11. Mencoba menerima

213 20 0
                                    

Happy Reading

***

"Na Ada yang mau diobrolin sama kamu,"ucap bunda sambil mendudukkan diri di kasur sebelah Runa. Aruna yang mendengar itu sudah bisa menduga pasti tentang ta'aruf itu. Selang dua hari setelah ustadz itu datang ke rumah, gadis itu selalu berpura-pura sedang sibuk karena tak siap membahas hal ini.

Kini setelah dua hari dan berdo'a meminta petunjuk akhirnya dia siap menghadapi obrolan ini. "Mau ngobrolin apa Bun?"

Ayah pun datang dan ikut duduk di sebelah bunda. Terjadilah diskusi kecil di kamarku. Mereka berdua menatapku dengan senang namun terlihat sedikit sedih.

Ayah mendaratkan tangannya dirambutku. Dia mengelus rambutku dan berkata"Ternyata gadis kecil ayah sudah besar"

Aku tersenyum dan berkata"Iyalah yah masa kecil terus" Gadis itu tertawa.
Orangtuanya tampak sedih setelah mengetahui ada yang mengajaknya serius.

"Sini sayang,"ujar Ibu sambil merengkuhku dan kami pun saling berhadapan dimana aku bersender ditembok.

"Jadi ... Kemarin itu ada yang mengajakmu ta'aruf sayang" Bunda berkata sambil tersenyum.

"Bunda senang mendengarnya. Akhirnya ada seorang lelaki yang berani datang kesini dengan cara yang gentle"

"Siapa Bun?" Aruna berlagak seperti tidak tahu apapun padahal dia sudah mengetahuinya lebih dulu dibanding Bunda karena bunda saat itu sedang ada di pengajian.

"Nak Azrial,"ayah menambahkan. Entah kenapa hatinya berdesir hebat tatkala ayah menyebutkan nama itu.

"Kamu udah lihat kan orangnya? Yang kemarin bertamu kesini,temennya kak Aldi"

"I-iya yah udah lihat"

"Dia bilang suka sama kamu dari saat ketemu di kereta"

Deg!

Hatiku berdebar tidak karuan dan ingin tersenyum dengan lebar namun kutahankan karena ada orang tuaku. Aku hanya menunduk saja dan mengelus hidungku-kebiasaanku saat menahan senyum atau tertawa.

"Nak Azrial ingin mengajakmu ta'aruf. Kira-kira bagaimana?"

"Hmm ... Aruna gak tau yah harus gimana"

Bunda mengelus rambut putrinya. "Gapapa coba jalani aja dulu kan cuma ta'aruf belum tentu menikah"

Aruna hanya bisa pasrah dan mengangguk saja. Sebenarnya dia tidak paham bagaimana dengan perasaannya. Disisi lain dia merasa sedikit senang namun merasa belum siap juga karena umurnya saat ini baru 20 tahun. Baru 2 tahun dia menjalankan kuliah. Tadinya gadis itu ingin bersenang-senang dahulu dengan kawan sebaya tapi sudah diajak ta'aruf duluan. Dia bisa apa?

Disisi lain gadis itu masih penasaran dengan milik suara Ikhwan yang mengaji dibalik pembatas. Suaranya sangat indah dan sudah membiusnya sejak pertama kali mendengarnya ia langsung jatuh hati. Tapi yang menyedihkannya dia tidak tahu siapa orang itu.

Dia bingung harus bagaimana? Hatinya tertaut pada dua orang yang belum pernah dia duga sebelumnya. Rasanya akan menyakitkan jika menikah namun masih memiliki perasaan kepada orang lain. Seharusnya perasaan itu hanya cukup untuk pasangan halalnya saja,tak perlu dibagi rasa.

Setelah orang tuanya menyampaikan hal itu mereka langsung keluar dan memberikan waktu sendiri kepada Aruna. Minggu depan orang tuanya Azrial akan datang.

Hufftt tiba-tiba sekali.

Gadis itu merebahkan diri diatas kasur sambil melihat langit-langit kamar dengan tangan diatas keningnya. Dia tak mengerti bagaimana perasaannya sendiri. Tak lama kemudian dia pun tertidur.

***

Aruna pergi ke kampus seperti biasa. Kali ini dia berangkat bareng Vera. Hari ini dia hanya punya jadwal 2 SKS.

"Jadi kan Ra?"

"Iya jadi tenang aja"

Mereka berjalan menuju cafe and cake tempat favoritnya. Aruna suka berada disini. Tempatnya cenderung penuh warna yang soft yang tentunya menyegarkan mata. Juga makanan manisnya yang mampu meningkatkan mood.

Sesuai dengan janjinya kali ini Vera yang traktir. Aruna boleh makan apa yang dia sukai. Saat sedang asyik-asyiknya makan,netranya menangkap sosok tegap yang memakai baju seragam TNI yang sedang duduk di meja yang tak jauh dariya. Lelaki itu adalah Azrial!

Bisa-bisanya dia ada disini! Ketemu terus kaya penguntit aja.

Jarak dia dan Azrial hanya selang tiga meja. Untungnya lelaki itu tidak menyadari kalau Aruna berada disitu.

Gadis itu makan dengan tangan berada di pelipis kirinya seraya menutupi sedikit wajahnya agar tidak ketahuan.

"Eh Na itu ada ustadz Azrial yang waktu itu! Kita sapa yuk"

"Apaan ga usah Ra!"

"Kenapa? Gapapa kali cuma nyapa doang. Jalin hubungan silaturahmi saja. Kan dia sudah membantu kita" Vera berkata dengan meyakinkan.

"Jangan pokoknya!"

Vera tetap bersikeras ingin berjalan ke arah meja ustadz itu. Aruna mencegat tangannya. "Pliss jangan Ra! jangan gini"

"Kamu itu kenapa sih? Aneh banget"

"Ya udah aku pulang!"

Aruna mengambil tas nya dan hendak berjalan menuju luar tempat itu. Gadis itu merasa sangat malu. Jantungnya berdebar-debar saat ini.

"Jangan Na! Jangan pulang dulu! Ini kan waktu girly kita!"

"Bisa dilakukan lain kali juga"

"Lain kali itu kapan? Kapan lagi kita ada waktu?"

"Ya kapan aja kalo kita ada waktu luang. Sekarang aku mau pulang"

Aruna terus berjalan sampai ke depan toko. Dia merasa dirinya aneh sekali. Padahal gadis itu ingin disana lebih lama lagi hanya untuk menikmati makanan dan mengobrol dengan Vera.

Vera segera menyusul Aruna. Mereka pun pergi dari tempat itu dan menuju ke rumah Aruna karena malam ini malam Minggu dan punya banyak waktu, Vera berencana untuk menginap.

TBC

*Jangan lupa jaga kesehatan
Salam hangat
Ann

One Day, Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang