34. Malam di kota Bali

201 21 1
                                    

Happy Reading

***

"Kok diem aja sih?" Tanya Azrial.

"Emangnya aku harus gimana?"

"Peluk" Azrial menarik salah satu tangan wanita itu kemudian meletakkannya di sisi kiri pinggangnya.

Gadis itu tampak terkejut dengan gerakan refleks lelaki di hadapannya ini. Dia merasakan seperti ada semacam reaksi tertentu di tubuhnya yang membuat tubuhnya terasa panas dan berdebar-debar. Rupanya udara dingin malam ini tak cukup untuk menetralkan suhu tubuhnya.

Dengan gerak ragu namun pasti, gadis itu mencoba untuk meletakkan sebelah tangannya di pinggang lelaki yang mengenakan kaos berwarna putih yang tertutup oleh jaket denimnya.

"Kaya gini?" Gadis itu mengalungkan kedua tangannya meskipun rasanya masih canggung untuk melakukan hal tersebut mengingat gadis itu biasanya hanya menjadi penonton di film romantis.

"Iyah" jawabnya lembut sambil mengulum senyum yang dapat terlihat dari kaca spion bagian depan motor itu.

Jujur sebenarnya aku penasaran sekali bagaimana rasanya naik motor berdua saat malam hari. Selama ini yang kupikirkan hanyalah raut wajah para pemain di film romantis dengan wajah bahagia mereka. Ya ... Meskipun film rasanya aku bisa ikut merasakan betapa bahagianya sepasang kekasih di film itu.

"Jangan baper ya" Aku menyenderkan kepalaku di punggungnya dan dapat kurasakan aroma tubuhnya yang menusuk Indra penciumanku. Tubuhnya mengeluarkan aroma musk yang memberikan kesan lembut nan elegan yang membuatku nyaman.

Azrial bergeming menerima perlakuan itu. Dalam hatinya berkecamuk rasa bahagia yang membuatnya ingin melompat kegirangan namun karena sekarang sedang berada di perjalanan tidak mungkin baginya untuk melakukan hal itu.

"Udah sampai belum?"

"Belum. A-aku belum menemukan mall untuk nonton bioskop"

Aku tertawa mendengar gelagat gugupnya yang bisa kurasakan di balik punggungnya

"Ya udah engga apa-apa. Gini aja aku udah bahagia kok" Aku mempererat pelukanku. Rasanya nyaman sekali bersandar di punggungnya yang lebar.

Jari tangan yang semula melingkar di pinggang Azrial kini sudah berpindah posisi ke arah dada kirinya. Dapat dirasakan gadis itu jantung lelaki dihadapannya ini berdebar-debar sangat kencang.

Terbersit ide jahil di otaknya untuk mencubit perut lelaki itu.

"Aduh sakit" lirih Azrial sambil mengelus perutnya.

"Eleh. Sakit apa cuma pelan juga" Bela gadis itu sambil tertawa.

"Habis diem-diem aja sih. Serius banget, tumben" lanjutnya.

"Ya kan lagi nyetir Na. Tar ketabrak gimana? Gak lucu kan lagi bulan madu tapi ketabrak"

"Kakak baper ya aku nyender gini?"

Azrial tak merespon pertanyaan gadis itu dan sibuk memperhatikan jalanan. Merasa tak didengarkan gadis itu pun bersungut kesal "Kakak denger gak sih?"

"Emmm apa gak kedengeran" Azrial menolehkan sedikit kepalanya ke arah belakang.

"Kakak baper aku giniin?"

"Eee ... Enggak kok!" Bohongnya untuk menutupi rasa malu.

"Tapi kok jantungnya berdebar terus?"

"Astagfirullah kamu ini lucu banget sih. Ya iyalah berdebar terus, kalo gak berdebar mati dong"

"Ihh. Bukan itu maksudnya. Maksud aku debarannya khas orang jatuh cinta gitu loh. Masa gak paham sih?"

One Day, Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang