36. Tak Terbayang

138 22 3
                                    

SEKEDAR SARAN :
Hidupkan soundtrack terbaik sambil membaca cerita ini biar feel nya dapet hehe.

Happy Reading

***

"Aruna kita harus pulang sekarang" Azrial menghampiri seorang gadis yang tengah fokus melihat hiasan dinding dengan raut wajah yang bahagia.

Gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara. Raut wajah yang tadinya ceria kini berubah menjadi bingung dan penuh pertanyaan.

"Kenapa sekarang kak? Bukannya kita masih ada satu hari di sini?" Tanya gadis itu dengan penasaran.

"Ada sesuatu hal yang perlu aku urus. Jadi kita harus segera pulang" Azrial menatap gadis itu dengan raut wajah serius yang menyiratkan seolah-olah ada hal yang baru saja terjadi.

Baru saja gadis itu merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu di Bali walaupun rasanya liburan itu tak cukup baginya karena hari-hari dilalui dengan perasaan bahagia yang membuat waktu terasa cepat berlalu.

Baru saja ia menghirup udara bebas setelah sekian lamanya berkutat dengan beberapa tumpuk buku sastrawan yang membuatnya pusing. Tentu saja saat ini adalah waktu yang terbaik untuk melepaskan segenap beban yang memikul di hari yang telah lalu. Apalagi mengingat Bali adalah destinasi favorit mancanegara yang sangat ia idam-idamkan dari dulu agar bisa menikmati pesona alam serta kulinernya. Namun karena suaminya adalah seorang tentara, ia terpaksa harus mengubur harapan itu untuk segera pulang walaupun sebenarnya masih ada satu hari yang tersisa.

Mendengar pernyataan itu, mereka segera kembali ke hotel untuk mengemas barang yang akan dibawa pulang ke Yogya. Dengan berat hati, gadis itu harus meninggalkan Bali yang menyimpan banyak kenangan diantara mereka.

Setelah selesai berkemas, mereka dijemput oleh gerombolan tentara yang membawa mereka menuju lapangan luas tempat helikopter mendarat.

Lapangan itu cukup luas dan di sekelilingnya hanya ada pagar kawat dan tanaman yang menjulang tinggi. Tak lama kemudian helikopter datang untuk menjemput mereka ke Yogya.

Aku melihat ke arah jendela. Bali terlihat sangat kecil dari atas. Hanya terlihat bagian pulaunya saja yang mendominasi tempat itu. Meskipun begitu aku cukup puas melihat Bali dari kejauhan dengan ketinggian beberapa ribu kaki. Aku mengucapkan salam dan berkata di dalam hati bahwa aku akan kembali mengunjungi tempat itu walaupun aku sendiri belum tahu kapan aku bisa kembali.

Pandanganku menyusuri hal di sekeliling. Ternyata seperti ini keadaan di dalam helikopter tentara. Selama ini aku hanya melihat helikopter dari arah bawah saja namun sekarang aku sudah berada di dalam sini, sungguh pengalaman yang langka.

Karena ini adalah pengalaman pertamaku naik helikopter tentara, aku merasa cukup senang mengingat tidak semua orang bisa naik helikopter sepertiku. Berhubung aku mempunyai suami tentara aku bisa mendapatkan pengalaman berharga yang tidak pernah kusangka sebelumnya.

Aku memandang ke arah lelaki di sampingku. Dia diam-tidak seperti biasanya yang banyak bicara dan terkadang sangat gemar mengusiliku. Entah apa yang ada di dalam pikirannya membuat ia terlihat seperti orang yang berbeda. Raut wajahnya dipenuhi oleh berbagai kekhawatiran yang terlukis jelas di balik alisnya yang saling bertautan.

Melihat raut wajahnya yang seperti itu membuatku tak bisa berkutik untuk menanyakan apa pun karena aku tidak ingin mengganggu pikirannya yang mungkin saja bisa berujung kepada emosi yang tak sengaja terlampiaskan.

Aku memilih untuk bungkam meskipun sebenarnya aku juga merasa penasaran. Tapi... Ya sudahlah aku akan bertahan dengan rasa penasaran ini sampai dia memberitahuku.

Sesampainya di Yogya, Azrial segera berganti pakaian. Dengan cekatan ia menggunakan baju loreng lengkap dengan atributnya.

"Aruna" panggil lelaki itu dengan lembut.

"Maaf aku harus meninggalkanmu. Ada sesuatu hal yang perlu aku urus demi kepentingan negara kita. Aku tidak bisa memberitahumu secara detail karena ini adalah rahasia negara." Azrial mengelus puncak kepala gadis itu.

"Jaga dirimu baik-baik di saat aku tidak ada di sisimu" Lanjutnya kemudian mengecup kening gadis itu cukup lama. Rasanya sulit sekali untuk menjalankan tugas mengingat sekarang sudah ada tambatan hati yang membuat langkahnya terasa berat untuk meninggalkan rumah.

Gadis itu diam tanpa kata. Hanya air mata yang mampu menyuarakan isi hatinya yang telah dilimpahi perasaan sedih dan khawatir yang berkecamuk di dalam dada.

Di saat Azrial berjalan ke arah pintu, Aruna langsung memeluknya dari arah belakang seolah-olah mencegahnya untuk pergi.

"Kakak akan baik-baik saja kan?" Tanya gadis itu memastikan.

Aku mengelus tangan gadis itu. Rasanya sangat menenangkan di saat ada seseorang yang memelukmu dari arah belakang. Seolah-olah orang itu menopang hidupmu dengan kokoh yang selalu setia berada di belakangmu. Ini adalah perasaan terbaik yang dapat diberikan oleh kekasihmu kepadamu. Sebuah perasaan yang dapat menguatkan dirimu untuk bangkit kembali.

Air mataku hendak jatuh ke pipi saat mendengar pertanyaan itu. Dengan susah payah aku meneguk ludahku "Do'a kan saja semuanya akan baik-baik saja"

"Kapan kakak akan kembali?" Tanya gadis itu dengan raut wajah khawatir.

Aku berbalik dan memeluk tubuh kecil itu yang tingginya hanya sebatas dadaku. "Aku tidak tahu berapa lama tepatnya aku akan pergi"

"Beri aku jawaban pasti!" Tangisnya semakin pecah tatkala Azrial tidak memberinya jawaban yang memuaskan.

"Maaf Aruna aku tidak bisa memberikanmu jawaban yang pasti. Perintah selalu berubah-ubah, beginilah kemiliteran. Aku harap kamu mengerti"

"Kalau begitu, berjanjilah kakak akan kembali dengan selamat"

"Iya, aku janji" Aku mengusap air mata yang membasahi kedua pipi mungil itu. Hidungnya kian memerah diiringi dengan segukan kecil yang membuat langkahku kian terasa beratt untuk meninggalkannya.

Aku melepaskan pelukan itu kemudian menggenggam tangannya ke arah gerbang depan.

Di gerbang depan sudah terdapat mobil yang dibawa oleh prajurit berpangkat sersan dua yang menjemput Azrial menuju korps militer.

"Lapor. Saya Sersan dua Ilham Ramadhan telah diperintahkan untuk menjemput bapak Letda Alwi Azrial Alatas. Silakan masuk ke dalam mobil pak, waktu kita tidak banyak" Ujar seorang lelaki muda dengan tangan hormat di ujung pelipis kanannya. Ia pun segera membukakan pintu mobil dan mempersilakan Azrial untuk masuk ke dalam.

"Tunggu aku. Aku akan kembali untukmu" Azrial mencium kening gadis itu untuk kedua kalinya sebagai salam perpisahan kami yang tak pernah terduga sebelumnya. Gadis itu mengangguk kemudian mencium punggung tangannya dan melepaskan tangan kekar itu pergi masuk ke dalam mobil.

Setelah masuk ke dalam, Azrial menurunkan kaca mobil dan melambaikan tangan kepada istrinya yang berdiri sendirian di depan gerbang rumah.

Semoga dia baik-baik saja tanpaku~Azrial

TBC

Huhu sedih banget ya baru aja menikmati waktu manisnya pernikahan eh udah ditinggal, padahal belum sampai sebulan mereka bersama😭😭

Jangan lupa tinggalkan jejak jika kalian menyukai cerita ini. Silakan ditunggu kelanjutan ceritanya
By:Anndita
See ya~

One Day, Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang