38. Kembali seperti dulu

181 22 4
                                    

Happy Reading

***

Seorang wanita yang tengah duduk tiba-tiba dibuat terkejut dengan kehadiran Aruna yang berada di depan pintu kelas. Sontak wanita itu pun langsung berdiri dari kursi untuk menyambutnya.

"Aruna! Aku kangen" Pekik Vera girang sembari memeluk tubuh seorang wanita yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Lebay banget sih" Jawab Aruna sambil membalas pelukan Vera yang sebenarnya dia juga merindukan sahabatnya itu.

Orang-orang di kelas tampaknya heboh dengan kedatangan Aruna yang tiba-tiba. Suasana kelas itu pun semakin ramai dengan besarnya volume pekikan dari Vera yang terkenal ceria dan suka heboh.

Tak lama kemudian terdengar suara seorang pria dewasa yang berdeham cukup keras di belakang mereka yang berdiri di dekat pintu masuk.

Mendengar itu, mereka pun langsung menoleh ke arah sumber suara dan mendapati pak Arya sudah berdiri di belakang mereka. Sambil memasang senyum yang canggung, mereka langsung bergerak menuju kursi untuk mengikuti pelajaran Pak Arya.

Satu jam berlalu rasanya cukup membuatku mengantuk untuk mendengarkan penjelasan pak Arya mengenai peran generasi muda untuk mengembangkan minat sastra Indonesia melalui literasi.

Aku menguap berkali-kali hingga mengeluarkan air mata di sudut mataku. Rasanya tubuhku sangat lelah karena sudah beberapa hari ini aku masih belum mendapatkan kabar dari suamiku yang tiba-tiba pergi di awal pernikahan kami. Ponselnya pun dia tinggalkan di rumah mengingat betapa daruratnya situasi saat itu yang membuatnya harus segera pergi untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang tentara kebanggaan Indonesia.

'Jaga dirimu baik-baik di saat aku tidak ada di sisimu' Kata-kata ini selalu terngiang-ngiang di kepala seolah-olah baru kemarin dia mengatakan itu padahal sudah satu minggu tepatnya dia meninggalkanku.

Selama kelas pak Arya aku tidak benar-benar mengikuti pelajarannya. Aku lebih banyak melamun dari pada mendengarkan ocehannya yang membuatku semakin mengantuk. Mataku benar-benar ingin terpejam. Mungkin dengan satu kali pejaman mata yang cukup lama sudah bisa membuatku pergi ke alam mimpi. Aku berusaha untuk tetap fokus karena ini sudah memasuki semester pertengahan dan aku harus semangat menjalani kuliah dengan jurusan yang sangat kusukai sejak dulu.

Aku menopang dagu dengan tangan kiriku sementara tangan kanan sibuk menulis pelajaran. Kulihat jam di tangan kiriku tampak lama sekali berputar. Kenapa lama banget sih? Pengen cepet-cepet pulang.

🌼🌼🌼

"Jadi ini ya rumah barumu?" Vera memandang ke setiap sudut ruang tamu di rumah itu.

"Iya. Ini rumah Kak Azrial dan sekarang dia sedang pergi"

"Ya ampun kasihan banget kamu. Pokoknya kamu tenang aja aku akan menemanimu selama dia pergi"

Aku mengajaknya pergi menuju kamar tamu yang terletak di bagian depan rumah itu tepatnya terletak di samping ruang tamu.

"Vera ini kamarmu. Kita tidur berdua di sini aja ya soalnya kamar yang biasa kutiduri adalah kamar kak Azrial. Aku tidak ingin mengajakmu kesana karena itu adalah kamar pribadinya walaupun sekarang menjadi milikku juga" Jelasku panjang lebar.

"Iya-iya ngerti kok. Kamu tenang aja aku gak bakalan masuk ke kamar itu" Vera langsung merebahkan diri di sebuah kasur yang berukuran cukup besar dengan seprai bunga diatasnya.

