Chapter 27

6K 381 5
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗
Happy reading


Sinar matahari pagi menerobos jendela kamar Aurissa, sementara si Empunya kamar masih bergelung dalam selimut tebal nan hangat, sampai usapan lembut dan cubitan-cubitan kecil dipipinya perlahan membangunkan kesadarannya.

"Kak...??" Gadis itu kaget saat membuka mata yang pertama dilihatnya adalah Eldern.

"Pagi..." Sapa pria itu dengan senyum menawan.

"Kok pagi-pagi banget udah disini sih? Bukannya kakak nginep di hotel?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur. Ia mengusap seluruh mukanya berharap tak ada belek ataupun iler di wajahnya, astaga dia baru bangun tidur secantik apapun wanita bangun tidur tetap saja akan terlihat jelek.

"Kata siapa ini masih pagi, udah jam setengah sembilan matahari sudah tinggi, ayo bangun kakak bawain sarapan buat kamu."

Aurissa melirik meja nakas, ada roti dan susu cokelat disana.

"Masih ngantuk." Gumamnya, ia kembali menjatuhkan diri ke tempat tidur, tapi Eldern tak membiarkan itu, ia menarik tangan Aurissa membuatnya terduduk lagi.

"Ayo bangun, saya mau ngajak kamu ke suatu tempat."

"Kemana?" Tanyanya dengan mata setengah terpejam, membuat pria didepannya terlihat menahan sesuatu.

"Makanya ayo bangun, nanti juga kamu tau."

Dengan terpaksa dan langkah gontai ia bangun lalu berjalan menuju kamar mandi.

"Pakai celana jeans dan jaket ya." Terdengar teriakan Eldern sebelum akhirnya ia menutup pintu.

Satu jam lebih Aurissa membutuhkan waktu untuk bersiap, saat turun ia melihat Eldern sedang berbincang dengan Mamanya di ruang tengah.

"Wah kalian serasi sekali, kompakan nih hitam-hitam." Kata sang Mama begitu melihat outfit Aurissa.

"Kok bisa sama ya." Gumam Aurissa baru sadar kalau warna pakaian dan stylenya mirip dengan yang dipakai Eldern.

Aurissa mengenakan jaket hitam, celana denim dan sepatu boot hitam, begitu juga eldern.

"Sepertinya kalian jodoh." Mamanya tertawa pelan.

"Mama kapan pulang?"

"Tadi pagi, sana gih berangkat mumpung cuaca lagi bagus."

Setelah pamit mereka segera berangkat tanpa Aurissa tau tujuannya, dan ternyata Eldern mengendarai motor besarnya, itulah kenapa ia menyuruh Aurissa berpenampilan sporty, tapi yang sedikit membingungkan Aurissa adalah kenapa motor Eldern bisa ada di Bandung? ini motor yang samakan?

"Kita mau kemana kak?" Tanyanya penasaran karena ia tidak tau sama sekali kemana tujuan mereka.

Eldern menjawab sembari memasangkan helm pada gadis berkaki jenjang di depannya. "Nanti kamu juga tau."

"Kakak mau culik aku ya?"

Eldern tertawa nyaring yang membuat deretan gigi rapinya kelihatan.

"Kalau saya mau culik kamu ngapain pamitan segala."

Aurissa naik keatas motor Eldern. "Habisnya main rahasia-rahasiaan!"

"Udah?" Aurissa mengangguk. "Tangannya mana?" Tanya Eldern saat mereka berdua sudah duduk diatas motor.

Aurissa mengulurkan tangan kanannya, Eldern dengan sigap menempatkan di perutnya, dan meminta tangan satunya. "Pegangan yang erat perjalanan jauh."

Aurissa memutar mata sebal karena Eldern malah main rahasia-rahasiaan dengannya, tapi tak ayal gadis itu menurut memeluk Eldern erat, siap untuk pergi kemanapun, "Berangkaaaat."

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang