Athaya dan Abim sudah berada di rumah Ayah dan Bunda. Bunda yang sedang berada diluar sembari menyiram tanaman, terkejut melihat kehadiran Athaya. Bunda pun langsung mendekat ke arah Athaya dan menjatuhkan selang air begitu saja. Bunda pun memegangi wajah Athaya dengan mata yang berkaca-kaca yang berakhir jatuh ke pipi. Bunda memandangi Athaya dengan sangat lekat.
"Atha? Kamu apa kabar, Nak?" Tanya Bunda dengan nada yang terisak karena menangis.
"Ma af khan a khu Bhun da"
(Maafkan aku Bunda)
"Ngga sayang, ga pa pa. Yang penting sekarang kamu ada disini. Bunda kangen banget sama kamu, Nak" Bunda pun memeluk Athaya dengan sangat erat. Athaya pun membalasnya lebih erat lagi. Jujur, ia sangat merindukan pelukan Bunda.
"Kamu kemana aja, Nak?" Tanya Bunda lagi. Athaya bingung harus menjawabnya apa. Kalau ia bilang kalau dia kecelakaan, otomatis pasti Bunda akan terkejut dan cemas.
"Kecelakaan, Tante" ini Abim yang menjawab. Athaya yang mati-matian untuk tidak memberitahukannya kepada Bunda, tapi dia malah mengatakannya. Athaya pun menatap ke arah Abim memberikan kode dengan sorot matanya. Bertanda 'kenapa kamu bilang seperti itu?' Abim pun membalasnya dengan tatapan seakan memberikan isyarat kalau tidak apa-apa, Bunda harus tau.
"Maksud kamu apa, Abim?" Tanya Bunda bingung.
"Jadi, selama beberapa hari ini dia kecelakaan. Dia juga ga ada di hari kelulusan Jina karena dia ada di rumah sakit. Dan Athaya tidak memberi kita kabar karena ponselnya rusak" jelas Abim.
"Ya ampun sayang, bagaimana bisa? Apa yang luka, Nak?"
"Tangannya patah, Tan"
"Patah? Ya ampun, Nak."
"A khu ti dak a pha - a pha kok, Bhun. A khu ju ga su dah sem buh"
(Aku tidak apa-apa kok, Bun. Aku juga sudah sembuh)
"Ya sudah ayok masuk, Bunda akan memasak makanan kesukaanmu"
Bunda, Athaya, dan juga Abim pun masuk ke dalam rumah.
💫💫💫
Malam pun tiba, sementara acara di sekolah telah usai di selenggarakan. Kini semua sudah mulai berhamburan pulang. Acara itu juga tidak terlalu heboh. Hanya pesta-pesta biasa yang diisi dengan penampilan para adik kelas dan juga anak-anak kelas 12 ini yang juga ikut tampil.
Jina, Zie, Akmal dan juga Rafasya sudah berada di luar sekolah. Lebih tepatnya di parkiran.
"Gue anter pulang ya, Na" seru Rafasya pada Jina.
"Hah? T-tapi Juna?" Ujar Jina. Bagaimana pun juga tadi ia berangkat bersama Juna dan harus pulang bersama Juna juga, tapi tiba-tiba Rafasya malah mengajaknya pulang bersama.
"Udah ga pa pa. Zi, Mal, nanti klok Juna tanya Jina kemana, bilang dia udah balik sama gue" seru Rafasya kepada Zie dan Akmal.
"Oke" jawab Akmal sambil menunjukan tanda oke (👌)
"Hati-hati lo berdua" jawab Zie juga.
Lalu, Rafasya pun menarik tangan Jina untuk mendekat ke mobil miliknya. Rafasya memang sengaja membawa mobil, karena ia memang berencana akan mengajak Jina pulang bersama, apalagi udara dimalam hari sangat dingin dan kurang baik untuk kesehatan.
Rafasya pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah. Zie dan Akmal yang masih di parkiran pun juga akan segera pergi dari sana. Akmal dan Zie memang berangkat dan pulang bersama. Walaupun mereka sering ribut, tapi kalau di perhatikan mereka tak kalah romantisnya dari sepasang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terakhir Kakak [END]
FanfictionApakah dengan adanya perbedaan akan membuat kerugian bagi siapapun? Di dunia ini kita hidup dengan adanya perbedaan. Tidak ada yang sempurna selain sang pencipta sendiri. Apa yang membuat kalian merasa malu? Apa yang membuat kalian merasa dirugikan...