The Room [1d]

62 16 27
                                    

Maaf sangat slow update...

Selamat membaca^^

Jangan lupa komentarnya yaa... Hehe:)
_______________________________

"Nora, suka kue red velvet kan?"

Aku mengangguk ketika ditanyai demikian. Lalu kak Lena menjelaskan arti nama ReVe Study Club itu. Katanya, kebetulan kita semua suka kue red velvet. Random memang, tetapi aku jadi paham. Toh, itu semua merupakan kebetulan.

Aku sering diajak bernyanyi oleh kak Windhy. Lalu dibantu mengerjakan tugas oleh kak Irina dan kak Lena. Kalau Dara, biasanya mengajak main.

Dara juga yang sering membujukku untuk membuat akun sosial media. Sudah kubuat, tapi aku tak paham apa yang akan ku-posting di sana. Jadinya ya, tinggal akun kosong.

Masa SMA adalah masa dimana aku tahu, rasanya 'diracuni'. Ya, aku dikenalkan oleh dunia KPop juga. Gila saja, ternyata asik juga genre musik asal Korea Selatan itu. Dan lagi, itu semua ulah Dara dan kak Windhy.

Rasanya, aku sudah bahagia. Punya lima teman dekat, dan anak-anak sekelas yang bisa akrab denganku. Menyenangkan, aku sangat suka punya teman.

Tetapi, ada satu hal yang sedikit mengganggu pikiranku. Kenapa sampai tiga bulan lebih, aku tak pernah tahu ruangan kak Irina ya?

Ya, aku menunggu untuk diajak ke sana. Tapi sampai tiga bulan, aku belum tahu ruangan itu. Hanya itu, informasi yang aku tunggu sebenarnya. Aku merasa dibodohi.

"Di sana, enak sih..."

"Oh ya? Gimana ruangannya?" Waktu itu, aku memang sengaja mengorek informasi dari Dara. Ya, aku harus segera mengetahui ruangannya.

"Biasa aja. Cuma ada meja panjang isi 4 kursi, sama rak buku-buku. Tapi fotogenik sih, hehe.."

Akhirnya kuputuskan untuk mencarinya sendiri.

Aku pernah diam-diam menelusuri sudut-sudut sekolah, barangkali ada yang lupa dikenalkan sewaktu Masa Orientasi. Dan setelah sekian lama menelusurinya, baru aku melihat pintu rahasia itu.

Ada di lorong kecil yang cukup terabaikan keberadaannya. Cukup gelap, auranya sangat berbeda dengan keseluruhan sekolah ini. Di sisi kiri lorong, ada perpustakaan yang terlihat terabaikan.

Ah, baru tahu juga kalau perpustakaan di sekolah ini ada dua. Sepertinya, perpustakaan ini lebih baik disebut dengan gudang. Karena berisi buku-buku paket edisi lama.

Dan di ujung lorong itulah, ada pintu yang terlihat antik.

Lorong ini menghadap ke taman belakang, tempat Gua Maria. Lorong itu, seakan teramat benci cahaya dari luar. Tirai hitam selalu menutupi jendelanya. Jadinya pengap.

Karena jarang ada yang datang ke Gua Maria, kecuali staff cleaning service, lorong itu jadi tak terlihat. Jelas kentara dari luar, kalau ada jendela. Tapi kebanyakan mengira, itu adalah jendela perpustakaan utama yang tertutup rak buku.

Lorong rahasia ini (begitulah aku menyebutnya) tampaknya memang dibuat untuk orang tertentu. Perpustakaan utama ada di ujung lorong panjang lantai dua, letak ruang-ruang kelas sepuluh.

Ada rak yang menempel di dinding belakang. Bagian tengah rak itu bisa dibuka seperti membuka pintu. Ya, tak seberat rak-rak lain rupanya.

Oh, aku pernah membukanya. Dan berakhir masuk ke perpustakaan terabaikan, yang terlihat menyeramkan sehingga aku cepat-cepat kabur.

Namun ternyata, ada pintu yang lain. Ketika kutelusuri dinding luar perpustakaan, ada pintu yang tersamarkan dengan dinding. Kalau kau kesana, mungkin hanya melihat belokan buntu perpustakaan.

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang