016. Rahasia yang Mulai Terbongkar

832 100 2
                                    

Jina sudah berada di perpustakaan untuk melanjutkan menulis catatan materi pelajaran kemarin. Entah kenapa, hari ini dirinya merasa sangat emosi apalagi ketambah kedua sahabatnya tadi yang berisik karena bertengkar.

Untungnya di perpustakaan sekarang tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa anak yang juga sama seperti Jina, mengerjakan tugas di sana. Disela dirinya tengah asik menulis, ada Rafasya yang datang menghampirinya dan duduk di samping Jina.

"Lo kenapa?" Tanya Rafasya pada Jina yang masih fokus menulis.

Lalu dari arah pintu perpustakaan, Juna datang. Namun, langkahnya ia hentikan karena melihat Jina yang sedang bersama dengan Rafasya disana. Juna pun masih terdiam sembari memperhatikan Jina dan Rafasya yang sedang mengobrol itu. Seketika, Juna mengurungkan niatnya yang hendak menemani Jina di perpustakaan karena sudah ada Rafasya di sana.

Ia pun segera pergi dari perpus itu dan membiarkan Jina bersama Rafasya.

"Ga pa pa" jawab Jina dan kembali fokus menulis. Ia pun mengabaikan Rafasya yang duduk disampingnya.

"Kata Zie sama Akmal, lo marah sama mereka. Makanya lo ada disini"

"Gue sebel banget sama mereka, masih pagi udah ribut aja. Mana gue ga konsen buat nyatet, ketambah lagi sama kepala gue yang pusing harus denger mereka yang berantem, ngeributin yang ga berfaedah sama sekali" jelas Jina sembari menatap Rafasya. Rafasya pun tertawa kecil menanggapi ucapan Jina yang sangat kesal itu.

"Lo lucu kalok lagi sebel gini"

"Ini bukan saatnya buat goda gue ya, Raf" Jina pun melanjutkan kembali mencatat catatannya.

"Gue ga goda lo,"

"Udah ah, jangan bikin gue tambah badmood deh"

"Iya iya, maaf"

Jina tak menanggapinya. Rafasya pun merebahkan kepalanya di atas meja dengan tangan yang ia gunakan sebagi bantal. Ia menatap Jina yang sedang menulis itu. Cantik, itu yang ada di pikiran Rafasya. Ia terus memandangi Jina. Jina, yang sadar kalau dirinya sedang di pandang oleh Rafasya pun menoleh.

"Kenapa?" Tanya Jina dan membuat Rafasya tersadar dari lamunannya. Ia pun menegakkan kembali badannya.

"E-engga, ngga pa pa" jawab Rafasya kelabakan.

Jina pun mengangkat bahunya asal dan kembali melanjutkan menulis.

💫💫💫

"Jinaaa, aaaa lo marah ya. Maaf" seru Zie yang langsung merangkul lengan Jina saat Jina yang baru kembali ke kelas, di ikuti oleh Rafasya dibelakangnya.

"Ngga" jawab Jina yang terus berjalan menuju bangkunya. Zie tetap mengikuti Jina sampai Jina duduk kembali di bangkunya.

"Jina....lo pasti marah kan? Iya kan?"

"Ngga Zie, gue ga marah."

Zie pun mengenggol pundak Akmal agar dirinya membantu Zie untuk membujuk Jina. Walaupun Jina bilang kalau dirinya tidak marah, tapi dari raut wajahnya, Zie tetap menyimpulkan kalau Jina memang marah padanya.

"Mal, bantuin napa"

"E-Na, gue denger hari ini ada pasar malem di deket Dream Cafe. Ikut yuk, udah lama kita ga have fun bareng lagi" seru Akmal.

"Nah iya tuh, udah lama banget kita ga have fun an lagi."

"Ngga dulu deh, gue harus belajar buat persiapan ujian" tolak Jina yang langsung membuat Zie dan Akmal kecewa. Bagaimana lagi caranya agar Jina tidak marah.

Hadiah Terakhir Kakak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang