Chapter 23

6.1K 435 18
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗🤗
Happy reading

Tangan Aurissa dicekal keras dan langsung ditarik menjauh begitu dia keluar dari mobil.

"Lepas!" Ia meronta, lalu tangannya dihempas keras.

"Jauhi Eldern! Jangan pernah keganjenan buat deketin dia."

Here we go.

Inilah yang dia takutkan selama ini, dilabrak Alluna secara langsung dan menjadi tontonan orang-orang.

"Lun, ini gak seperti yang kamu duga!" Aurissa tak ingin terpancing emosi karena wanita didepannya terlihat benar-benar murka.

"Jauhi Eldern, di pacar gue dan gue calon istrinya, jadi jangan coba-coba rebut dia atau lo akan tau akibatnya!" Alluna sekali lagi mengancam.

Beberapa karyawan yang sedang memasuki kantor melirik dan mulai membuat desas-desus, tentu saja Alluna semakin mencuri perhatian dengan mini dress off shouldersnya yang tentu saja orang tak akan melewatkan kesempatan ini. Namun bukan itu yang di khawatirkan Aurissa, ia takut perseteruan yang belum terbukti kebenarannya tersebar ke area kantor dan jadi gosip tak sedap. Aurissa sangat gugup, dia belum pernah di tuduh seperti ini sebelumnya, namun ia juga merasa sangat bersalah dengan perasaannya pada Eldern juga sikap Eldern terhadapnya.

"Jangan gunain kakak lo buat deketin Eldern, jangan sok-sokan main adek kakakan padahal lo ada rasa sama dia." Teriaknya.

"Aku gak pernah pernah deketin kak Eldern!" Aurissa membela diri.

"Alah memangnya gue percaya, lo nginep di apartemen Eldern, lalu Eldern nginep di apartemen lo, itu apa namanya? Jangan karena Ben gak ada lo minta Eldern nemenin lo, lo jual tubuh lo hah, lo mau jadi jalangnya Eldern!"

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Alluna, Aurissa gak bisa diam saja dirinya dituduh seperti itu. Ia tidak menyangka seorang Alluna yang biasanya terlihat anggun dan mempesona bisa kehilangan kendali seperti saat ini.

"Cukup! Gue gak pernah menjual diri untuk siapapun!"

Alluna mengusap pipinya, lalu ia tersenyum sinis mengerikan, ia mendekati Aurissa lalu berbicara dengan suara pelan namun mengancam. "Lo pikir orang-orang dikantor gak tau kalau kemarin malam lo menginap diapartemen bos lo!"

Aurissa membeku.

"Sayang..." Alluna menghampiri Eldern yang entah sejak kapan sudah berada disana.

"Aurissa nampar aku, dia jahat banget El, padahal aku minta dia supaya jauhin kamu secara baik-baik." Alluna mengadu dengan air mata mencoba playing victim.

"Kak gak gitu kejadiannya." Aurissa ingin mencoba membela diri.

"Aurissa masuk!" Ucapnya tegas.

Merasa sakit hati dengan sikap Eldern, Aurissa masuk dengan mata berkaca-kaca dan hati yang tercabik-cabik.

"Kamu keterlaluan Luna!" Desis Eldern penuh amarah.

"El kamu jangan begini, dia yang nampar aku, aku begini karena takut kehilangan kamu."

"Tapi kamu gak perlu sampai sampai sejauh ini, aku sejak tadi sudah disini dan melihat apa yang kamu lakukan." Ucapnya sama tajam.

Eldern melirik Aurissa yang sudah menjauh berjalan bersama Sarah, punggung ringkih kecil itu ingin sekali ia berlari untuk memeluknya, tapi tangannya di tahan oleh Alluna, lagipula tidak mungkin melakukan itu disini.

"El kamu pacar aku, harusnya kamu belain aku bukan dia." Balas Alluna tak terima menyentuh wajah Eldern agar berpaling dari Aurissa.

"Ayo, aku antar kamu pulang." Tegas dan tak terbantahkan, tak ingin jadi tontonan lebih lama para karyawannya.

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang