Stranger become Friend [1b]

57 16 8
                                    

⚠️ Bully Alert!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ Bully Alert!!

-*•*-

3 hari kemudian, aku benar ke minimarket itu. Memang tidak jelas jam berapa, karena akupun lupa untuk minta nomornya.

Dan ternyata, perempuan cantik dan misterius yang terlihat baik itu sudah di sana. Sedang mengobrol dengan orang berseragam hitam, tebakanku sih itu supirnya.

"Oh, Nora kan?"

Aku mengangguk sambil menghampiri. Ah, kak Irina selalu tampil elegan tak seimbang dengan aku yang terlalu biasa saja. Dia memakai kemeja santai dan celana kulot panjang, sedangkan aku cuma pakai hoodie putih dengan celana jeans pendek.

Kampungan sekali gayaku. Sungguh, sekarang saja aku malu mengingatnya. Atmosferku ini rasanya tidak pantas, kalau harus bersanding dengan perempuan elegan sepertinya.

"Jadi, ini surat keputusannya. Dibuka dulu aja, aku juga kepo.." kak Irina terlihat antusias. Ah, bisa-bisanya dia antusias dengan hasil audisiku. Aku ini, siapanya dia sih?

Kubuka perlahan amplop itu. Aku jadi sangat deg-degan. Kira-kira, lulus nggak ya?

Pertama, kulihat logo sekolahnya. Lalu nama SMA Suryaningrat yang ditulis dengan huruf kapital. Di bawahnya ditulis lengkap ; alamat, e-mail, nomor telepon, faksimile, dan lainnya.

"Kan katanya kamu udah daftar. Jadi ya gampang, tinggal kusebut nama panjangmu."

...dengan ini, anda dinyatakan lulus audisi. Selamat belajar di SMA Suryaningrat.

"WAH! Diterima ya? Syukurlah... Aku ikut senang, hehe!"

Kak Irina berseru demikian, sambil tepuk tangan dan tersenyum. Ah, nasibku di rumah dipikir nanti saja.

"Tapi ini sudah gratis kan?" Kak Irina mengangguk.

"Udah termasuk biaya buku dan peralatan sekolah, seragam, makan siang juga, dan bimbingan belajar. Jadi tenang aja sih."

Aku mengedipkan mataku. Senang sekali aku diterima. Tapi sedikit takut, teringat ibuku. Sudahlah, aku tak peduli.

Di kelahiran berikutnya, aku bisa jadi seperti kak Irina tidak ya? Jangan, nanti aku jadi sombong.

Memikirkannya sekarang, aku jadi miris dengan diriku di masa lampau. Betapa cemburunya aku, melihat orang dengan perekonomian tinggi. Padahal saat ini, mungkin bisa dibilang aku lebih bahagia daripada kak Irina.

"Mau jalan-jalan? Keliling sekolah, yuk.."

-*•*-

Sejak hari itu, aku mulai merasa kalau pertemuan dengan kak Irina itu merupakan berkat dari Tuhan. Ah maaf kalau terasa berlebihan. Tetapi aku pribadi merasakannya.

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang