Terkadang, kereta yang salah membawamu kepada stasiun yang tepat
By: Yoon Se riHappy reading
***
Suatu ketika di musim liburan
Aruna duduk di bagian kiri kereta sambil menatap ke arah luar jendela. Diluar tengah hujan. Ia senang melihat tetesan air hujan dari jendela. Sambil bersandar di kaca yang dingin, ia melihat sensasi embun disana.
Di luar sangat gelap dan sudah malam. Sekitar sepuluh menit yang lalu kereta berangkat dari stasiun tepatnya pukul 20.45. Kereta melaju membawanya pergi ke rumah keduanya, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tak banyak penumpang hari ini, masih banyak bangku yang kosong tetapi semuanya sudah terlelap. Cuaca yang dingin memang sangat mendukung untuk tidur nyenyak.
Aruna duduk berhadapan bersama seorang lelaki yang sepertinya lebih tua darinya, mungkin sekitar 26 tahun. Pria itu tampak fokus mengetik di layar laptopnya. Tak satu pun dari mereka melontarkan kalimat. Aruna tak ambil pusing dengan hal itu. Ia malu jika berhadapan dengan seorang pria apalagi jika mengobrol dengannya. Ia bersyukur pria itu tidak melihat kearahnya dan hanya fokus ke laptopnya.
Aruna memilih untuk bersandar dan mulai berdoa untuk menuju ke dunia mimpi. Aruna baru menutup matanya hendak tidur. Tiba-tiba pria itu menegurnya
“Mbak sekarang sedang hujan jadi cuacanya dingin.silahkan pakai jaket saya”
Baru saja menutup mata, Aruna terlonjak kaget dengan suara seseorang. Lantas ia pun membuka mata dan menjawab, “Eh engga Mas, ga usah silahkan dipakai untuk mas sendiri aja.” Aruna gugup saat menjawab pertanyaan pria dihadapannya ini.
Pria beralis tebal itu tampaknya tidak suka saat Aruna menolak kebaikannya. Ia berkata lagi "kalau begitu apakah mbak haus atau lapar? Saya punya persediaan air mineral dan makanan. Jika mbak mau, silahkan ambil saja,"ucap pria itu
“Terimakasih banyak Mas, saya sudah makan dan tidak haus”
Aruna tidak jadi tidur. Ia memilih untuk membaca novel yang belum tuntas. Cuaca dingin dan suasana hening adalah kombinasi yang tepat untuk membaca, pikirnya. Halaman demi halaman ia balik. Rasa penasarannya mengalahkan rasa kantuk yang didera. Tenggelam dalam cerita membuatnya tidak lagi memedulikan sekitar.
“Baca buku apa mbak?”
“Novel Mas” ia melirik sekilas
Setelah menjawab perkataan pria itu, fokus Aruna pun buyar. Pura-pura tidak tahu adalah salah satu jalan agar rasa tidak nyaman tidak nampak.
Aruna sangat malu sebenarnya ia tidak pernah berbicara ‘agak banyak’ dengan pria yang bukan mahramnya. Ia selalu menghindari tatapan tegas namun lembut itu.
“Rasa malu tidaklah datang kecuali membawa kebaikan.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Pria itu tersenyum mempersilahkan Aruna untuk melanjutkan bacaannya. Aruna balas tersenyum dan melihat ke arah pria itu dan bertatapan sekilas dengannya.
Astaghfirullah. Ia lupa tidak boleh memandang pria yang bukan mahram. Ia langsung memalingkan wajah, tersipu karena ketampanan pria dihadapannya.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” (QS. An Nuur: 31).
Alis tebal dan fitur mata yang tajam, hidung mancung,berjanggut tipis dan bibir tipis serta kulit yang putih dan tatanan rambut yang rapi bagaimana mungkin ia tidak tersipu melihat wajah setampan itu. Proporsi tubuh yang bagus ditambah sikap yang perhatian, tanpa diinginkan sosok itu masuk dan tersimpan di memori Aruna.
Aku melihat ke arah jendela yang gordennya telah kubuka. Dingin dan gelap yang kutemukan disana. Aku melamun sambil melihat kearah luar.
Pikiran menguasai diriku. Aku memikirkan betapa rindunya aku dengan yogya. Baru seminggu aku meninggalkan yogya tetapi aku sudah rindu dengan kota itu.
Seminggu yang lalu aku kembali ke Jakarta untuk perpisahan dengan teman terbaikku yang akan kuliah di luar negeri. Memang, waktu berjalan sangat cepat. Bunda selalu bilang untuk menggunakan waktu dengan baik. Ya, bunda benar kali ini aku juga harus menggunakan waktu yang ada dengan baik.
Awalnya bunda sempat melarang untuk pergi ke Jakarta. Namun aku terus membujuk bunda agar mengizinkanku. Akhirnya aku diperbolehkan untuk pergi.
Kini aku harus bersemangat memulai lembaran baru tanpa sosok sahabatku,Risa. Setelah menjalani masa gap year dan mempersiapkan diri dengan baik dia pergi. Aku semakin bertekad kalau aku juga bisa maju dan sukses.
Ponselku berdering ada pesan yang masuk. Kulihat dilayar tertera nama pengirim,Abangku. Dia bilang akan menjemputku jika sudah tiba di Yogya.
Aku tersenyum. Rindu dengan Abang yang selalu ada buatku.Pria dihadapanku mengeluarkan isi tasnya. Tampaknya sedang mencari sesuatu. Aku melihat dia membawa sebuah Al-Qur'an kecil dan juga gantungan tas yang bertuliskan 'Muhammad' dalam bahasa Arab yang dipahat dengan rapi.
Gantungan itu berasal dari kayu yang kemudian dibentuk daun lalu dicat menggunakan pernis. Gantungan unik yang biasanya banyak ditemukan di wilayah Yogya yang terkenal akan kreativitasnya.
Pria itu resah setelah mengeluarkan semua isi tasnya ia tak kunjung menemukan barang yang dicarinya. Ia berdiri lalu menemukan kalau barang yang dia cari telah ia duduki.
Sebuah buku yang ukurannya lebih kecil dari buku tulis mungkin sebuah jurnal. Lantas ia pun kembali duduk dan menulis sesuatu dibuku itu.
Aruna menguap. Rasa kantuk memaksanya untuk tidur meski dia belum ingin tidur karena ingin menikmati suasana kereta yang jarang ia tumpangi. Suara lonceng kereta sangat khas itu membantunya untuk terlelap. Ia sangat menyukai suara itu. Seakan kereta itu akan mengantarnya ke tempat indah yang belum pernah dia kunjungi.
Terdengar suara pemberitahuan kalau kereta telah sampai tujuan. Aruna telah bangun sekitar satu jam yang lalu. Ia bersiap memakai tas ransel dan menenteng barang di tangan kanannya. Ia hendak berjalan turun ke bawah.
Saat aku hendak turun dari kereta aku melihat pria itu membantu membawa barang seorang kakek tua yang pergi sendirian. Kupikir dia hanya baik padaku. Ternyata dia juga baik kepada semua orang.
Tadinya aku sempat berpikir buruk tapi karena melihat tingkahnya yang tidak membeda-bedakan dalam memberi bantuan akhirnya aku pun paham.
Aku selalu dinasihati oleh bunda agar berhati-hati terhadap orang yang baru kita tidak tahu apakah dia punya niat yang baik atau malah sebaliknya.
Aku menjejakkan kaki di stasiun. Semilir angin lembut menyapa wajahku. Kuhirup dalam udara dingin dini hari ini. Yogya memang begini, selalu dingin. Aku mencari keberadaan seorang lelaki yang Menggunakan hoodie hitam dan celana panjang seperti yang disebutkan di dalam pesan.
Seseorang melambaikan tangannya padaku lalu mendekat ke arahku. Aku mencium punggung tangannya dan kami pun berpelukan. Aku terhanyut dalam rasa rindu terhadap saudaraku. Kami berpelukan cukup lama hingga aku melihat ke sekelilingku
Ada apa?
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Gimana kabar kalian? Silahkan enjoy membacanya dan jangan lupa tinggalkan jejak ya
Vote dan comment sangat diperlukan
Kritik dan sarannya juga
Semoga suka ya dengan ceritanya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day, Kekasih Halalku
Teen FictionPernahkah kalian memimpikan cinta kepada dia yang jauh disana? Dia yang selalu kau ucap dalam do'a tanpa tahu namanya. Begitulah yang dialami oleh Aruna. Dia percaya cinta itu ada dan sudah tertulis jauh sebelum dia lahir. Aruna memilih untuk percay...