Happy reading
🥀🥀🥀"Lo ngga papa kan dek?? Ngga ada yang luka kan??" Tanya Zahir mengecek kondisi Nara yang tampak kacau dengan wajah sembab.
"Kaila kak, Kaila."
Zahir langsuang membawa Nara ke pelukanya, saat menerima diberi tau oleh Daffa tentang apa yang terjadi di rumah Indira tadi, mereka yang ada di warung engkong langsung beranjak ke rumah Indira untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, pasalnya Daffa tampak khawatir dan panik saat menerima telepon dari Indira pacarnya.
"Siapa yang bawa Kaila?" Tanya Agam tampak sedikit panik dan khawatir, hal tersebut sedikit mencurigakan di mata teman-temanya, cuman karna kondisi tidak kondusif jadinya tak di bahas sama sekali.
"Tadi ada orang dateng, nyari Nara, cuman Kaila malah ngaku kalau Nara itu dia, jadinya dia yang di bawa." Sherly yang masih terisak di pelukan Davie berusaha menjelaskannya kejadianya, karna baik Nara ataupun Indira sangat terpukul disana.
"Lo liat ciri-cirinya?" Tanya Beno yang sedari tadi hanya menyimak sembari menatap Nara yang tampak sangat terguncang.
"Mereka pakek topeng."
"Harusnya tadi gue yang di bawa, harusnya gue." Ujarnya semakin terisak, ia sangat menyesal tidak mengaku dari awal, andai saja tadi dirinya langsung mengakui, mungkin saat ini Kaila masi disini bersama mereka.
"Ini ngga semuanya salah lo okey, liat gue, ini ngga semuanya salah lo." Zahir berusaha meyakinkan adiknya jika ini bukanlah salah Nara, karena semua ini diluar perkiraan mereka, termasuk anggota Black Wolf.
"Gue udah kerahin anak-anak buat menyisir jalan sekitar sini, tapi ngga ada jejak apapun." Gibran yang baru datang langsung melaporkan apa yang telah ia lakukan. Darren yang merupakan ketua juga ikut rombongan menyisir jalan sekitar rumah Indira, karna mereka yakin jika pasti rumah Indira telah lama diincar hingga mereka bisa menyekap satpam rumah dan pembantu Indira, tanpa Indira sadari.
"Cari bukti di sekitar halaman juga, karna gue yakin, sedikit banyak pasti ada bukti." Ujar Beno.
Gibran mengangguk paham, sebelum pergi ia sempat melihat Nara yang tampak kacau, ingin sekali rasanya ia duduk disana dan menenangkan Nara, cuman ia sadar posisi jika Nara pasti lebih memerlukan Zahir kakaknya di banding siapapun.
Tersisa Nara, Indira, Sherly, Beno, Daffa, Davie dan Adnan disana, yang lainya memutuskan untuk turun kejalan mencari bukti dimana keberadaan Kaila. Zahir juga sudah menelpon polisi karna kasus ini sudah termasuk tindakan kriminal.
"Salah satu dari mereka bernama Sam, tadi temanya sempat manggil begitu." Ujar Nara tiba-tiba, setelah puas menangis, Nara beristirahat di sofa guna memenangkan diri, Beno yang tadinya duduk tak jauh dari Nara Langsung mendekati Nara.
" Sam?"
"Iyah, tadi sebelum membawa Kaila mereka sempat ribut, dan salah satu dari mereka menyebut Sam, kepada orang yang sepertinya ketua mereka."
Beno, Davie, Daffa, dan Adnan saling bertatapan satu sama lain, mereka memikirkan seseorang yang bernama Sam tersebut, karna jujur nama itu sangat familiar ditelinga mereka.
"Jangan bilang kalian mikirin Sam itu juga." Ujar Daffa berbicara dulu, saat ini kepalanya hanya ada satu orang bernama Sam, seseorang yang sudah lama tidak mereka jumpai.
"Anjirt, info terakhir yang gue dapet di penjara! Ngga mungkin udah bebas." Ujar Adnan yang lumayan update tentang informasi-informasi dari genk-genk yang ada di wilayahnya.
"Dia udah lama bebas, cuman ngga ada yang tau bergabung sama siapa." Jawab Beno yang mengetahui hal tersebut.
"Sam itu cowok berkualit putih pucat bukan? Hidungnya bertindik? Rambutnya pirang? Tampangnya ke arab-araban?" Tanya Nara memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Tepat Waktu
Teen FictionNara Salsabila mencintai Beno Alby Asher dengan segenap hatinya. snamun yang dicintai belum tentu merasakan hal yang sama. manusia memiliki prioritasnya masing-masing, itulahyang selalu diyakini Nara dalam mencintai Beno, Nara tidak sadar jika keya...