Chapter 18

5.3K 389 12
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku
Happy reading 🤗

Aurissa tertidur selama dua jam sekembalinya dari pesta, ia bahkan belum membersihkan diri, masih dengan gaun yang sama dan riasan yang masih menempel, dia mengecek HPnya yang ternyata lowbat, ia baru ingat kalau dompet kakaknya ada padanya, semoga saja kakaknya belum tidur, ia yakin pesta baru saja selesai.

Selepas membersihkan make up dan berganti pakaian tidur berupa kaos oversize dan celana pendek sepaha ia keluar menuju kamar Ben, namun langkahnya berhenti di tengah lorong saat ia melihat adegan tak jauh didepannya, seseorang yang sangat dikenalnya, seseorang yang tadi hampir melakukan hal itu pada dirinya tapi kini sedang melakukannya bersama orang lain. Ia melihat Eldern sedang berciuman dengan Alluna di depan pintu kamar.

Rasa sesak yang ia tahan sejak siang tadi, saat ini seakan meluap tak terkendali. Ia sadar harusnya tak berhak merasakan ini, apalagi mereka berdua memang sepasang kekasih. Namun, sungguh ia pun tak menyangka akan sesakit ini, menyaksikan pria yang disukainya sedang berciuman mesra di depan matanya bukan hal yang ingin ia lihat untuk saat ini atau kapanpun juga.

Air matanya perlahan menetes tanpa bisa ia cegah, otaknya memperingatkan agar ia segera pergi sebelum mereka menyadarinya namun dompet yang ia pegang jatuh, tidak terdengar keras memang, namun itu berhasil membuat dua sejoli itu berhenti dan berpaling kearahnya, hanya Eldern yang melihatnya karena Alluna tertutup badan tegapnya.

Secepat kilat Aurissa segera mengambil dompet itu berbalik dan berlari ketika sebuah suara memanggilnya, matanya terasa perih dan semakin buram, terdengar langkah kaki mengejar, membuat Aurissa semakin cepat pula berlari, melihat pintu kamar Axel yang terbuka ia langsung menghambur masuk tanpa permisi membuat si empunya kamar terlonjak kaget.

"Uris, kamu kenapa?" Tanyanya khawatir melihat Aurissa berlinang air mata. Aurissa tak mampu menjawab air matanya tak berhenti keluar, Axel memeluk Aurissa berusaha menenangkannya.

Tak lama terdengar suara ketuka dipintu, Aurissa mengangkat wajah menggeleng pada Axel, meminta Axel supaya jangan membukanya.

"Tenang oke? Sekarang kamu naik ke tempat tidur dan berbaring disana."

Axel membuka pintu setelah Aurissa tenggelam dalam selimut, ia berusaha membuat wajah seolah-seolah terganggu.

"Lo liat Aurissa?" Tanya Eldern dengan wajah kusut.

Axel menaikan sebelah alisnya, "Aurissa?"

"Ia tadi dia liat gue sama Luna dan... dia lari ke arah sini... tapi gue gak bisa nemuin dia." Eldern mengumpat pelan.

"Lo ngapain sama Luna?"

"Gak penting, lo liat Aurissa gak? Gue cek di kamarnya gak ada." Eldern menyugar rambutnya membuatnya berantakan, terlihat jelas kepanikan di wajahnya.

"Terus lo mau ngapain kalau udah ketemu Aurissa?"

"Gue.... mau..." Ia bingung harus mengatakan apa jika bertemu dengannya, namun ia harus bertemu dengannya kalau tidak, ia tidak akan bisa tidur malam ini. "Damn! lanjutin lagi kegiatan lo." Lanjutnya setelah melirik ke arah tempat tidur dan penampilan berantakan Axel.

Suara debuman pintu menjadi tanda ia telah meninggalakn kamar, membuat tangis Aurissa seketika pecah, membuat Axel langsung memeluknya merasa iba melihat gadis itu sudah jatuh dalam pesona sahabatnya.

***

Aurissa terbangun dengan kepala pening yang disebabkan oleh tangisnya semalam, bahkan ia sangat malu kalau harus bertemu dengan Axel setelah semalam ia menangis keras dalam pelukannya, bahkan lelaki itu harus merelakan kamarnya untuk ia tempati.

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang