah gelap!"

Ben tertawa kencang karena berhasil membuat adiknya itu kesal.

"Sa mau dibawain oleh-oleh apa?"

Aurissa tampak berpikir. "Emhhh aku mau cokelat toblerone sama Keju aja deh."

"Itumah di Indonesia juga banyak."

"Tapikan beda kalau langsung dari Swiss."

"Jam Cuckoo mau gak?"

"Daripada jam Cuckoo mending sekalian aja beliin jam tangan."

"Itu minta oleh-oleh atau morotin."

"Hehe... Ponakan baru aja deh kalau gitu."

"On proses kalau itu."

"Kakak kapan pulang?"

"Semingguan lagi kayaknya, kenapa? Kangen ya?

"Ngarang."

Ben terdiam memerhatikan adiknya itu lama. "Sa kamu gak apa-apa, kok hidung kamu merah kaya abis nangis suara kamu juga sengau?"

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang