011. Cepat Sembuh, Jina

911 118 7
                                    

"Kak Athaya, dingin. Sshh"

Anak yang bernama Athaya itu menambahkan selimut dan menyelimuti tubuh Jina. Selimut yang Jina kenakan sudah 2 lapis namun, dirinya masih merasakan dingin di sekujur tubuhnya. Jaemin mengganti kompresannya lagi dengan yang baru.

Saat ini, Jina sedang demam tinggi. Dan ia hanya ingin Athaya yang berada di sampingnya untuk merawatnya. Bahkan, Bunda yang ingin menggantikan Athaya saja di tolak keras dengan Jina. Yang Jina inginkan hanya Kakaknya, Athaya. Bunda hanya bisa mengawasi mereka dari luar pintu kamar Jina yang terbuka.

"Kak Athaya jangan kemana-mana ya. Temani Jina disini. Jina tidak ingin sendirian disini"

Athaya pun menganggukkan kepalanya dan mencium kening hangat Jina dengan penuh kasih sayang. Athaya sangat khawatir jika ia melihat adik kesayangannya menjadi sakit seperti ini. Karena, ia tidak bisa melihat Jina tertawa lagi seperti biasanya.

Saat ini, Jina sudah memejamkan matanya dan mulai tertidur pulas. Athaya kembali mengecup kening Jina dan juga punggung tangan Jina. Ia duduk di lantai dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Jina yang terasa sangat hangat itu.

'cepatlah sembuh Jina. Kakak sangat khawatir padamu' - dalam hati Athaya. Ia pun menidurkan kepalanya dengan tangan kirinya sebagai bantal dan tangan kanannya masih setia menggenggam tangan Jina. Athaya pun mulai tertidur disebelah Jina.

💫💫💫

Hari sudah berganti menjadi gelap karena sudah memasuki malam hari. Teman-teman Jina yang menjenguknya tadi pun juga sudah pulang. Jina hanya seorang diri di kamar, sementara Ayah, Bunda, dan Juga Athaya berada di bawah sedang makan malam. Tetapi, Athaya bukannya ikut makan malam bersama Ayah dan juga Bunda, ia malah sibuk menyiapkan makan malam untuk ia bawa ke kamar Jina.

"Kamu ga mau makan dulu, Nak?" Tanya Bunda di sela makannya.

"Nhan ti sa ja, Bun. A khu a khan meng an tar khan ma kha nan du lu pa da Jhi na"

(Nanti saja, Bun. Aku akan mengantarkan makanan dulu pada Jina)

"Ya sudah, nanti Bunda siapkan ya makanan untuk kamu" Athaya pun hanya menganggukan kepalanya dan pergi dari meja makan untuk ke kamar Jina sembari membawa nampan yang berisikan sepiring makanan dan juga minuman.

"Athaya emang anak dan kakak yang baik. Kenapa dulu orang tua kandungnya sangat bodoh dan tega membuangnya begitu saja di panti asuhan" seru Ayah di sela makannya.

"Kamu jangan bahas itu lagi. Klok sampe Athaya ataupun Jina tau bagaimana. Lagi pula, Athaya udah kita anggap seperti anak kandung kita sendiri walau memang Athaya kita adopsi sebagai anak pancingan karena aku susah hamil dulu. Aku ga mau semua ini terbongkar. Aku ga mau kehilangan Athaya. Athaya itu anak special yang aku punya" ujar Bunda yang sudah menghentikan acara makannya.

"Maafkan aku, aku terbawa suasana. Dan tiba-tiba masa lalu itu tiba-tiba lewat dan membuatku teringat kembali"

"Sudah hentikan. Aku tidak mau membahas dan mendengar ini"

💫💫💫

Athaya sudah berada di depan kamar Jina. Ia pun langsung membuka pintu kamar Jina. Didalam sana, terlihat Jina sedang tertidur. Athaya pun berjalan dengan hati-hati agar tidak mengagetkan Jina. Ia pun meletakan nampan yang berisikan makanan itu di atas nakas yang berada di samping ranjang Jina. Lalu ia pun beralih untuk membangunkan Jina dengan pelan.

Namun, saat dirinya baru ingin mendekatkan dirinya pada Jina, ia mendengar Jina merintih dengan suara pelannya dan mata yang masih terpejam. Athaya pun memasang telinganya untuk mendengar Jina yang bersuara sangat pelan itu bahkan hampir tidak terdengar.

Hadiah Terakhir Kakak [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang