"Ayahmu ada dirumah sekarang?"
"I-iya ada ustadz. Ada apa ya?"
"Bisa tolong panggilkan sebentar? Ada yang mau saya bicarakan dengannya"
Aruna langsung mencari keberadaan ayahnya tersebut. Dalam hati dia bertanya-tanya kenapa ustadz itu sangat ingin menemui ayahnya? Kalau dipikir-pikir keluarganya tidak pernah mengenal ustadz itu sebelumnya.
Sesampainya di gudang,dia menemukan sosok lelaki yang lumayan tinggi dan berjanggut itu tengah memindahkan barang. Lelaki setengah baya itu adalah ayahnya yang berusia sekitar 50 tahun.
"Yah itu ada tamu yang nyariin"
"Siapa?"
Aruna malu-malu menjawabnya. Rasanya lidahnya sangat sulit untuk mengatakan itu. Dia mengalihkan pandangan dari ayahnya dan terus memainkan pita yang ada dibajunya. "Hmm ... Engga tau yah. Kayanya temen Abang. Katanya dia mau ngomong sesuatu sama ayah"
Ayahnya hanya tersenyum. "Ya udah. Tolong kamu kunciin pintu gudangnya ya. Ayah mau ke ruang tamu dulu"
Aruna langsung cepat-cepat mengunci pintu itu dan berlari ke dalam kamar karena dia ada janji dengan Vera sore ini.
Aruna sampai dikamarnya dan mendapati kalau Vera sudah meneleponnya dari tadi.
Aruna membaca pesan notifikasi dari Vera. Jadi ga? Aku mau nyelesain tugas kalo ga jadi. Buruan udah jam setengah lima nih nanti keburu maghrib pulangnya jadi kita ga bisa main-main dulu. Kalo udah siap bilang nanti aku jemput.
Aruna langsung cepat-cepat persiapan dan memilih baju yang akan dia pakai. Pakai baju yang mana ya? Duh bingung,Aruna bermonolog sendiri.
Tak sampai sepuluh menit dia sudah selesai persiapan ganti baju dan memakai make up seadanya saja karena dia tidak suka berlebihan dan tabarruj.
Tabarruj itu berdandan secara berlebihan dan itu tidak diperbolehkan di dalam Islam.
Jam tangan ku mana ya?
Aruna teringat dia menaruh jam tangannya di ruang keluarga karena terburu-buru ingin membuatkan teh tadi.Nah ini dia. Dia langsung memakainya dengan cepat dan hendak meminta izin keluar kepada ayahnya.
"Kamu serius mau ta'aruf dengan anak saya?"
Sayup-sayup Aruna mendengar percakapan dari ruang tamu. Yang dia dengar adalah tentang ta'aruf yang dia pun tidak mengerti mereka membicarakan apa.
Terlanjur penasaran Aruna berjalan menuju ruang tamu dan bersembunyi dibalik tembok untuk menguping.
Sebenarnya tidak boleh menguping pembicaraan orang lain. Tapi entah mengapa dia merasa sangat penasaran karena yang dibahas saat ini adalah tentang ta'aruf yang dibicarakan dengan ayahnya!
"Kenapa kamu mau ta'aruf dengan anak saya?"
"Jadi gini pak. Saya pertama kali bertemu dengan anak bapak saat di kereta dan saat itu saya terkagum dengan perilakunya. Setelah itu kami bertemu lagi secara kebetulan. Hati saya terketuk saat melihat akhlaknya dan kesopanan yang dia tunjukkan juga sikapnya yang pemalu itu telah mencuri hati saya. Saya tidak ingin jatuh cinta dengan cara yang salah jadi saya mengutarakan niat baik saya kepada bapak"ucap Azrial dengan penuh percaya diri
"Masya Allah. Saya hargai niat baik Nak Azrial. Tapi masalah ini harus dibicarakan dengan anak saya karena takutnya dia ga setuju"
"Iya pak gapapa saya akan menunggu."
Aruna yang mendengar itu merasa sangat shock dan tidak menyangka kalau pak ustadz itu mengajaknya ta'aruf!
Dia bingung harus apa. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Bang tolong panggilkan adekmu suruh dia kesini ada yang mau ayah omongin"
Aruna yang mendengar itu langsung berlari menuju pintu belakang dan berniat kabur dari rumah.
Setelah sampai luar pagar,dia terus berlari sekencang-kencangnya dengan degup jantung tak beraturan. Kakinya terasa bergetar dan sedikit lemas. Jantungnya terus berdetak dengan kencang.
Dia bingung harus menjawab apa jika ayah membicarakan hal ini. Memang sangat kekanakan sekali dirinya saat ada masalah malah langsung pergi begitu saja. Tapi saat ini dia tidak bisa berpikir jernih dan butuh waktu sendiri.
Aruna langsung memesan taksi dan pergi menuju alun-alun kota. Dia menelepon ayahnya dan bilang kalau dia ada urusan jadi tidak bisa berpamitan. Aruna sedikit khawatir dengan keadaan dirumah tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Aruna membatalkan rencana yang disusunnya dengan Vera. Dia butuh waktu sendiri saat ini.
Setelah sampai di alun-alun,dia duduk disana dan melamun. Pikirannya berkecamuk dan tak menemukan jalan keluar. Dia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Seharusnya dia senang di ajak serius oleh lelaki yang banyak orang lain impikan.
Memang tempat terbaik untuk mengadukan masalah ini hanya kepada Allah SWT semata. Di sepertiga malam adalah waktu terbaik untuk mengadukan segala permasalahan dalam hidup. Namun untuk menunggu waktu malam terasa sangat lama.
Aruna memilih untuk menghibur diri sendiri dengan makan makanan yang manis dan berjalan-jalan hingga waktu Maghrib dia shalat di masjid yang tak jauh dari situ.
Terdengar suara panggilan masuk dari balik tasnya. Dia pun langsung mengangkat telepon dari Abang nya itu.
"Heh udah mau malem nih kemana aja kamu? Dicariin di kampus ga ada. Kalo ada urusan langsung pulang jangan singgah dulu!"
"Iya ini mau pulang kok"
"Dimana? Abang jemput sekarang. Cepetan pulang ada yang mau dibicarain"
"Aku pulang sendiri aja gapapa"
"Ga mau dijemput nih?"
"Ga usah"
"Ya udah yang penting cepet pulang ayah sama bunda udah nunggu"
"Iya"
Aruna sedikit khawatir jika pulang nanti dia langsung di sidang dan dipenuhi oleh berbagai pertanyaan.
Setelah sampai rumah, Aruna langsung disuruh duduk oleh ayah. "Dari mana?"ucap ayah dengan khawatir. Ternyata benar dugaannya. Aruna berusaha untuk terlihat baik-baik saja meskipun saat ini dia sedang tidak enak perasaannya. "Dari alun-alun yah"balas Aruna dengan jujur. Dia tidak bisa berbohong kepada orang tuanya.
"Ngapain ke alun-alun? Kalo ada urusan itu langsung pulang! Ga pamitan juga."
"Maaf yah Aruna salah"ucapnya sambil menunduk.
Ayah menarik nafas dan memaklumi "Lain kali pamit dulu"
"Iya yah" jawab Aruna sambil cengengesan.
"Ketawa kamu? Ga mikir ya ayah khawatir disini?"
Yang ditanya hanya cengengesan. "Harus diapain ya anak ini? Sini ayah gelitikin kamu. Heh mau kemana kamu hah!"
Ayah dan gadis itu berlari lari di dalam rumah dan membuat mereka yang didalam situ jadi tertawa.
"Ini yah anak nakal nih gelitikin aja"ucap Abang sambil memelukku agar tidak bisa lari.
Suasana rumah sangat hangat dan penuh dengan canda tawa hingga sang bunda meleraikan ayah dan anak itu.
"Udah udah mainnya. Ada yang mau dibicarain"ujar bunda
Aku yang mendengar itu langsung bisa berpikir pasti akan membicarakan tentang ta'aruf tadi.
"Iya ada yang mau dibicarain sama Aruna"kata Ayah
"Mau bicarakan apa Bun? Maaf ayah bunda bisa ga bicarakannya nanti saja?"
Bunda memaklumi kalau putrinya itu sepertinya sedang tidak seperti biasanya. Jadi dia mengizinkan putrinya itu untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day, Kekasih Halalku
Novela JuvenilPernahkah kalian memimpikan cinta kepada dia yang jauh disana? Dia yang selalu kau ucap dalam do'a tanpa tahu namanya. Begitulah yang dialami oleh Aruna. Dia percaya cinta itu ada dan sudah tertulis jauh sebelum dia lahir. Aruna memilih untuk percay...