Selagi membiarkannya istirahat, aku pergi menuju dapur untuk memasak makan malam. Untuk sementara Vera akan menemaniku di sini yang kesepian.

Ini adalah kali pertamanya aku datang ke rumah ini setelah tinggal di rumah orang tuaku. Namun karena aku sudah menikah, aku harus membersihkan rumah ini yang tampak sedikit kotor.

Saat memotong sayuran, Vera datang dan langsung mengambil sapu untuk membersihkan teras depan karena daun-daun mulai berjatuhan.

Sekarang pukul 17.30 dimana hari sudah berangsur gelap dan suara orang mengaji di masjid sudah mulai terdengar. Setelah selesai memasak, aku langsung masuk ke dalam kamar untuk persiapan mandi dan shalat Maghrib.

Saat baru masuk, aku melihat cahaya senja masuk melalui celah jendela yang menyisakan cahaya jingga hingga menyilaukan mata. Aku membuka tirai putih itu untuk melihat senja pergi digantikan malam.

Sesaat, aku merasa tenang berada di sana mengingat bahwa di jendela itu menyimpan sebuah momen yang cukup menggelikan untuk diingat (*momen pertama pindah ke rumah ini)
Mengingat kejadian saat itu membuatku semakin merindukannya.

Aku menatap kosong ke arah luar jendela kamarku. Bagaimana kabarmu? Apakah baik-baik saja? Apakah kamu makan dengan teratur? Pulanglah, aku rindu. Aku khawatir karena tak kunjung mendapatkan kabar darimu. Pulanglah dengan selamat, karena kakak sudah berjanji padaku.

Bagaimana aku bisa sanggup ditinggal tanpa kabar seperti ini? Apalagi ini adalah pertama kalinya aku merasakan hal semacam ini dan juga di awal pernikahanku yang harusnya terasa manis namun malah yang seperti ini kudapatkan. Setidaknya aku ingin mendapatkan secuil kabar yang bisa membuatku tenang sehingga bisa menjalani hari tanpa rasa kekhawatiran yang berlebihan.

Netraku menangkap pemandangan yang ada di depanku. Tanaman kak Azrial! Ya Allah kok bisa lupa sih? Padahal dari tadi ngelihat ke arah luar tapi gak sadar.

Aku langsung pergi ke taman kecil pribadi di samping jendela itu dan setelah kulihat ada beberapa tanaman yang tampak layu karena tak disiram air selama seminggu belakangan.

Gimana nih? Bisa-bisa ngambek dia kalau pulang lihat pemandangan yang kaya gini! Dengan tergesa-gesa aku langsung menyiram tanaman itu dan melupakan niat awalku yang ingin membersihkan diri setelah penat beraktivitas seharian.

Kalian harus bantuin aku! Kalian gak boleh mati ya. Awas aja kalau mati. Tar yang punya taman malah ngambek. Nurut ya! Udah dong ngambeknya sekarang angkat lagi kepalanya. Aku menunjuk tanaman itu sambil ngomong sendiri seperti orang gila. Setelah selesai menyiram tanaman, aku langsung membersihkan diri dan persiapan untuk shalat Maghrib.

Aku memegangi perutku yang sudah terasa perih kemudian berjalan dengan cepat menuju dapur untuk menyiapkan makanan di atas meja makan. Aku memanggil Vera dari arah dapur agar dia segera makan namun dia tak kunjung datang ke tempat itu.

Saat sedang asyik makan, terdengar suara dari arah luar pagar yang memintaku untuk membukakan pintu.

Aku langsung pergi ke arah jendela untuk mengintip siapakah orang yang bertamu di malam hari seperti ini.

"Tunggu sebentar" pekikku sambil berlari untuk membuka pintu pagar depan.

Benakku dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Siapakah orang yang datang bertamu di malam hari seperti saat ini?

TBC
Terima kasih yang udah nunggu ceritanya 🤗
Jangan lupa pencet bintangnya kalau kalian menyukai cerita ini.
Next in next chapter yaa!
Stay tune🥰

One Day, Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang