From : grapepie99@gmail.com
Hmm...
Aku tidak tahu, apakah aku yang pertama kali membalas surelmu atau bukan. Ah, tetapi maaf baru kubalas sekarang—setelah 7 hari lamanya.
Sebagai anggota termuda di geng kita, tentulah diriku ini tidak sopan mengabaikan surelmu.
Betul kan, kak Lena?
Aku minta maaf ya kak. Karena 7 hari kemarin, kesibukanku tiada ujung.
Baiklah, akan kukisahkan cerita kami berdua, aku dan kak Irina. Orang itu, tak mungkin aku lupakan seumur hidup sih.
-*•*-
Jadi, ya, aku Eleanora Kumaratih. Biasanya kalian memanggilku Nora. Dan memang itu nama panggilanku.
Sengaja kusebutkan begini. Karena nama akun Google dan alamat e-mailku bukanlah nama asliku. Aku memakai nama lain, karena ini adalah akun fangirl.
Hehe, maaf ya kak. Lagian, kok kak Lena bisa tahu akun fangirl-ku? Ah iya, hanya ini alamat e-mail yang pernah kuberitahu kalian.
Huh, basa-basiku cukup banyak ternyata.
Entahlah, aku bisa menyebut pertemuan dengan kak Irina itu merupakan takdir, bisa juga kusebut kebetulan. Sebuah takdir, karena pertemuan itu mengubah kehidupanku jadi 'sedikit' lebih beruntung. Kebetulan, karena memang pertemuannya tak disengaja.
Aku rasa, Tuhan memang sangat sayang kepada umatNya. Buktinya, berkatNya itu diberikan secara cuma-cuma lewat segala hal yang tak terduga.
Sampai saat ini, aku masih sangat ingat dengan kakak kelasku si Irina itu. Sayang sekali, dia harus meninggal di usia yang masih sangat muda. Padahal dunia terlalu indah untuk ditinggalkan.
Kadang, aku merasa tidak enak karena buktinya perjalanan hidupku masih berjalan. Ya, kak Irina yang sebenarnya mengubah hidupku jadi lebih baik malah pergi duluan. Sungkan juga kalau dipikir-pikir.
Tapi, kalau aku ikut pergi tentu kak Irina akan sedih kan? Rasanya pasti sia-sia membantuku agar lebih baik, kalau aku tetap pergi duluan.
Oh tunggu, kuceritakan sekarang saja tentang awal pertemuan kami. Semuanya itu, berawal dari sini.
Aku lahir di sebuah keluarga. Cukup besar, namun kondisi perekonomiannya meresahkan. Ayah harus luntang-lantung banting tulang dan bekerja serabutan, sedangkan ibuku membuka warung kecil agak jauh dari rumah.
Aku itu, memiliki mimpi yang cukup besar. Menjadi penyanyi terkenal. Tapi, tampaknya mustahil. Aku tidak ada koneksi apapun, bakatku juga sejak kecil belum tersalurkan. Oh, kecuali bertugas Paduan Suara dan menyanyikan pujian di gereja.
Ya, tentu saja tersalurkan sebagai persembahan wujud syukur. Tapi, tidak menghasilkan cuan samasekali. Dan lagi, sebenarnya selama ini apanya yang aku syukuri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Piece
Fanfiction"Kalian percaya, kalau Irina itu mati bunuh diri?" Ini adalah cerita tentang Irina, teman kami, yang meninggal tiba-tiba setelah acara perpisahan sekolah. Tidak jelas alasannya, ternyata ada surat bunuh diri. Namun, kekacauan kami bukanlah karena...