Happy Reading
***
Assalamu'alaikum. Seorang lelaki bertubuh tinggi dan tegap tengah berdiri di depan rumah Aruna. Bunda yang mendengar itu mempersilahkan tamunya untuk masuk.
Sambil berbincang ringan dengan ayah, Aruna dan bunda sedang menyiapkan makanan dan minuman untuk menyambut tamu mereka.
Lelaki itu masih menggunakan seragam lorengnya karena hari ini dia sedang piket jaga di kantornya. Aruna yang mengintip dari balik tembok merasa sangat gugup melihat Azrial yang terlihat gagah itu. Pertama kalinya dia melihat Azrial memakai baju loreng dan terlihat sangat berwibawa.
"Nih anterin makanannya" Bunda berkata dan menyadarkan lamunan Aruna. "Ga mau Bun, Aruna malu" Aruna tidak ingin mengantarkan makanan itu ke ruang tamu.
"Ini kamu aja yang nganterin masa bunda?"
Aruna menutup kedua wajahnya karena malu.
"Udah gapapa anter aja ke depan ga usah diliat nak Azrialnya"
Aku menarik nafas dalam dan melihat pantulan diri di kaca untuk memastikan penampilanku yang baik-baik saja. Takutnya ada sesuatu yang aneh di wajahku.
Aku berjalan dengan pelan sambil terus menatap ke lantai. Jantungku berdegup sangat kencang saat jarak antara kami tidak terlalu berjauhan yang hanya terhalang satu meja di tengahnya.
"Ini silakan dinikmati makanan dan minumannya"
Aruna berkata dengan sangat pelan sambil menunduk kebawah. "Terimakasih, seharusnya tidak usah repot-repot karena saya hanya kesini sebentar"
Aruna hanya tersenyum menanggapinya. Ia kemudian duduk di samping bunda. "Maaf mengganggu waktunya pak. Saya kemari ingin mengenal Aruna lebih jauh dengan bapak dan ibu sebagai perantaranya"
"Tidak apa-apa silakan datang kemari untuk bersilaturahmi dengan keluarga kami,"ucap Ayah.
"Tanyakan saja apa yang ingin ditanyakan,"lanjut ayah.
"Boleh tau umurnya berapa?"
"Dua puluh kak" Aruna berkata sambil melihat ke arah lain. Tak ingin suasana menjadi canggung, Aruna bertanya balik, kalo boleh tau umur kakak berapa?"
Padahal sebenarnya dia sudah tahu jawabannya tapi karena ngeblank dia tidak tahu harus berkata apa.
"28 tahun"
"Sekarang sedang sibuk apa?"
"Kuliah kak,"jawab Aruna. Sekarang dia mulai merasa sedikit santai.
"Jurusan apa dan dimana kuliahnya?"
"Jurusan FIB di universitas negeri Yogyakarta"
Azrial yang mendengar itu sangat terkejut. Ternyata selama ini mereka sangat dekat tapi tak disadari.
"Prodi apa?"
"Sastra Indonesia"
Azrial ber'oh' saja. "Saya juga kuliah disana, sama seperti kamu tapi ngambil prodi sastra Inggris"
"Ternyata kita satu fakultas ya"
"Iya betul. Fakultas Ilmu Budaya. Tapi kita belum pernah ketemu di kampus ya"
"Iya kak"
"Itu karena saya langsung pulang jika sudah selesai kuliah tidak seperti mahasiswa lain karena saya punya banyak pekerjaan. Tak heran jika saya seringkali dijuluki sebagai mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang)"
Aruna terkekeh mendengarnya. Ternyata dia orangnya asik juga. Ayah dan Bunda ikut menimbrung, " Ternyata kalian kuliahnya barengan ya! Memang ya kalau jodoh ga kemana"
"Ternyata selama ini dekat tapi tidak disadari dan tidak pernah bertemu" ucap Bunda.
"Oh iya ini makanannya. Saya tidak tahu apa makanan kesukaanmu. Maaf kalau tidak sesuai dengan seleramu"
Azrial menyodorkan sebuah kotak yang lumayan besar di depan meja itu. "Gapapa saya suka dengan apa yang kakak bawa, terimakasih. Seharusnya kakak tidak usah repot-repot membawa makanan. Jadi merepotkan"
"Tidak apa-apa, atas keinginan sendiri juga ingin bawa jadi tidak masalah"
"Oh iya apakah kamu sudah membuat biodata?"
Aruna mengangguk dan langsung pergi ke kamarnya untuk mengambil kertas yang telah dia tulis beberapa saat yang lalu.
"Ini kak" tanganku terasa sangat dingin ketika memberikan kertas itu.
"Terimakasih"
Aruna mengangguk dan menahan senyumnya tatkala lelaki itu tersenyum kepadanya.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu"
Setelah bersalaman dengan ayah, Azrial langsung berjalan ke depan dan menaiki mobilnya. Saat hendak melenggang pergi dari tempat itu, Azrial mengucapkan salam dan tersenyum serta memberikan tanda hormat diujung alisnya.
Aku yang melihat itu merasa sangat senang. Rasanya hatiku berbunga-bunga namun kutahan perasaan yang membuat ku gila itu. Rasanya seperti di-apel pacar saja. Eh tapi ga boleh baper dulu masih belum halal. Takutnya bukan jodoh. Sesaat aku merasa sedih saat dia pergi dan berkunjung dengan sebentar. Tapi aku kembali mengingatkan diriku kalau aku tidak boleh mencintai seseorang sebelum waktu yang tepat.
Kalau dia memang jodohku tolong perlancarkanlah urusannya ya Allah~
TBC
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Apa kabar semuanya? Semoga baik-baik saja ya. Mohon maaf baru sempet bikin cerita karena ada kesibukan lain. Ada yang nunggu kah? Terimakasih buat yang udah baca cerita ini. Stay tune ya nanti aku balik lagi dengan ketikan cerita yang in syaa Allah kalian suka
Happy weekend semuanya
Tetap jaga kesehatan ya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day, Kekasih Halalku
Genç KurguPernahkah kalian memimpikan cinta kepada dia yang jauh disana? Dia yang selalu kau ucap dalam do'a tanpa tahu namanya. Begitulah yang dialami oleh Aruna. Dia percaya cinta itu ada dan sudah tertulis jauh sebelum dia lahir. Aruna memilih untuk percay...