025. Jauhi Rafasya!

722 98 3
                                    

Athaya sedang berjalan menuju Cafe tempat dimana ia bekerja dulu. Sudah hampir 1 bulan lebih Athaya tidak pergi bekerja lagi setelah tinggal dengan keluarga kandungnya. Athaya memberanikan diri untuk bertemu dengan Abim yang pastinya ia sedang marah padanya.

Athaya bisa pergi karena Mayang yang menyuruhnya. Karena Mayang tau, Athaya pasti sangat ingin pulang. Masalah Minji, Mayang menyuruh Athaya agar tidak usah khawatir. Dan Athaya harus segera pergi menemui Ayah dan juga Bundanya.

Tapi sebelum ia kerumah Ayah dan juga Bunda, ia akan mampir dulu menemui Abim. Karena Abim adalah teman satu-satunya. Ia takut kalau Abim akan marah padanya dan tak ingin bertemu lagi dengannya.

Sesampainya di Cafe, Athaya bisa melihat Abim yang sedang melayani pelanggan. Ternyata, di sana sedang ramai pelanggan. Athaya pun menghela napasnya sebelum berjalan masuk ke dalam Cafe. Setelah dirinya merasa tenang dan siap untuk bertemu Abim, ia pun masuk ke dalam Cafe dan menghampiri Abim.

"A bim" panggilnya

Abim yang baru mengantarkan minuman untuk pelanggan pun membalikan badannya dan mendapati Athaya yang tengah berdiri di belakangnya itu.

"Atha?" Panggil Abim juga. Lalu, Abim pun berjalan mendekat ke Athaya. "Ikut gue" Athaya sempat bingung dengan ucapan Abim itu. Tapi ia hanya bisa menurut. Mungkin Abim akan memarahinya karena sudah lama tidak mengabarinya.

"Sam, gue tinggal bentar ya" seru Abim kepada salah satu karyawannya yang bernama Samuel itu.

Abim membawa Athaya keluar Cafe. Athaya sedari tadi hanya bisa menundukkan kepalanya. Bagaimana pun juga ia harus menanggung resikonya. Dan Abim juga pasti sangat marah padannya.

"Lo kemana aja, Bangsat. Semua orang khawatir sama lo. Semua nungguin lo, nunggu kabar dari lo. Tante Fani sempet drop lagi karena lo ga pulang. Lo udah hidup enak sama keluarga kandung lo sampe lo lupa sama keluarga lama lo, Hah?"

Benar kan, Abim marah padanya.

"Ma af khan a khu A bim"

(Maafkan aku Abim)

"Gue ga butuh kata maaf dari lo. Tepatin janji lo ke mereka semua. Janji yang lo bakalan balik tiap hari buat mereka. Kalau lo udah ngerasa bahagia sama keluarga kandung lo, ngapain lo balik lagi kesini? Mau pamer kebahagiaan? Ga usah balik aja sekalian."

Athaya hanya terdiam mendengar Abim yang terus melontarkan kalimat yang memang sudah ia pendam sejak lama.

"Lo ga tau gimana bingungnya gue setiap Tante Fani nanyain lo yang kapan balik. Lo bahkan ga hadir di acara kelulusan Jina. Gue yang bukan siapa-siapa aja di undang ke sana buat wakilin lo. Lo kemana? Hah kemana?"

"Khe ce la kha an"

(Kecelakaan)

Seru Athaya yang mampu membuat Abim terdiam dan mencerna seruan Athaya.

"Wak tu i thu, te pat di ha i khe lu lu san Jhi na, a khu khe ce la kha an. A khu su dah sa ngat i ngin da tang, ta pi Min ji yang te rus i ngin ber sa ma ku. Di a ti dak i ngin a khu ting gal kan. Di sa at Min ji se dang ber ma in sen di ri, di a ber ja lan di ja lan ra ya dan ha mpir ter ta brak mo bil. Di sa at i thu ju ga a khu me nye la mat khan Min ji dan mem bi ar khan tu buh ku ter ta brak mo bil itu."

(Waktu itu, tepat di hari kelulusan Jina, aku kecelakaan. Aku sudah sangat ingin datang, tapi Minji yang terus ingin bersamaku. Dia tidak ingin aku tinggalkan. Disaat Minji sedang bermain sendiri, dia berjalan di jalan raya dan hampir tertabrak mobil. Disaat itu juga, aku menyelamatkan Minji dan membiarkan tubuhku tertabrak mobil itu)

Hadiah Terakhir Kakak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang