4. Rutinitas

381 47 2
                                    


Happy Reading


***

Tak terasa waktu liburan sudah habis. Besok harus kembali kuliah dan memulai ulang siklus mahasiswa.
Rasanya berat dan sedikit bosan tapi mau bagaimana lagi begitulah jika punya cita-cita harus bersakit dahulu.

Liburan terasa sangat singkat namun aku menikmatinya meskipun jadwal liburan yang ku buat tidak bisa ku penuhi. Aku banyak menghabiskan waktu dengan tidur dan belajar masak dengan bunda.

Ku nyalakan TV sambil menikmati semangkuk mie ramen instan yang ku beli di minimarket. Perpaduan pedas dan asin sangat enak dan mengunggah selera. Mangkuk itu sudah kosong. Aku mematikan siaran televisi dan duduk di sofa dekat jendela.

Kubuka lembaran demi lembaran novel yang baru ku beli kemarin. Seperti biasa, aku menyetok buku bacaan untuk menghabiskan liburanku. Kulihat jam didinding. Pukul 12.55. Waktu yang cukup banyak untuk membaca novel sambil menunggu adzan ashar.

Semilir angin menyapa wajah dan rambutku menciptakan sensasi menggelitik disana. Deru angin yang sedikit kencang itu membuatku sedikit mengantuk. Aku menguap berkali-kali.

Tak kuasa menahan kantuk, Aruna pun tidur dengan posisi terlentang dengan buku yang terbuka di atas perutnya. Jika ia sadar pasti ia akan membetulkan posisi buku itu karena ia tidak ingin bukunya rusak ataupun tertekuk.

Setelah tidur cukup lama, terdengar suara dering telpon berkali-kali. Ponsel itu berdering tak henti-hentinya. Sepertinya seseorang di seberang sana memerlukan bantuan yang harus sekarang juga.

Aruna tak kunjung bangun. Lama-lama dia merasa terganggu dan mengangkat telpon itu. Alisnya bertaut dengan mulut yang cemberut dia melihat nama yang tertera disana,Vera.

“Assalamu’alaikum ada apa ra?”ucap Aruna dalam keadaan lesu. “Runaaa! Stok makanan ku abis ni gimana dong aku nanti malem makan apa aku ga bisa kelaparan dan telat makan nih nanti sakit magh. Aduhh gimana dong,”ucap Vera dengan penuh kekhawatiran.

Aruna merasa sedikit kesal di telepon dengan masalah yang sepele “Astaghfirullah jadi dari tadi nelpon cuma gara-gara ini? Jawab salam dulu kek,”ucap Aruna.

Aruna yang tadinya dalam posisi duduk kembali merebahkan diri di sofa dengan perasaan jengkel. “Wa’alaikumsalam hehe,”balas Vera tanpa merasa salah sedikitpun.

Aruna langsung dihujani dengan kata-kata kekhawatiran dari Vera yang tak berhenti ngomong seperti sedang ngerap. Hufftt Aruna menghela nafas kasar. Ia selalu mengingatkan dirinya untuk terus bersabar meskipun dia sedikit jengkel dengan sahabatnya ini.

“Ya Allah Ra kamu itu udah dewasa masa ga bisa nyelesain masalah kek gini doang,”ucap Aruna. “Aku ga mau pergi sendiri. Temenin ya?”pinta Vera. Vera minta ditemani belanja sekarang. Tapi karena dua puluh menit lagi ashar Aruna tidak ingin pergi menemaninya. Mereka akan pergi setelah selesai shalat ashar.

Sesampainya di minimarket, Vera langsung memborong banyak keperluannya di keranjang. Maklum anak rantauan,dia harus menyetock kebutuhannya agar tidak repot ke minimarket lagi.

Karena saat sudah masuk kuliah aku sangat sibuk sehingga tidak bisa menemaninya belanja. Vera khawatir pergi belanja sendiri karena dia tidak punya siapa-siapa di Yogya. Hanya aku yang paling dekat dengannya.

One Day, Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang