Chapter 7

6.7K 529 13
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗
Happy reading

"Bara?"

Aurissa meminta Eldern untuk segera menurunkannya, ia terlalu kaget karena melihat Bara disini, sementara beberapa hari ini Bara tak pernah membalas pesan-pesannya.

"Hati-hati Sa." Eldern menurunkannya pelan dan membantunya berdiri, lalu melirik pada Bara, "kamu temannya?"

"Saya pacarnya!" Jawab Bara sinis.

Aurissa yang sedang memperhatikan keduanya sekilas melihat rahang Eldern mengeras seperti menahan sesuatu, namun hanya sebentar dan ketenangan kembali menguasainya.

Bara menyentak kasar tangan Aurissa dari Eldern, membuat gadis itu meringis merasakan tekanan di kakinya.

"Kalau kamu memang pacarnya bersikap lembutlah padanya, kaki dia terkilir." Eldern berusaha tenang dan kalem namun sarat akan intimidasi.

"Itu bukan urusan anda!" Jawab Bara dengan satu tangan terkepal disamping tubuhnya dan pegangannya semakin erat di tangan Aurissa.

Emosi masih menguasai Bara. "Bar udah," Aurissa mencoba menenangkan Bara merasa tidak enak pada Eldern, "Pak makasih banyak ya udah nolongin saya, maaf ngerepotin."

Eldern terdiam lama sebelum dia membalas ucapan Aurissa, Aurissa tak bisa membaca ekspressi wajah Eldern, terlalu tenang, tapi sorot matanya terlihat geram.

"Oke, jangan lupa nanti kamu kompres kaki kamu dan kasih salep juga perban, dan jangan dipake jalan dulu." Ucapan dan sorot matanya melembut.

Aurissa mengusap pelan tangan Bara yang masih terlihat emosi dan hal itu tak luput dari perhatian Eldern. "Iya, makasih Pak."

Eldern mulai berjalan meninggalkan mereka disana, tapi baru saja dua langkah dia kemudian berbalik lagi. "Ingat janji kamu Aurissa untuk jangan panggil saya Bapak lagi." Setelah mengatakan itu dia berlari dan menghilang berbaur dengan kerumunan orang-orang, Eldern sengaja melakukan itu untuk semakin memancing emosi bocah didepannya, yang entah mengapa langsung tak disukainya.

"Apa-apaan itu tadi?" tanya Bara penuh dengan emosi.

"Maksud kamu apa?"

"Ngapain kamu pake acara gendong-gendong segala?"

"Kaki aku terkilir Bar."

"Kamu ada hubungan apa sama dia?"

Bara benar-benar di kuasai emosi. "Maksud kamu?"

"Kamu sama dia? Kamu ada sesuatu sama dia sampai ketawa-tawa di gendongannya."

"Demi tuhan, aku gak ada apa-apa sama dia, dia itu Pak Eldern yang mengisi seminar tempo hari di fakultas aku, dia itu orang penting, kamu pikir aku gila bisa sampai ada sesuatu sama dia, dia itu murni hanya menolong aku Bar."

"Kamu itu terlalu naif Uris." Ucap Bara mendesis dan penuh penekanan.

"Aku gak ngerti kamu ngomong apa Bara, sekarang aku tanya kenapa kamu bisa ada disini?"

"Jangan mengalihkan topik Aurissa! Kenapa? kamu kaget ketauan lagi mesra-mesraan sama orang penting itu? Terus apa tadi katanya jangan panggil Bapak? Oh.. Sudah ganti panggilan sayang sekarang hah?!!!"

"Demi tuhan, kamu apa-apaan sih Bar, jangan asal nuduh ya kamu." Aurissa mulai kesal. "Asal kamu tau aku nunggu kabar kamu, aku nunggu kamu bales chat aku, aku ingin tau kamu udah pulang apa belum, dua hari lalu aku nelpon kamu tapi gak kamu angkat, kemarin aku chat kamu tapi kamu juga gak bales terus sekarang kamu muncul dan tiba-tiba nuduh aku yang enggak-enggak, mau kamu apasih Bar?"

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang