Budayakan vote dan berkomentar🦋
Semoga kalian tahu bagaimana cara menghargai seorang penulis🌹
🥀🥀🥀
Menghempas tubuhnya ke ranjang, Sinb tidak percaya kalau ketiga kakaknya akan bersikap abai kepada dirinya. Padahal, Sinb menghilang selama tiga hari tanpa kabar barang sedikit pun. Namun, tidak satu pun ada yang sudi mencarinya, mereka memang berusaha, tapi ketika tidak mendapat hasil malah memutuskan untuk berhenti saja.
"Ibu, Ayah, kenapa mereka seperti ini?"
Menghembuskan napas berat, tiba-tiba Sinb merasa lapar. Dia beranjak, dia harus mengisi perutnya dan meminum obat. Bagaimana pun, rutin minum obat bisa memulihkan Sinb dari rasa sakit ketika tiba-tiba kepalanya kambuh.
Dengan hati-hati Sinb membuka pintu kamar, dia mencari keberadaan ketiga kakaknya sebelum dia akan pergi ke dapur. Karena tidak melihat satu pun tanda-tanda kehidupan itu, Sinb memutuskan untuk lanjut melangkah.
Berdiri di ambang anak tangga, ketika kakinya siap melangkah Sinb mendadak urung. Dia ingat bagaimana hari itu tubuhnya berguling hingga berakhir sempurna di bawah sana. Tidak ada yang memperdulikannya, karena saat itu keadaan sungguh jauh dari kata baik-baik saja.
Untuk pertama kalinya Sinb merasa takut turun dari tangga, mungkin ini efek dari peristiwa nahas itu. Peristiwa yang membuat dia mengalami cedera otak cukup parah.
Tangannya memegang kuat-kuat pegangan tangga, keringat dingin membasahi keningnya. Sinb baik-baik saja saat naik ke atas, tapi ketika turun dia seolah tidak bisa menahan gejolak ketakutan ini. Napasnya memburu, Sinb sesak saat melihat anak tangga yang dipijaknya itu.
Brukh!
Sinb mendudukan dirinya, dia menelan ludah dengan susah payah.
"Eo-eonie deul," panggil Sinb kalut.
Namun tidak ada yang perduli, mau tidak mau Sinb memaksa karena perutnya harus diisi. Setelah hal menyakitkan itu berlalu, Sinb menghembuskan napas lega, mulai menstabilkan napasnya yang tak beraturan itu. Sinb menggelengkan kepalanya, dia tidak pernah menyangka akibatnya akan sampai sejauh itu.
"Tidak apa-apa, Sinb!" kata Sinb memberi semangat pada dirinya sendiri.
Sinb menyeka keringat dingin yang membasahi keningnya, dia pun melanjutkan langkah untuk pergi ke dapur. Dan terhenti begitu saja. Sinb tak bisa melanjutkan langkah ketika melihat ada tawa lepas di sana, tawa yang telah hilang ketika bersama dirinya.
Di sana, Krystal menerima banyak kasih sayang dari kedua kakaknya. Sama-sama sakit, tapi Krystal justru mendapatkan perhatian lebih baik daripada Sinb. Ini tidak adil, tapi bagaimana pun Sinb telah dicap buruk oleh ketiga kakaknya. Tidak ada tempat lagi untuknya ikut serta, seolah ia sungguhan telah didepak.
"Tidak, jangan iri!"
Sinb menggeleng, dia kemudian masuk ke area ruang makan yang terletak tidak jauh dari dapur. Dia berjalan abai, membuat tawa itu terhenti karena kehadirannya. Memang benar, Sinb telah kehilangan tawa itu.
Membuka rak yang menyimpan ramen, mungkin ini akan lebih mudah bagi Sinb. Menyalakan kompor, memanaskan air siap untuk merebus ramen kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Sister Too
Fanfiction[COMPLETED] "Tidak, aku tidak pernah mengharapkanmu." Jessica Jung "Jangan menatapku seperti itu, Sialan!" Yoona Jung "Pergilah!" Krystal Jung "Berhenti seperti ini, karena aku juga adikmu~" Sinb Jung [01-08-21] #2 in Sibling [02-08-21] #1 in SNSD [...