Athaya sudah berada di rumah Ayah dan Bunda. Namun sayangnya, rumah itu sangat sepi dan tertutup seperti tidak ada orang di rumah. Biasanya Bunda jarang keluar rumah. Kalau Ayah sudah pastinya pergi ke kantor untuk bekerja. Lalu, kemana Bunda? Pintu rumah juga terkunci. Athaya pun menghela napasnya lalu pergi dari rumah itu.
Kemudian dia beralih ke Cafe, di sana juga tidak ada orang bahkan Cafe itu juga tutup. Abim kemana? Ia pun meraba saku nya untuk mengambil ponselnya, tapi ternyata ponselnya tertinggal di rumah Mayang.
Menemui Jina... sepertinya tidak mungkin. Pasti ia masih marah kepadanya soal kejadian waktu itu. Jina juga pasti masih membencinya. Athaya pun menatap telapak tangannya yang pernah menampar Jina untuk pertama kalinya. Bahkan ia juga masih bisa mendengar suara tamparan itu.
'maafkan kakak Jina, kakak sudah menampar kamu kemarin' - ujar Athaya dalam hati.
Athaya pergi dari area Cafe itu dan pulang kerumah Mayang setelah tau tempat yang memang ia kunjungi tidak ada orang sama sekali. Dan juga sebentar lagi ia harus menjemput Minji pulang sekolah.
💫💫💫
Ayah dan juga Abim tengah berada di rumah sakit. Dan Bunda terlihat sedang tertidur di atas bangsal dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Dokter bilang, tekanan darah Bunda naik jadi membuat Bunda menjadi drop seperti ini. Ayah dan Abim sama-sama berpikir, ini pasti karena Bunda terlalu memikirkan Athaya.
Untung saja Ayah kembali lagi ke rumah karena mau mengambil berkas yang tertinggal di rumah dan melihat Bunda yang sudah tergeletak di lantai. Kalau tidak, mungkin keadaan Bunda semakin parah kalau tidak cepat ditangani.
Abim pun keluar dari ruangan Bunda karena ingin menelpon Athaya untuk memberitahukan kalau Bunda masuk rumah sakit.
Panggilan pertama, tidak aktif
Panggilan kedua, tidak aktif
Panggilan ketiga, tidak aktif juga.
"Lo kemana, Bangsat" amuk Abim sembari menatap layar ponselnya yang tertera nomor ponsel Athaya disana.
"Apa kehidupan baru lo, lebih enak sekarang dari pada kehidupan lama lo. Lo lupa udahan, Hah?" Abim masih menggeruti nomor ponsel Athaya yang masih saja memanggil tak kunjung berdering.
Akhirnya, Abim pun beralih menelpon Jina untuk memberitahukan kalau Bunda masuk kerumah sakit.
Jina yang baru keluar dari kelasnya dan hendak pulang bersama dengan Rafasya untuk menemani Rafasya pergi ke toko buku. Hari ini mereka pulang lebih awal karena sedang ujian juga. Jina yang merasa ponselnya berdering pun langsung Jina angkat dan ternyata itu dari Abim. Tumben sekali Abim menelponnya.
"Halo kak"
"Na, nanti lo langsung kerumah sakit aja ya. Bunda lo dirawat"
"Apa kak? Bunda kenapa?"
"Tekanan darah Bunda naik, dia juga manggilin Athaya terus"
"Ya udah kak, aku langsung ke sana sekarang"
Panggilan pun langsung ditutup sepihak oleh Jina. Ia kembali memasukan ponselnya lagi kedalam sakunya. Rafasya yang bingung pun langsung bertanya.
"Bunda lo kenapa, Na?" Tanyanya
"Raf, maaf kayaknya gue ga bisa nemenin lo ke toko buku deh. Gue harus kerumah sakit soalnya Bunda dirawat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terakhir Kakak [END]
FanfictionApakah dengan adanya perbedaan akan membuat kerugian bagi siapapun? Di dunia ini kita hidup dengan adanya perbedaan. Tidak ada yang sempurna selain sang pencipta sendiri. Apa yang membuat kalian merasa malu? Apa yang membuat kalian merasa dirugikan...