Chapter 28

5.2K 379 4
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku.
Happy reading 🤗

"Uriiiiissss..... Kangen."

Tak salah lagi suara teriakan melengking itu datang dari Retha, ia menubruk bukan memeluk membuat Aurissa terhunyung ke belakang.

"Reth... gila ya, malu kali diliatin orang." Gerutu Aurissa melepaskan diri dari pelukan Retha yang justru makin erat.

"Gak peduli, pokoknya gue seneng banget ketemu sama lo."

"Kaya gak ketemu berabad-abad aja."

Retha menggandeng Aurissa yang hari ini mengenakan jaket denim itu menuju kelas. "Salah sendiri kenapa gak datang ke Bandung."

Retha cemberut, "Gue juga sebel kenapa Dinar sakitnya harus hari itu, gak bisa di undur apa supaya gue bisa ke Bandung." Jawabnya sambil cemberut.

Retha diundang ke acara pernikahan Ben dan Zelline, tapi sayang sehari sebelum keberangakatannya Dinar kakaknya harus masuk rumah sakit karena DBD, orangtua Retha sedang ada diluar kota, jadi hanya Retha yang saat itu bisa diandalkan untuk menjaga Dinar.

"Tapi biarpun gue gak ikut, hot issuenya tetep sampai dong ke telinga gue."

Aurissa menatap Retha tak paham, lalu Retha mengeluarkan HPnya mengetik nama lalu menunjukannya pada Aurissa.

"Dari muka lo yang malu-malu monyet gue tau cewek yang ada di foto ini pasti elo, meskipun elo membelakangi kamera." Balasanya seraya tersenyum jahil. "So... udah officially nih sama Pak El?"

"Apaan sih..."

"Ayolah Ris.... Masa mau main rahasia-rahasiaan sama gue, gue mau minta PJ nih."

Aurissa tak tau apa statusnya dengan Eldern sekarang. Pacar? Eldern belum pernah  memintanya secara gamblang untuk menjadi pacar, lagipula ia merasa urusan dengan Alluna masih belum sepenuhnya tuntas. Jadi dia bingung harus menjawab pertanyaan Retha.

"Ret, lo udah dapat jadwal bimbingan sama Pak Haris?" Aurissa mencoba mengalihkan percakapan mereka.

"Udah besok siang, kalo lo?"

"Ughh... gue kebagian hari ini tapi jam lima dan kemungkinan beresnya malam, mana di rumahnya lagi, lo taukan rumahnya Pak Ridwan itu jauh banget dari kampus." Keluh Aurissa. "Hari ini Pak Ridwan gak ngampus dan besok pagi-pagi dia udah harus terbang lagi ke Surabaya ngisi seminar, balik senin, dari pada nunggu senin akhirnya kita semua sepakat buat ke rumahnya nanti sore, lumayankan ada empat hari bisa buat revisi, syukur-syukur bisa ngajuin bab selanjutnya." Cerocos Aurissa, syukurnya Retha sudah lupa topik sebelumnya.

"Pulangnya sama siapa, Bang Ben bukannya masih di Swiss, lagipula  Bang Benkan udah punya istri kasihan kalau harus antar jemput lo, mungkin lo butuh supir baru." Balas Retha sambil mengerling jahil.

"Siapa juga yang mau ngerepotin, dianya aja yang suka repotin diri sendiri, makanya gue minta motor gue dibalikin, eh tetep aja gak di bolehin."

Aurissa cemberut di bangkunya, sementara Retha geleng-geleng kepala.

"Sumpah sebel banget gue, padahal gue tuh udah mohon-mohon sama mama papa biar dibolehin pake motor lagi, tapi kayaknya sampe nangis darahpun gak di bolehin, padahalkan bisa lebih praktis kalo naik motor. Gue juga heran, gue tuh udah gede udah mau lulus kuliah malah, masih aja harus dijagain, kuliah aja suruh jagain Kevin, padahal Kevin siapa coba sodara bukan, segala di titip-titipin dasar mamah Bang Ben juga." Gerutu Aurissa.

"Yang ada makin gak di bolehin kali Ris, apalagi Bang Ben gak ada, siapa yang ngawasin lo, lagian neng cewek cantik naik motor malem-malem bahaya, kalau ada yang begal gimana?"

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang