35. The Last Day

190 22 2
                                    

Happy Reading

***

Hujan turun mengguyur kota Bali. Rintik yang tadinya hanya gerimis sekarang menjadi kian derasnya. Tak satu pun orang yang berada di dalam kafe pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Rintik hujan deras seperti ini adalah hal yang kusuka. Apalagi jika berada di rumah dengan secangkir kopi dan duduk di pinggir jendela kamarku. Untuk pertama kalinya hujan turun saat aku bersama dengan seseorang di sampingku setelah beberapa waktu yang lalu negeri ini dilanda musim kemarau.

Aku sangat suka mendengar gemericik suara hujan yang berbenturan dengan genting rumah. Entah mengapa mendengar suara itu membuatku merasa mengantuk meskipun saat ini aku tengah menghirup kopi di kedai kafe yang ramai oleh para mahasiswa dan warga pendatang.

Dari tadi aku merasa mengantuk dan terus menguap. Saat ini aku ingin pulang dan tidur di kamar hotel yang nyaman. Lantas aku pun mengajak lelaki yang duduk di hadapanku itu untuk pulang meskipun dia telah mencegahku untuk pulang sampai hujan mereda.

Melihat gelagat gadis di hadapannya yang mulai gelisah, membuatnya langsung mengiyakan keinginan gadis itu. Baginya apapun akan ia lakukan asalkan gadis itu senang.

Saat berada di depan pintu masuk kafe, Aku langsung berlari sambil menutupi kepalaku di tengah hujan agar segera sampai di tempat parkiran.

Tiba-tiba aku merasakan rintik hujan tidak menetes di atas kepalaku. Sontak aku pun menoleh ke arah samping dan ternyata dia membentangkan jaket denimnya untuk melindungiku dari hujan.

"Jangan hujan-hujanan, tar sakit"

Deg!

Kami berlari dengan tubuh yang berdekatan karena jaket itu berukuran kecil—tidak seperti payung yang lebar.

"Ayo cepet larinya" Dia tertawa sambil menoleh ke arahku.

"Aku suka hujan-hujanan" Aku langsung berlari lebih cepat dan meninggalkannya.

"Jangan hujan-hujanan Na. Bandel banget kamu ya"

Aku melentangkan kedua tanganku dan berputar-putar di jalan yang sepi karena tak ada satupun orang di sana. Jarak antara kedai kafe dengan parkiran cukup jauh karena di depan kedai itu terdapat halaman yang sangat luas.

Aku menjulurkan lidahku ke arahnya kemudian semakin menikmati hujan yang turun ke bumi.

"Cemen banget sih" Aku menarik tangannya agar berlari denganku di tengah hujan tanpa berlindung dengan apa pun.

"Bukannya Cemen, aku takut kalau kita sakit. Kalau aku yang sakit engga apa-apa, asalkan jangan kamu"

Aku tertawa garing "Tenang aja. Aku tidak akan sakit semudah itu"

"Dibilangin malah ngeyel"

Tak lama kemudian, mereka sampai di parkiran. Azrial langsung memberikan jaketnya kepada gadis itu agar memakainya.

"Nih pake jaketnya. Tar kamu masuk angin"

"Gak mau. Kakak aja yang pake"

"Kamu aja yang pake"

Lagi-lagi gadis itu terus ngeyel dan bersikeras tidak ingin memakainya. "Pake jaketnya. Kalau engga kita gak akan pulang" titah Azrial yang mulai kesal karena dari tadi mereka hanya memperdebatkan jaket yang membuat tubuh mereka semakin basah kuyup.

Akhirnya gadis itu memakai jaket denim Azrial dan mereka pun pergi menuju hotel.

"Makasih"

"Makasih buat apa?" Tanya Azrial yang tengah fokus mengemudi di jalanan yang licin.

One Day, Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang