Happy Reading
.
.
."Kak Abim?" Seru Akmal dan Zie yang juga mengenal Abim. Di sana juga sudah ada Juna yang baru selesai dari urusannya di kamar mandi.
"Na, jangan bilang Kak Abim ini kakak lo lagi" seru Zie.
"Kakak?" Seru Abim yang lalu menatap Jina. Apa lagi yang diucapkan Jina kepada teman-temannya itu.
"Hah? Eum..Iya, hehe, Kak Abim itu kakak gue" jawab Jina. "Hah?" Abim pun terkejut dengan ucapan Jina itu dan bingung dengan maksud nya. Athaya yang berada di sebelah Abim pun menyenggol lengan Abim dan memberikan sebuah kode melalui sorot matanya. Yang berarti agar Abim ikuti saja ucapan Jina.
"Wuiihhh," seru Zie dan Akmal bersamaan.
"Dunia emang bener-bener sempit ya" seru Akmal.
"Serius Na, Kak Abim kakak lo?" Tanya Zie lagi.
"Iya"
"Kenapa lo ga bilang dari dulu sih, Na. Padahal kan lo tau kalok gue suka sama Kak Abim" bisik Zie di samping Jina. Zie memang menyukai Abim saat Abim masih menjadi kakak kelasnya.
Jina hanya tersenyum masam.
"Na, gue balik duluan udah malem juga" seru Juna yang sudah membawa tasnya, entah kapan ia mengambil tasnya itu. "Lo berdua mau ikut balik ga?" Tambah Juna.
"Tungguin" Zie dan Akmal pun pergi ke arah taman belakang lagi untuk mengambil tasnya dan ikut pulang bersama dengan Juna.
"Kha li an thi dak i ngin i khut ma khan ma lam dhi si ni?" Seru Athaya kepada teman-teman Jina..
(Kalian tidak ingin ikut malam disini?)
"Ngga dulu, kak. Mungkin lain kali. Ini juga udah malem takut dicariin orang rumah" jawab Juna. Athaya pun hanya mengangguk paham.
"Jina gue balik dulu ya" seru Zie.
"Iya, makasih ya dan hati-hati" ujar Jina.
"Kak Abim, Kak Athaya, kita pulang dulu"
Keduanya hanya mengangguk. Zie, Akmal, dan juga Juna pergi dari rumah Jina. Di sana hanya menyisakan Jina, Abim, dan Athaya. Abim pun langsung melontarkan pertanyaan kepada Jina. Menanyai maksud dari ucapan Jina tadi.
"Maksud Lo apa tadi?" Tanya Abim.
"Dengerin dulu, Kak. Jina mohon sama Kak Abim pura-pura jadi kakak nya Jina ya didepan teman-teman Jina. Ini juga udah terlanjur" jelas Jina. Abim pun geram dengan Jina.
"Athaya itu kakak Lo, harusnya dia yang Lo kenalin sebagai kakak Lo bukannya gue"
"Ngga, dan ngga akan pernah"
"Na, lo-" ucapan Abim pun terpotong karena lengannya di tahan oleh Athaya dan memberi sebuah kode kepada Abim melalui gelengan kepalanya.
"Ya sudah, aku mau ke kamar. Dan tolong, beresin yang di meja belakang tadi ya" Jina pun langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Athaya dan Abim berdua di ruang tamu.
"Kenapa Lo diem aja sih, Tha. Jina itu udah keterlaluan sama Lo" omel Abim kepada Athaya.
"Bhi ark han sa jah A bim, a khu min ta sa ma kha mu bu at i khut in a jah a pha ya ng Jhi na kha ta khan"
(Biarkan saja Abim, aku minta sama kamu buat ikutin aja apa yang Jina katakan)
"Suatu hari dia akan menyesal di kemudian hari" ucap Abim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terakhir Kakak [END]
FanfictionApakah dengan adanya perbedaan akan membuat kerugian bagi siapapun? Di dunia ini kita hidup dengan adanya perbedaan. Tidak ada yang sempurna selain sang pencipta sendiri. Apa yang membuat kalian merasa malu? Apa yang membuat kalian merasa dirugikan...