Athaya sedang duduk dan makan bersama dengan Mayang di meja makan. Di sana juga sudah ada Arya, suami Mayang. Arya bukan Ayah Kandung Athaya, dia hanyalah Ayah tirinya karena Mayang sudah menikah lagi dari 5 tahun yang lalu dan juga sudah di karuniai seorang anak perempuan yang berumur 5 tahun. Namanya Minji. Minji juga masih satu darah dengan Athaya karena 1 ibu namun beda ayah.
Mayang sudah mencari Athaya sejak lama dan sekarang ia baru menemuinya. Karena semua berkas milik Athaya yang berada di panti asuhan baru di temukan oleh ibu panti nya. Ibu panti pun mengatakan kalau Athaya sudah di asuh oleh keluarga Farhan dan juga Fani. Langsung saja Mayang datang kerumah mereka setelah diberikan secarik kertas yang beralamatkan rumah mereka.
"Sekarang, kamu masih sekolah atau kerja, Nak?" Tanya Arya kepada Athaya disela makan malamnya.
"Sa ya be ker ja di ca fe mi lik te man sa ya"
(Saya bekerja di cafe milik teman saya)
"Kenapa ga lanjut kuliah aja?" Tanya Arya lagi.
"Mas, sudahlah. Habiskan saja dulu makanannya dan mengobrolnya di lanjut lagi nanti" seru Mayang.
"Maaf sayang"
"Mama, Papa, berarti Kak Naufal kakaknya Minji ya?" Tanya Minji dengan cadelnya.
"Iya sayang, Minji senang tidak punya Kakak sekarang?" Seru Mayang.
"Assiikkk, Minji punya Kakak" girang Minji.
Lalu, Athaya nampak sedang memikirkan sesuatu. Ia berpikir, bagaimana nanti kalau Minji juga di ejek oleh teman-temannya di sekolah kalau tau dia memiliki kakak seperti dirinya nya. Ia tidak ingin hal itu terjadi lagi.
"Kak Naufal, nanti mau kan main sama Minji?" Seru Minji lagi dan Athaya pun menganggukan kepalanya yang langsung membuat Minji kegirangan lagi.
"Habiskan dulu makanannya ya sayang, nanti main sama Kak Naufal"
"Iya Mah"
Mayang dan juga Arya pun mengembangkan senyuman mereka melihat Minji yang senang itu karena kehadiran sosok Athaya saat ini. Namun, Athaya masih sedikit canggung dan ragu dengan mereka. Yang dipikirannya saat ini hanyalah Jina. Ia bahkan belum bertemu dengan Jina.
💫💫💫
Jina sekarang sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia juga sedang sarapan dengan Ayah dan juga Bunda. Hari ini terasa sepi karena Athaya tidak ikut bergabung dengan mereka. Mereka juga sudah tidak lagi merasakan masakan Athaya di pagi hari. Bunda masih sedih karena Athaya pergi begitupun dengan Jina dan Ayah. Namun, Ayah masih tetap terlihat santai dan menyemangati kedua wanita yang sangat ia sayangi itu.
"Ayah, kalau Jina tidak masuk sekolah, boleh tidak?" Seru Jina disela sarapannya.
"Kenapa sayang?" Tanya Ayah.
"Tidak apa-apa, Ayah. Hanya saja, Jina sedang malas untuk sekolah"
"Jangan sayang. Ayah dengar, hari ini kamu ada ujian kan?" Jina pun menganggukan kepalanya.
"Sekolah aja ya, kamu jangan sampai tertinggal ujian. Sebentar lagi kamu kan lulus sekolah dan lanjut kuliah"
"Jina mau ketemu sama Kak Athaya, Yah"
"Sayang, dengarkan Bunda. Athaya pasti kembali lagi bersama dengan kita, dia seutuhnya milik kita karena Athaya sudah bersama dengan kita sedari lama. Sedangkan mereka sudah tidak ada hak lagi untuk memiliki Athaya seutuhnya" seru Bunda. Jina hanya terdiam dan ia pun bangkit dari duduknya. Ia juga meraih tasnya yang berada di bangku sampingnya. Kemudian, ia pun berpamitan dengan Ayah dan Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terakhir Kakak [END]
FanfictionApakah dengan adanya perbedaan akan membuat kerugian bagi siapapun? Di dunia ini kita hidup dengan adanya perbedaan. Tidak ada yang sempurna selain sang pencipta sendiri. Apa yang membuat kalian merasa malu? Apa yang membuat kalian merasa dirugikan...