Chapter 14

5.6K 429 5
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗
Happy reading


Aurissa sedang berleha-leha diatas kasur saat terdengar bunyi bel seperti tidak sabaran, ketika ia membuka pintu, ada Eldern yang sudah berdiri dengan rapi berbalut jas dengan wangi yang menguar sampai hidung Aurissa, sedangkan sebaliknya Aurissa hanya mengenakan baju tidur one set yang sudah kusut masai.

"Kamu belum siap?"

Aurissa hanya mengernyit bingung karena merasa tak punya janji apapun dengan pria di depannya.

"Emang mau kemana?"

"Kamu sebagai karyawan harusnya tau kalau malam ini acara penting perusahaan."

Barulah Aurissa megerti apa maksud Eldern.

"Eh, sayakan udah bilang kemarin kalau saya gak mau ikut."

"Masa sih, saya lupa kamu bilang begitu."

"Ishh iya bener saya udah bilang kok kemarin."

"Bener nih gak mau ikut?"

"Iya..."

"Emang mau ngapain sih sendirian di apartement, mending ikut kakak." Eldern memaksa.

"Gak mau!"

"Bener gak akan nyesel?"

"Gak akan."

Eldern manggut-manggut mengerti. "Boleh masuk gak?"

"Ngapain?"

"Haus Sa, debat sama kamu bikin saya haus."

Dengan setengah hati Aurissa menyingkir dari pintu agar Eldern bisa lewat, dan setelah masuk Eldern malah duduk di sofa.

"Kok? Katanya haus?"

"Ambilin dong."

"Ish nyebelin banget."

Aurissa pergi ke dapur sambil menggerutu, sementara Eldern tersenyum senang telah berhasil mengusili adik sahabatnya itu. Setidaknya malam ini tidak terlalu suram meski ia harus menghadiri acara tanpa pendamping.

***

Aurissa berlari dengan tergesa-gesa di lobi kantor, salahkan ia karena kemarin dia harus pergi ke kampus atas perintah dosen Pembimbing Akademisnya membahas persiapan untuk memulai skripsi, lalu malamnya dia pergi ke Gramedia mencari tambahan buku untuk referensi, dan salahkan lagi karena ia mengunci kamar sehingga Ben tak bisa membangunkannya lebih pagi.

Oke semuanya memang salahnya sehingga dia harus telat pagi ini, ia berlari sekuat tenaga ketika melihat pintu lift yang akan segera tertutup.

"Tunggu!" Teriaknya.

Beruntung sebuah tangan menahan pintu lift itu sehingga ia berhasil masuk.

"Terimaka...sih." Dia mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan dan kaget siapa yang menahan pintu untuknya.

Eldern bersama dua orang yang sama-sama berpakaian rapi dengan jasnya dan satu orang perempuan, yang Aurissa tebak pasti mereka adalah atasan-atasan di kantornya.

"Kamu telat?" Tanya Eldern santai tapi tentu saja membuat Aurissa gugup dan malu ketahuan datang terlambat oleh atasan, ditambah lagi orang-orang di belakang Eldern yang memperhatikannya.

"I..ya Pak."

"Katanya kemarin mau tidur seharian, kok bisa telat, masih kurang tidurnya?"

Nih orang gak bisa apa pura-pura gak kenal dalam keadaan kaya gini, apa kata mereka nanti.

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang