Chapter 22

5.7K 409 26
                                    

Satu ⭐ darimu sangat berarti untukku 🤗
Happy reading

Ada dua belas panggilan tak terjawab dan setumpuk pesan yang tak ingin Aurissa buka, dalam waktu tak lebih dari setengah jam, ia yakin kalau pemilik apartemen itu baru saja bangun dan menyadari kalau Aurissa tak ada di unitnya.

Aurissa pulang tadi pagi berbarengan dengan petugas kebersihan yang datang untuk membereskan apartemen Eldern, kesempatan itu langsung ia gunakan untuk kabur sebelum si empunya bangun.

Musik Le Serafim kembali mengalun dari HPnya pertanda telepon masuk dan masih dari orang yang sama, ia pun kembali mengabaikan melanjutkan tugasnya menyusun bahan skripsi setelah judul yang ia ajukan akhirnya di Acc dosen pembimbingnya minggu lalu, harapannya setelah ia selesai magang di perusahaan milik Eldern yang tinggal beberapa minggu lagi ia akan mulai menulis bab satu skripsinya.

Sebuah pesan kembali masuk yang dapat dia lihat dari pop up dilayar HPnya dan kali ini berisi ancaman yang sepertinya tak main-main.

"Angkat! Atau aku akan mencarimu walau ke ujung dunia sekalipun!"

Tak lama musik Le Serafim kembali mengalun, setelah ia pikirkan akhirnya ia mengangkat telepon itu di dering terakhir.

"Kamu dimana?!" Suara gusar campur emosi mengalun dari seberang sana.

"....."

"Sa jawab, atau aku akan---"

"Di apartemen." Jawabnya cepat.

"Kenapa kamu pulang tanpa seijinku?"

'Apa hak dia melarang-larangnya pulang, memangnya dia siapa? pacar bukan suami juga bukan!' Cibirnya dalam hati.

Sebenarnya Aurissa bingung harus berbuat apa kalau nanti bertemu Eldern, setelah sesuatu yang terjadi semalam ia takut Eldern mengingat balasan ciuman Aurissa, ia sangat malu namun jika Eldern tak ingat ia justru merasa sakit hati, ciuman itu begitu intens dan.... Aaarrrrgggghhhh.

"Aku ada tugas kampus dan deadlinenya besok, iya tugas." Alasannya semoga saja Eldern mempercayainya.

"Dengan pergi membawa motorku di pagi buta!"

'Jadi dia menelepon berkali-kali karena aku membawa salah satu motornya, 'Iya sih yang ia bawa memang motor yang harganya gak main-main.

Saat hendak pulang ia melihat kunci motor tergeletak disofa, mungkin baru digunakan pemiliknya dan dilempar begitu saja kuncinya, tanpa pikir panjang ia langsung menyambar dan membawa kabur motornya, lagipula godaan itu terlalu berat untuk dia yag sudah lama tidak menunggangi motor besar, apalagi punya Eldern.

"Kalau itu masalahmu tenang saja, motormu mulus dan tidak kurang satu apapun." Gadis itu membalas ketus.

"Bukan itu masalahnya, aku gak peduli sama motornya terserah mau lecet atau hilang sekalipun, aku gak peduli, yang aku khawatirin itu kamu Sa, gimana kamu dengan gampangnya pulang pake  motor, kalau terjadi sesuatu lagi sama kamu gimana, kalau Ben sampe tau bisa murka, bisa di gorok aku sama dia karena membiarkan adik perempuannya mengendarai motor di pagi buta."

"Jadi bukan karena motornya?" Cicit Aurissa.

"Persetan sama motor!"

Yang gadis itu tak tau adalah betapa terkejutnya Eldern saat ia terbangun di kamar yang Aurissa tempati tetapi gadis itu sudah tak ada di apartemennya, apalagi saat chatnya tak ada satupun yang dibaca apalagi di balas dan tak ada satupun teleponnya yang diangkat.

Ia sudah akan pergi mencari Aurissa saat ia membuka laci tapi salah satu kunci motornya hilang, ia bertambah panik teringat ucapan Ben yang melarang gadis itu mengendarai motor.

Extraordinary You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang