Chapter 10

5.3K 432 6
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗
Happy reading


Hari ini adalah hari terakhir kerja Aurissa di kafe Orion, kemarin jadwal magangnya sudah keluar dan nama perusahaan tempatnya magang membuatnya sedikit risau. Aurissa sudah mengajukan surat resign dan langsung di acc mengingat dia hanya pekerja part time, enam bulan ia bekerja disana kafe Orion sudah menjadi tempat kedua yang paling sering ia datangi setelah kampus, ia merasa semua sudah seperti keluarga, makanya di hari terakhirnya ini dia mendapatkan sebuah kado perpisahan dari teman-temannya bahkan ia mendapatkan pesangon yang lumayan besar dari bossnya, alasannya karena selama ia bekerja di kafe Orion dia juga ikut mempromosikan kafe tersebut di akun sosial medianya.

"Uris, di tunggu sama kakak lo di meja depan." Dan beberapa temannya juga sudah kenal dengan Ben yang kerap kali menjemputnya.

"Aku pamit ya, aku pasti bakal kangen banget." Ucapan terakhirnya setelah heboh peluk-pelukan sebelumnya.

Aurissa segera keluar dari kitchen area membawa kado ditangan kanannya dan tas di tangan satunya, ia segera menghampiri Ben yang ternyata tak sendiri.

Orang yang pertama melihatnya adalah Zelline yang langsung bangkit dan memeluk Aurissa. "Hai... ade gue udah gede aja ternyata." Selalu seperti itu tiap mereka bertemu, Zelline yang sudah pacaran dengan Ben dari jaman mereka masih kuliah meski dihiasi drama putus nyambung nyatanya sangat dekat dengan Aurissa dan keluarganya.

Aurissa balas memeluk Zelline. "Mbak kapan balik dari Aussie?"

"Kemarin tapi jet lag, padahal cuma dari Aussi doang." Zelline menarik Aurissa untuk duduk disalah satu kursi di dekatnya, ia merasa canggung duduk bersama teman-teman Ben yang tentu saja ia tak mengenalnya dan mereka bukan orang-orang sembarangan.

"Udah semua?" Tanya Ben pada Aurissa yang dibaas anggukan olehnya.

"Bro kenalin adek gue, Aurissa."

"Sa dia namanya Reno dan ini tunangannya Gea."

"Aurissa," ia menjulurkan tangan menjabat uluran tangan Reno dan Gea yang pernah ditemuinya saat JakMar tempo hari. "Panggil aja Uris."

"Hai Uris gimana kaki kamu udah baikan?" Tanya Gea dengan senyum ramahnya.

"Udah Mbak, makasih waktu itu udah bantuin."

"Dan yang ini Axel Arios kamu pasti sering lihat dia di TV ataupun majalah." Lanjut Ben, yang langsung ditambahi oleh Reno.

"Dan dia adalah player sejati, si penakluk wanita, awas jangan terpedaya sama dia ya Uris." Ucap Reno penuh canda membuat Axel mendengus.

"Hei... jangan menakut-nakuti dia, bairkan dia yang menilai." Balas Axel dengan satu mata di kedipkan ketika menjabat tangan Aurissa.

"Hai Uris, gue Axel, kita pernah ketemu disini tapi sayang waktu itu belum sempet kenalan." Aurissa mengangguk membenarkan.

"Ada satu lagi temen kakak tapi kamu udah tau juga jadi gak perlu kenalan lagi, kebetulan orangnya gak ada disini."

"Kamu udah pernah ketemu El Ris?" Reno bertanya merasa tertarik.

"Udah Mas," bahkan aku sempat menganiayanya di kamar Ben, tentu saja jawaban itu hanya ia ucapkan di dalam hati.

"Memang dia kemana?" Tanya Zelline, biasanya dia yang paling tepat waktu kalau kumpul-kumpul gini.

"Lagi jemput Alluna di bandara." Jawab Gea.

Alluna? Pacarnya?

Rasa tak nyaman langsung menyergap perasaan Aurissa, sebenarnya ada apa dengan dirinya?

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang