Mendapati jawaban yang mengenakkan hati dari Bundanya alhasil ia segera berlalu untuk menghampiri Bulan kembali. Di kasur Bulan mentap polos saat ia menghampirinya.
Gryffin segera duduk di kasur tepatnya bersebelahan dengan Bulan, jaraknya pun sangat minim. Kepala Bulan sengaja disenderkan di pundak Gryffin, tangan mungilnya menggenggam tangan kekar Gryffin.
"Apin?" panggil Bulan sangat pelan, tapi masih terdengar olehnya.
Ia menoleh lalu menjawab, "Kenapa?"
"Tunangan itu apa?"
Alih-alih Gryffin mendadak gugup seketika, mengingat ia mengucapkan itu tadi ternyata terrekap di benak gadis ini. ia kira Bulan tidak akan menanyakan hal ini.
"Bukan apa-apa," balasnya singkat.
"Tadi kenapa kamu bisa keluar mobil?" tanya Gryffin mengganti topik pembicaraan.
Mendengar tuturan barusan, Bulan langsung mengubah posisinya menilik sekilas pupil Gryffin yang memandangnya serius. Bulan memeluk Gryffin dengan erat seraya membenamkan kepala di dada Gryffin.
Melihat posisi Bulan yang berubah, Gryffin langsung menyahut, "Jangn gini, nanti kepalanya sakit ...."
"Enggak kok," balasnya pelan.
"Tadi ada yang masuk ke mobil Apin ... Mereka bilang aku harus keluar dari mobil, aku gak mau keluar karena Apin bilang jangan keluar, tapi mereka malah dorong aku, jadi badan aku sakit."
Gadis betubuh pendek mulai bercerita tentang kejadian yang menimpanya. Telinga Gryffin dipasang dengan tajam sehingga tidak ada kata yang terlewat dari mulut Bulan.
Bulan mendongak, menatap Gryffin dari bawah dengan mata penuh genangan air.
"Aku langsung keluar karena takut, terus aku cari kamu sampe-sampe ada yang narik rambut aku terus ja--di banyak orang ...."
Dengan susah payah Bulan bercerita, napasnya terengah-engah kala menahan tangis.
Tuturan yang begitu memilukan menerpa gendang telinga Gryffin, tangannya langsung bergerak peka mengusap surai hitam dengan sangat lembut. Namun, usapan lembut itu berakhir dengan rambut yang mulai rontok sehingga terjerat di tangan Gryffin.
Melihat beberapa helai rambut Bulan yang tertinggal di tangannya, ia langsung berujar, "Kepalanya sakit banget? Rambutnya sampe rontok."
Di dalam pelukan Bulan mengangguk samar.
"Kapala aku jadi pusing, aku gak mau ketemu mereka lagi!" pekiknya sedikit terdengar marah.
Dekapan tadi semakin erat sehingga kedua insan itu semakin menempel tidak ada jarak lagi di antara keduanya.
"Maaf ...."
Hanya kata itu yang bisa diucapkan oleh Gryffin, sedari tadi hatinya terasa kelu sama-sama merasakan sakitnya yang dirasakan oleh Bulan. Namun, ia tidak memperlihatkan bagaimana isi hatinya.
Gadis itu malah menyengir lebar seraya menatap Gryffin.
"Gak apa-apa, itu juga salah aku kok karena aku mau ikut Apin terus, tapi nanti aku bakal bisa sendiri," jelasnya, tapi tidak dapat dimengerti oleh Gryffin.
Gryffin mengernyitkan dahinya heran. "Maksud?"
"Iya, nanti aku bisa ke mana-mana sendiri, ngelakuin semuanya sendiri tanpa Apin. Aku cuman butuh waktu untuk semuanya dan aku gak bakal nyusahin Apin lagi!" balasnya senang.
Gryffin menggeleng seakan-akan menolak apa yang diucapkan Bulan barusan.
"Enggak, Lo gak nyusahin gue. Justru gue seneng bisa ketemu lo, cuman gue belum bisa menyesuaikan aja, tapi gue lagi berusaha." Gryffin menjeda ucapannya, lantas berkata kembali, "Dan ... Jangan pernah merasa menjadi beban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Teen FictionGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...