Chapter 12

5.9K 428 1
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗
Happy reading

Sabtu sore kosan Aurissa sudah terlihat lengang, barang-barangnya sudah dipacking ke dalam koper dan kardus, walaupun hanya sekedar kos-kosan tapi rumah minimalis yang ditinggalinya sungguh sangat nyaman, dia menatanya sedemikian rupa dengan pernak-pernik dan aksesories yang ia beli maupun dibelikan Ben dan mamanya, sehingga tak heran jika barangnya setelah dipacking bisa sampai dua koper besar dan beberapa dus ukuran sedang.

"Barang lo banyak banget Uris gila gue sampe lupa barang yang tadi gue packing masuk ke dus mana aja." Gerutu Retha menyeka keringatnya sambil berselonjor kaki di lantai setelah mengepak boneka-boneka Aurissa.

"Padahal semalam udah dibantuin sama Kevin sebagian."

"Yang gak kepakenya mau dikemanain?"

"Mau disumbangin Reth, tadi pagi udah gue pilihin sama Kak Ben yang masih layak yang mana aja." Jawabnya seraya memberikan kipas angin portable pada Retha yang kepanasan.

"Yang dua dus di pojok itu ya?" Tunjuk Retha pada dua dus besar yang disimpan terpisah dari dus lainnya.

"He'em, masih pada bagus kok kebanyakan baju endorsean gue yang udah lama dan hanya gue pake beberapa kali aja." Aurissa ikut duduk disebelah Retha.

"Barang-barang dari Bara lo kemanain? lo buang?"

"Sebagian ia, sebagian lagi yang masih kepake gue satuin dalam dus yang dua itu." Tunjuk Aurissa dengan dagunya.

"Action cam, parfum sama jam tangan yang hadiah ulang tahun lho itu juga?"

"Parfum tinggal dikit lagi jadi gue buang, jam tangan gue masukin dus, kalo action cam diminta sama Ranti."

"Yah... lo kok kasih dia gue kan juga mau Uris, lumayan itu harganya dari pada harus nabung, ah elo mah." Rengek Retha.

"Mana gue tau kalo lo mau." Jawabnya tak acuh.

Ben dan Kevin yang dari tadi ngobrol di teras masuk. "Pada ngapain sih selonjoran di lantai gitu? Pada laper gak?"

"Laper kak Bennn." Jawab Retha langsung, memang sudah tak ada canggung lagi antara dia dan Ben, dia mengikrarkan kalau Ben adalah kakak laki-laki yang tak pernah dia miliki yang saat itu diprotes sama Aurissa.

"Mau makan disini atau kita makan diluar aja?"

"Di luar." Jawab Retha lagi.

"Lo bisa punya malu dikit gak sih Reth, yang adiknya siapa yang semangat siapa." Cibir Kevin pada Retha yang dibalas delikan tajam olehnya.

"Kalau mau makan diluar berarti kita harus masukin ini dulu ke mobil biar gak bolak-balik nantinya."

Menangguk setuju merekapun mulai mengangkut barang-barang Aurissa menuju mobil Ben, dan sebagian lagi masuk mobil Kevin.

"Kak Ben kapan beliin Uris mobil?" Tanya Retha begitu ia di bantu Ben mengangkat dus-dus punya Aurissa.

"Dianya gak mau, maunya motor!"

"Beliin aja Bang, gue penasaran pengen liat dia motoran." Sambung Kevin.

Merasa ada yang mendukung Aurissa unjuk bicara. "Setuju Vin, beliin dong kak atau kakak suruh mamah kirim motor aku yang di Bandung kesini."

"Gak!" Jawabnya tegas, "bisa digorok kakak sama papa mama kalau biarin kamu motoran lagi."

Wajah Aurissa kembali tertekuk, selalu seperti ini kalau ia membicarakan keinginannya mengendarai motor lagi, padahal apa salahnya kalau wanita pakai motor untuk mobilisasi? Gak papanya, gak mamanya, kak Ben sekarang malah ikut-ikutan.

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang