Juna sudah berada di rumah Jina bersama dengan Akmal dan juga Zie. Juna pun menekan bel rumah Jina sembari memanggil-manggil namanya. Tak lama setelah itu, pintu rumah Jina pun di buka. Tapi yang ia dapati bukanlah Jina melainkan Vani, Bunda Jina.
"Kalian? Ada apa ya?" Tanya Bunda.
"Jina ada Tante?" Tanya Juna langsung.
"Dia belom pulang tuh, kan tadi dia bareng kamu" jawab Bunda.
"Berarti bener dong Jina di culik sama Rafasya?" Seru Zie dan membuat Bunda kebingungan.
"Maksud kamu apa Zie?"
Abim, Athaya dan juga Ayah pun keluar karena mendengar keributan di depan rumah.
"Ada apa Bun? Loh Jina kemana? Kok ga sama kalian?" Tanya Ayah yang mendapati ketiganya didepan rumah tanpa Jina.
"Jun, ada apa?" Tanya Abim pada Juna. Juna tampak bingung harus berkata apa.
"Jina, di culik Rafasya, Kak." jawab Akmal.
"APA?"
"Coba jelasin yang bener gimana ceritanya?" tanya Ayah.
"Kita ga tau Om, Juna yang tau semuanya." jawab Akmal lagi.
"Jun, jelasin ada apa?" Kini Abim yang bertanya. Juna sempat terdiam sejenak kemudian ia mengambil napas dan menceritakan semuanya.
"Ternyata Rafasya itu ga sebaik yang kita kira, dia punya niat jahat terutama ke Jina. Dia bahkan sekongkol sama Erick buat nyelakain Jina. Gue ga tau pasti apa sebabnya tapi tadi sebelum gue jemput Jina, gue sempet liat dia yang lagi ngomongin sesuatu sama Erick. Dan ternyata mereka lagi ngomongin rencana mereka buat nyulik Jina." jelas Juna.
"Ya ampun Jina. Mas, Jina gimana?" Bunda terlihat sangat cemas. Tidak hanya Bunda saja, tapi semua orang yang ada di sana pun juga ikut cemas.
"Tenang ya, semoga Jina ga kenapa-napa" ujar Ayah menenangkan Bunda.
"Sekarang kita cari Jina. Om, Tante, biar kita cari Jina ya. Kalian ga perlu khawatir. Dan lo Zie, Mal, lo berdua pergi ke kantor polisi ya." ujar Abim memimpin. Zie dan Akmal pun mengangguk.
"Baik kalau begitu. Nanti om akan minta bantuan sama teman om buat ngelacak lokasi Jina dimana."
"Iya om. Ayok Tha"
Athaya yang sedari tadi diam itu pun langsung ikut Abim. Kini, Abim, Athaya, dan Juna pergi dari rumah Jina untuk mencari keberadaan Jina. Akmal dan Zie juga sudah pergi dari rumah Jina untuk ke kantor polis, melaporkan kasus penculikan.
"Mas, aku takut Jina kenapa-napa." Bunda masih sangat cemas dan Ayah hanya bisa menenangkan Bunda agar tidak terlalu cemas.
"Kamu tenang ya, Jina pasti baik-baik aja. Nanti kita pergi menyusul setelah kita mendapatkan lokasinya ya"
Bunda hanya menganggukkan kepalanya.
💫💫💫
Rafasya mendobrak pintu ruangan itu dengan sekali tendangan membuat pintu itu terlepas kusennya. Orang-orang yang berada di luar itu sudah tersungkur ke lantai karena Rafasya yang menghajar mereka. Erick pun berpaling dan berjalan menghampiri Rafasya.
"Lepasin Jina" seru Rafasya.
"Kenapa lo? Setelah lo nyerahin Jina ke gue dan sekarang lo minta gue lepasin dia?"
"Gue tarik perjanjian sialan itu dan sekarang lo lepasin Jina"
"Ngga segampang itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terakhir Kakak [END]
FanfictionApakah dengan adanya perbedaan akan membuat kerugian bagi siapapun? Di dunia ini kita hidup dengan adanya perbedaan. Tidak ada yang sempurna selain sang pencipta sendiri. Apa yang membuat kalian merasa malu? Apa yang membuat kalian merasa dirugikan...