Chapter 32

7.6K 429 19
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku
Happy reading 🤗


"Sa, ikut kakak..."

Melihat kepanikan Eldern Aurissa secara sadar langsung mengikutinya ke kamar hendak berganti pakaian, ia tak sempat terpesona melihat betapa kekarnya tubuh Eldern, ia hanya fokus pada kekhawatiran diwajah kekasihnya itu.

"Ayo." Eldern menarik tangan Aurissa menggenggamnya keluar kamar.

"Ada apa kak? Kita mau kemana?"

"Apartemen Alluna," Eldern mengambil kunci mobil lalu menggandeng Aurissa keluar menuju lift.

"Ngapain, Alluna kenapa?" Eldern buru-buru memencet tombol lift menuju basement.

"Alluna kenapa kak?" Aurissa dengan tidak sabar kembali bertanya.

"Dia melakukan self injury.... lagi."

Aurissa terhenyak disamping Eldern, tanpa bertanya lagi ia mengikuti Eldern memasuki mobil, dengan gerakan cepat mobil itu keluar dari basement menuju jalan dan langsung melaju kencang membelah jalanan sore kota Jakarta.

"Sudah lama dia tidak melakukan ini, ini pasti ada pemicunya."

Aurissa terdiam cukup lama, hingga genggaman Eldern semakin mengerat di tangannya.

"Jangan berfikir macam-macam dulu, oke?"

Sesampainya di gedung Apartement Alluna, mereka langsung menaiki lift menuju lantai 23, saat pintunya terbuka, terdengar raungan dari dalam dengan seorang pria tengah menenangkan Alluna.

Aurissa mematung saat melihat darah berceceran dilantai, dengan Alluna yang terus memberontak berusaha melepaskan diri dari rengkuhan pria, "Axele?" Bisik Aurissa terkejut.

"Luna please, jangan lakuin itu!" Ia memohon.

Alluna meraung semakin kencang, dan berusaha mengais benda yang Axelle lemparkan, Eldern bergerak gesit melemparkan jauh-jauh benda tajam yang hampir diraih Alluna.

"Xel, apa yang terjadi?"

"Tolong telepon dokter Sabda El." Perintah Axele panik.

Tanpa diperintah dua kali Eldern langsung menelepon dokter yang selama ini menangani Alluna.

"Doker Sabda akan segera datang." Eldern mencoba mendekati Alluna, berusaha menenangkannya dan mengajaknya bicara.

"Lun... Hei, ini gue, kita semua ada disini untuk lo."

"Gue mau mati aja... Gue mau mati aja." Ucapnya lirih.

Pelan-pelan Axele mengambil silet dalam genggaman Alluna, luka-luka bersarang disana, mereka kecolongan, selama ini mereka sudah bekerja sama untuk menjauhkan benda-benda tajan seperti itu dari Alluna termasuk menyuruh managernya untuk terus mengawasi kegiatan wanita itu.

"Tenang ya Lun kita semua sayang sama lo."

"El...."

Akhirnya Aluna mulai tenang, meskipun ia masih menangis, Axelepun menggendongnya ke kamar.

"Sa... Bisa tolong ambilkan kotak P3K di dapur." Pinta Eldern pada Aurissa yang dari tadi berdiri kaku karena syok.

Seperti tersadar, Aurissa lalu bergegas mengambil apa yang di perintahkan kekasihnya dan membawanya ke kamar, saat ia masuk Alluna sedang memeluk Eldern, menangis dalam pelukan kekasihnya.

Axele mengambil P3K dari Aurissa, dan mulai mengobati gadis itu.

"Kenapa mereka datang lagi El." Ia bicara dengan suara tersendat-sendat.

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang