Scandal? [1f]

38 12 16
                                    


⚠️ Bully alert!

Happy reading~
____________________________

Semester genap dimulai hari ini. Setelah upacara, kami semua masuk kelas masing-masing. Tetapi belum aku naik tangga, ternyata ada yang tiba-tiba menamparku.

Bukan anak VIP, justru pemimpin kelompok perundungan yang dulu itu. "Apa?!" Bentakku, tak terima kalau aku masih diperlakukan seperti ini.

Bulan-bulan yang lalu aku sudah merasa lega, karena lepas dari mereka semua. Aku kira dengan naik kastaku di tingkat ReVe ini, bisa membuatku tidak dirundung lagi.

"Seret!" Perintahnya lagi. Suasananya aneh, kenapa sehabis upacara malah sangat sepi? Tampaknya, aku masih polos dan bodoh.

Kali itu, aku dibawa ke tempat parkir kendaraan siswa. Satu tonjokan keras menyambut pipiku, lagi. Oh, kenapa suasana ini balik lagi, sih?

"Di rumah kak Irina waktu itu, lo berduaan sama Joshua ya?" Aku bungkam saja. Seharusnya, aku tahu kalau akhirnya akan seperti ini. "Jawab!"

"G-gue? Emang, Joshua dimana?" Terdengar tawa menggelegar di sana.

Satu hantaman lagi tepat di wajahku, sampai bau anyir itu tercium lagi. "Nggak usah sok bego, kamu!"

"Gaby!" Panggil seseorang, jauh dari belakangnya. Itu Joshua, langsung berlari ke arahku. Siapapun deh, semoga aku masih bisa tertolong. Begitu pikirku, pasrah.

"J-Joshua? Jawab aku, dia godain kamu?" Joshua tidak menjawab, hanya berusaha melepaskan kedua tanganku dari pegangan teman-teman Gaby.

Oh ya, baru itu aku tahu namanya Gaby. Dia juga, yang merundungku di hari pertama sekolah dan suka menonjokku. Selama ini mereka berdua berpacaran? Bodohnya, aku baru tahu.

Lalu aku diajak berjalan menjauh dari kerumunan. Tetapi belum jauh langkah kami berdua, pundakku ditarik lagi oleh Gaby. "Lo ngerebut pacar gue?!"

"Gaby! Kita putus!" Bentak Joshua, terlihat emosi. Wajahnya memerah, terlihat jelas rahangnya mengeras.

"Bajingan kamu!" Teriakan Gaby itu masih terdengar jelas, bahkan ketika kami sudah berjalan cukup jauh. Belum lagi isakan histeris, hingga teriakan oktaf tingginya. Telingaku jadi pengang, hanya karena Gaby.

"Lepas." Ujarku, kepada Joshua. Lelaki itu tak menggubrisku, tetap setia menggandeng tanganku. Jujur, aku jadi terenyuh. "Joshua, lepas."

Langkahnya berhenti, membuatku berhenti juga. Bukannya melepas gandengannya, aku malah disandarkan ke tembok. "Ada yang luka? Biar gue bersihin dulu, Nora."

Aku hanya menggeleng. Sebenarnya terkejut, maksud Joshua ini apa-apaan. Aku tidak berniat jatuh cinta padanya, mengingat anak ini pernah ikut menertawaiku.

Senyum manis terlihat di wajahnya. Kalau begini, Joshua terlihat sangat mirip dengan kak Lena. "Mimisan, sayang."

H-hah? Hei, aku tidak salah ketik. Jelas kuingat apa yang dia bilang waktu itu. Pikiranku berhenti mendadak, sambil berkedip-kedip heran. Menyadari apa yang dia bilang, Joshua buru-buru menunduk.

Dia tetap membantuku membersihkan hidung, dengan tisu dari saku celananya. Jujur, aku tak bisa berpikir apapun saat itu. Yang ada di pikiranku adalah, oh, aku mimisan ternyata.

"Maaf, kelepasan." Mendengar demikian, aku malah tertawa kecil. Dia jadi tertawa juga. Kami tak membahasnya lebih lanjut, kemudian masuk kelas bersama.

Bisa kusadari ada tatapan aneh dari Dara, Naya, dan Hendry. Ya, ternyata yang pindah itu Mina.

Tatapan aneh Dara itu, kalau diterjemahkan jadi begini :

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang