Chapter 21

5.3K 436 21
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗🤗
Happy reading


Aurissa memasuki apartemen yang sangat mewah dengan design interior yang mencerminkan pemiliknya, sangat elegan bernuansa putih dan abu-abu dengan beberapa lukisan abstrak terpajang di dinding, hanya saja diantara lukisan-lukisan tersebut terpajang foto yang berbeda dari yang lainnya, foto yang menarik perhatian Aurissa, ialah foto Eldern yang ia tebak saat ia masih jadi mahasiswa, yang sedang duduk di atas motor vesva classic dengan eiffel tower sebagai backgroundnya, ia merasa Eldern terlihat beda difoto itu.

Aurissa memasuki apartemen yang sangat mewah dengan design interior yang mencerminkan pemiliknya, sangat elegan bernuansa putih dan abu-abu dengan beberapa lukisan abstrak terpajang di dinding, hanya saja diantara lukisan-lukisan tersebut terpajan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Duduk Sa, bentar ya kakak siapin kamarnya dulu." Suara Eldern menghentikan Aurissa yang sedang mengagumi apartemen mewah ini.

"Kak... aku gak akan nginep." Eldern tak mengindahkan.

"Gak ada bantahan, end of story."

Tak berselang lama Eldern keluar dari kamar yang akan di tempati Aurissa.

"Kamu mandi dulu, kakak sudah mengisi bathubnya dengan air hangat, kamu bisa sendiri kan? Atau perlu bantuan? Punggung kamu masih nyeri?"

Aurissa buru-buru menggeleng, tak ingin sampai tawaran Eldern terealisasi, "Enggak, aku bisa sendiri."

"Oke, kalau perlu sesuatu kakak ada dikamar mau mandi juga."

"Iya, makasih kak."

Eldern tersenyum membuat jantung Aurissa kian berdegup kencang, ia memangkas jarak mengusap rambut Aurissa pelan. "Jangan bikin saya khawatir ya, saya sungguh takut...." Ada jeda cukup lama tak jadi melanjutkan, hatinya masih gamang, "cepet mandi, airnya keburu dingin." Eldern tak bisa menyelesaikan ucapannya  ia merasa bingung dengan perasaannya saat ini.

Bathub itu telah penuh dengan air sabun beraroma Lavender, Aurissa menyukai aromanya namun tidak berlangsung lama, pikiran negatif langsung menyerbunya, apa ini wangi kesukaan Luna? Apa Luna sering menginap disini? Perasaan sesak kembali melandanya, ia merutuki dirinya kenapa begitu plin-plan, seharusnya ia lebih keras menolak, ia tak boleh mencintai Eldern dan berdekatan dengannya pun harusnya tak boleh.

Aurissa segera melepas pakaiannya, dan menenggelamkan diri dalam bathub berharap semua pikiran kacaunya bisa hilang dan pikirannya bisa jernih kembali, ia harus segera berhenti, tapi sungguh sulit sekali disaat Eldern berada disekitarnya, dan bersikap baik padanya.

'Dia baik karena menganggap kamu adik aja Ca, gak lebih' suara itu terus terngiang dikepala.

Setengah jam kemudian dia baru keluar dari kamar mandi, pakaian bersih sudah tersedia di atas kasur. Hanya saja saat ia mengenakannya ia tenggelam karena tshirt milik Eldern kebesaran untuk dirinya yang kecil begitupun dengan sweatpants yang kepanjangan dan pinggang yang kedodoran membuat ia harus menggulung juga memaksimakan tali pinggangnya agar tak melorot.

Ia mencari tas dan mengambil handphonenya, membalas pesan Retha yang bertanya tentang kondisinya namun diakhiri dengan rasa penasarannya dengan sikap Eldern. Saat ia hendak membalas pesan Retha ia mendengar suara berisik diluar, suara perempuan yang tidak asing ditelinganya, suara teriakan, terdengar seperti sangat marah.

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang