023. Rindu yang Belum Tersampaikan

740 84 4
                                    

Setelah acara kelulusan, di rumah Jina sedang mengadakan acara untuk merayakan kelulusan Jina. Hanya dihadiri oleh keluarga Jina, Abim, dan teman terdekat Jina, seperti Zie, Akmal, Juna dan juga Rafasya. Mereka hanya mengadakan makan bersama saja tidak dengan pesta besar-besaran.

Sedari tadi, Jina yang hanya duduk di taman belakang rumah, melamun seperti sedang memikirkan sesuatu. Ya, dia sedang memikirkan Athaya. Sudah lama Athaya tidak datang kerumah hanya untuk bertemu Bunda sekali pun. Bahkan, dia juga tidak hadir di acara kelulusan Jina di sekolah. Apakah di keluarga sana Athaya memang sangat bahagia sampai-sampai tidak ingin kembali lagi ke keluarga lamanya ini?

Apakah Athaya sejahat itu?

Lalu, Rafasya menghampiri Jina yang sedang duduk sendiri di taman belakang itu sembari melamun. Ia juga ikut duduk di samping Jina dan mulai bertanya.

"Lo kenapa, Na?" Tanya Rafasya yang membuyarkan lamunan Jina.

"Eum? Ngga kenapa-kenapa kok" jawab Jina.

Dari dalam rumah, Jina bisa mendengar ketika Zie mengobrol dengan Bunda, lebih tepatnya menanyakan Athaya kepada Bunda.

"Tante, Kak Athaya kemana? Dari tadi ga keliatan" tanya Zie di sela menyusun makanan di meja makan bersama dengan Bunda dan ada Juna juga disana.

"Di-a... Sudah tidak tinggal lagi disini" jawab Bunda dengan purau.

"Loh, kenapa Tan?" Tanya Zie lagi.

"Banyak nanya lo kayak Dora," ujar Juna memotong ucapan Bunda.

"Apaan sih Jun, gue kan cuma nanya."

"Pertanyaan lo jatohnya terlalu kepo, ngerti?"

"Jahat banget lo sama gue"

"Emang"

"Sudah-sudah jangan bertengkar. Sekarang kalian ambil lagi makanannya ya di dapur" seru Bunda. Zie dan Juna pun segera pergi untuk mengambil makanan lagi di dapur.

'kamu kemana sih, Nak. Kenapa kamu ga pulang? Bunda kangen sama kamu, Nak' - dalam hati Bunda.

💫💫💫

Disebuah tempat bernuansa putih, tengah ada seseorang yang sedang terbaring diatas bankar rumah sakit itu. Keadaan orang bisa dibilang cukup parah karena kecelakaan yang ia alami. Tangannya patah dan ada luka juga didahi nya.

Athaya, dia adalah Athaya. Athaya mengalami kecelakaan saat dirinya sedang bermain dengan Minji di depan rumah. Athaya menyelamatkan Minji yang hampir tertabrak mobil yang melaju cukup kencang itu. Athaya pun mendorong tubuh Minji ketepi jalan berumput itu. Ia membiarkan tubuhnya ditabrak dan terhempas jauh oleh mobil sedan yang sedang melaju cukup kencang.

Athaya langsung di larikan ke rumah sakit dan pengemudi mobil itu juga sudah dibawa ke kantor polisi untuk di periksa. Ternyata pengemudi itu sedang mabuk berat dan ia juga mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu.

Minji terus saja menangis dan tak henti nya meminta maaf kepada Mayang, Arya dan juga Athaya. Athaya seperti ini karena ia tidak mendengarkan Athaya yang melarangnya untuk tidak bermain di tepi jalan.

"Kakak, maafkan Minji ya, hiks. Semua karna Minji yang tidak mendengarkan Kakak, hiks" isak Minji sembari memegangi tangan Athaya dan menunduk disana.

"Ti dhak a pha a pha Mhin ji, i ni bu khan sa lah kha mu"

(Tidak apa-apa Minji, ini bukan salah kamu)

Hadiah Terakhir Kakak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang