25. Pindah Rumah #1

274 29 0
                                    

Happy Reading

***

Gadis itu tengah membereskan barang-barangnya untuk dibawa ke tempat tinggal barunya. Dipandanginya seluruh sudut kamarnya sembari mengingat setiap momen yang dia ciptakan di balik kamar tidurnya yang hangat itu. Di sanalah tempat dia tumbuh dari kecil hingga dewasa. Di kamar itulah dia menumpahkan segala perasaannya yang sering kali dia tutupi di hadapan orang banyak. Seperti perasaan sedih, biasanya dia akan menangis di pojokan kamar, meratapi kesedihan sendirian.

Matanya menatap ke arah cermin di atas meja rias. Meja itulah yang menjadi saksi bisu atas kekonyolannya saat mencoba berbagai skincare pada saat remaja. Sebuah masa dimana masih labil dan ingin tampil memesona dalam berbagai kesempatan.

Dilihatnya jam berwarna magenta yang menggantung di depan kamar tidurnya, jam itulah yang selalu dia hitung setiap detiknya saat dia tidak sabar menunggu hari esok.

Setelah semuanya selesai dibereskan, dia beranjak menuju ranjang dan merebahkan diri di atas sana. Setidaknya sebelum pergi ke tempat baru, aku akan merebahkan diri sendirian disini.

Gadis itu menatap ke atas langit-langit kamarnya sambil menarik nafas panjang. Dia masih merasa kelelahan karena resepsi kemarin. Ditambah dengan persiapan untuk pindah rumah rasanya seluruh tubuh terasa seperti dipukul-pukul. Wajar saja tubuh terasa sangat lelah, tamu yang diundang pun sangat banyak. Selain itu karena pernikahan segera dilangsungkan, tanpa ditunda lagi membuat kedua belah pihak sibuk untuk menyiapkannya.

Gadis itu tengah beristirahat di atas kasur empuknya. Rasanya jika sudah rebahan seperti ini sulit sekali untuk bangun. Di tengah rasa lelahnya itu, dia terlarut dalam pikirannya.

Sedih sekali rasanya harus meninggalkan sesuatu yang sudah melekat pada diri kita. Namun yang namanya manusia, kita akan meninggalkan dan ditinggalkan. Apapun itu. Termasuk seseorang, barang ataupun segala sesuatu yang kita miliki. Semua itu adalah titipan. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk kita. Kita akan meninggalkan semuanya saat berpulang. Jangan diberatkan, kalau sudah diberatkan maka kita akan merasa kesulitan. Syukuri dan ikhlaskan semua yang telah terjadi. Tidak perlu untuk bersedih. Walaupun sedih itu wajar, namun jangan terlalu berlarut dalam kesedihan.

Kebahagiaan atas sesuatu yang kita miliki bukan tercipta dari objeknya. Namun kitalah yang menciptakannya. Objek itu hanyalah media dari perwujudan rasa bahagia yang kita ciptakan. Seolah-olah kita tidak dapat terpisahkan dari objek itu. Selama kita masih memiliki kenangan yang kita ciptakan itu, rasanya sudah cukup. Lebih baik kalau kita tuangkan dalam sebuah tulisan agar tidak lupa dan bisa bernostalgia ketika membacanya.

Ketika mataku terpejam dan larut dalam pikiran, aku merasakan ada sebuah benda yang terasa dingin menyentuh pipiku sehingga membuatku melonjak kaget. Aku yang merasa kesulitan untuk bangun, langsung terduduk ketika seorang lelaki dengan kaos putih dan celana hitam panjang menempelkan sesuatu di pipiku.

"Nih buat kamu"

Seorang lelaki menghampirinya dengan minuman botol rasa jeruk di tangannya. Dia datang dengan tiba-tiba tanpa suara.

Dia masih menyodorkan minuman itu kepadaku yang diam tanpa merespon "Kenapa gak diambil? Kamu gak haus?"

Aruna menyentuh dadanya yang tengah berdebar kencang karena tindakan lelaki itu. Rasanya ingin sekali dia mengutuk lelaki di hadapannya ini.

Aku menatapnya dengan kesal lalu mengambil minuman tersebut. "Makasih kak,"ucapku sambil melihat ke arah lain.

Melihat gelagat Aruna yang seperti itu, membuatnya tersadar kalau dia telah mengejutkannya. Lelaki itu berjongkok di dekat dipan sambil menyentuh kedua tangan Aruna yang tengah duduk di atas kasur.

One Day, Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang