Happy Reading
***
Aruna pulang dari kampus dengan suasana hati yang gembira. Sepanjang hari dia selalu tersenyum dan sangat ramah kepada setiap orang yang ditemuinya. Hatinya bagaikan pohon sakura yang sedang bermekaran di musim semi. Bagaimana bisa dia tidak gembira jika kemarin dia baru saja ta'aruf dengan seseorang yang mendekati tipenya.
"Udah pulang?"tanya bunda yang sedang duduk menonton televisi.
"Udah Bun" Aruna mencium punggung tangan bunda lalu langsung berjalan dengan cepat menuju kamarnya. Dia hendak membuat biodata agar bisa diberikan kepada Azrial.
Tanpa sempat ganti baju lagi,dia langsung duduk di meja belajar dan mencari kertas untuk menulis. Dia sangat bersemangat hanya sekedar untuk menuliskan biodata itu.
Dia menuliskan biodata lengkap tentang dirinya lalu membuat sebuah surat yang berisi hal lebih rinci tentangnya. Seperti hal yang dia sukai,tempat yang disukai, cita-cita dan lainnya sama seperti yang Azrial tuliskan untuknya.
Aku harus mulai dari mana ya?
Aku terus berpikir hendak menuliskan apa. Aku takut kata-kata yang kutuliskan terkesan lebay dan tidak enak untuk dibaca karena tulisan itu menggambarkan bagaimana orang yang menulisnya. Kamu bisa menemukan jati diri seorang penulis berdasarkan bagaimana cara dia menulis.
Aku menulis disebuah buku bersampul merah muda. Sebuah catatan yang berisi sedikit coretan namun masih banyak yang kosong, bisa dibilang buku itu adalah catatan bermakna karena banyak hal penting yang kutulis disana.
Aku mulai menyusun kerangka surat itu untuk mencegah kesalahan penulisan di surat jadi aku harus menyusunnya dulu agar enak dibaca.
Aku menuliskan surat itu dengan bahasa yang sederhana dan apa adanya karena aku bukanlah seorang penulis yang bisa merangkai kata-kata dengan indah. Aku hanya menuliskannya dengan sederhana seperti apa yang terlintas di otakku. Aku hanya memadukan ide dari otak dan hati. Karena menulis dari hati akan sampai juga kepada hati yang membacanya.
Kunci dari penulisan surat ini adalah yang penting aku jujur dalam mengatakan semuanya tentang diriku. Aku tak perlu berbohong agar disukai. Toh aku juga membutuhkan orang yang menerimaku secara apa adanya bukan ada apanya.
Aku menghabiskan waktu hampir dua jam lamanya untuk menyelesaikan surat itu. Belum lagi aku menulisnya dengan penuh hati-hati karena jika aku menulisnya terburu-buru tulisanku akan jelek dan aku akan sangat malu jika dia melihat tulisanku yang tidak rapi.
Akhirnya selesai juga
Aku meregangkan badanku agar sedikit rileks dan menatap lurus ke depan. Kira-kira bagaimana ya reaksinya nanti? Apakah dia akan tertawa membaca ini?
Aku berpikir antara dia dan aku,kami memiliki banyak persamaan. Aku takut dia berpikir aku mengikutinya hanya agar menarik perhatiannya tapi nyatanya tidak seperti itu. Aku memang menyukai hal yang sama dengannya.
Astaghfirullah hal adzim. Seharusnya aku ga boleh berburuk sangka gini. Astaga dasar aku. Udah lah yang penting kasih aja biodata dan suratnya jadi aku akan merasa lega. Dari kemarin aku selalu kepikiran tentang biodata itu hingga membuatku tidak tenang karena aku punya hutang janji padanya jadi harus segera kukerjakan.
Aku menghempaskan diri di atas kasur empuk berwarna hijau itu dengan posisi terlentang.
Aku masih belum memberitahu Vera tentang ta'aruf ini. Aku terlalu malu untuk mengatakannya. Aku harus bagaimana? Harusnya dia tahu tentang ini. Aku merasa bersalah karena telah menyembunyikan sesuatu darinya. Rey juga belum mengetahui jika aku menerima ta'aruf ini. Aku juga tidak memberitahu Risa,temanku yang berada di luar negeri. Mungkin besok aku akan memberitahu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day, Kekasih Halalku
Novela JuvenilPernahkah kalian memimpikan cinta kepada dia yang jauh disana? Dia yang selalu kau ucap dalam do'a tanpa tahu namanya. Begitulah yang dialami oleh Aruna. Dia percaya cinta itu ada dan sudah tertulis jauh sebelum dia lahir. Aruna memilih untuk percay...