024. Sebuah Perjanjian

716 89 1
                                    

Motor Juna berhenti di sebuah Toko Aksesoris. Malam ini, sekolah mengadakan pesta untuk merayakan kelulusan. Dan sekarang Juna ingin membeli sebuah hadiah untuk Jina sebelum ia sampai di rumah Jina untuk menjemputnya.

Juna pun mulai melihat-lihat setiap aksesoris yang terpajang di etalase itu. Kemudian, ia menemukan sebuah gelang dengan motif daun berwarna silver. Ia pun langsung mengambil nya dan membayangkan betapa cantiknya tangan Jina nanti saat mengenakan gelang ini.

Sepertinya Juna sudah mulai jatuh cinta pada Jina. Haruskah ia ungkapkan perasaannya saat di pesta sekolah nanti? Juna memang sudah menyukai Jina sedari lama. Tapi, dia masih belum ada keberanian untuk mengungkapkannya. Apalagi Jina juga sedang dekat dengan Rafasya. Ada kemungkinan besar kalau Jina tidak akan bisa membalas perasaannya nanti. Pesimis? Iya Juna sangat pesimis kalau soal cinta. Tapi, kalau soal belajar, dia tidak pernah pesimis.

Juna pun segera pergi kearah kasir untuk membayar gelang itu. Penjaga kasir itu langsung membungkus gelang yang dibeli Juna. Juna segera mengambil dompet di saku belakang celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang tunai disana.

"Untuk pacarnya ya, Kak?" Tanya penjaga kasir itu sembari menuliskan bill pembayaran.

Juna pun bingung harus menjawabnya apa, ia saja belum pacaran dengan Jina dan baru akan ia ungkapkan nanti. "I-iya" akhirnya Juna pun mengiyakan saja pertanyaan penjaga kasir itu.

"Pilihan yang tepat. Gelang yang seperti ini memang sangat di gemari oleh para wanita sekarang ini" ujar penjaga kasir itu lagi.

"Iya" Juna pun menyerahkan uangnya kepada penjaga kasir itu.

"Ini kak. Semoga pacarnya suka ya" ujar penjaga kasir itu lagi sembari menyerahkan paper bag kecil kepada Juna.

"Terima kasih"

"Silakan datang kembali, Kak"

Juna pun hanya tersenyum menanggapinya dan segera keluar dari toko itu. Kemudian, ia pergi kearah motornya untuk pergi kerumah Jina. Akan tetapi, sebelum ia benar-benar naik ke atas motornya, pandangannya justru menangkap ke arah seseorang yang sedang di tarik bajunya oleh sekumpulan orang dan membawanya kesebuah gang sempit nan sepi. Mereka tampak sangat familiar dimata Juna. Langsung saja Juna mengikutinya secara diam-diam untuk memastikan siapa mereka.

Dan betapa terkejutnya ia setelah tau siapa mereka. Ternyata mereka adalah Rafasya dan Erick beserta dua orang teman Erick. Ada apa dengan mereka?

"Gue udah ga bisa nunggu lama lagi. Pokoknya malam ini juga, lo bawa Jina ke gue. Klok sampe engga, siap-siap nyokap lo gue buat sengsara" seru Erick sembari mencengkram kerah baju Rafasya.

"Gue tarik ucapan gue waktu itu. Gue ga akan bawa Jina ke lo. Lo bisa habisin gue atau bunuh gue sekalian sebagai gantinya. Tapi, lupain perjanjian kita dulu yang gue bakalan bawa Jina buat lo." Ujar Rafasya.

"Gue ga mau tau. Semuanya ga bisa diganggu gugat lagi. Lo sendiri yang setuju sama perjanjian kita dulu. Klok lo sama nyokap lo mau hidup tenang di rumah gue, bawa Jina ke gue. Setelahnya, lo sama nyokap lo bebas mau ngapain aja, mau lo ambil semua harta bokap gue sekalipun gue ga peduli" Rafasya pun terdiam karena dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kenapa ia harus masuk kedalam masalah sebesar ini. Ia tidak ingin Jina ataupun Mama nya disakiti oleh Erick.

"Cabut!" Erick pun memerintahkan kedua temannya agar pergi dari gang itu dan juga Rafasya yang sudah merosot terduduk di bawah. Rafasya benar-benar sangat frustasi sekarang. Ia bingung harus berbuat apa agar Erick tidak berbuat hal yang tidak-tidak dengan Jina ataupun Mamanya nanti.

Rafasya pun merutuki dirinya sendiri karena sudah menyepakati perjanjian yang dibuat oleh Erick dulu. Menyesal, itulah yang dirasakan Rafasya sekarang.

Hadiah Terakhir Kakak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang