Lorong rumah sakit diterobosdengan secepat kilat, matanya terus menelisir ke sana ke mari berharap gadis itu ada di sekitar rumah sakit. Saat tahu Bulan hilang dari ruang rawat, tentu saja Gryffin panik meski kondisi Bulan sudah cukup membaik.
Kejadian seminggu yang lalu, sangat terngiang-ngiang di otaknya. Ia takut Bulan kenapa-kenapa, sungguh ia khawatir.
Gryffin mengacak rambutnya kasar. "Lo di mana Bulan...," lirihnya sangat pelan.
Di lain tempat, Akbar dan Wawan baru saja menghabiskan gorengannya. Mereka berdua akan kembali ke ruang rawat Bulan, tidak lama mereka pun masuk ke ruang rawat Bulan.
Kedua ya disuguhkan pemandangan seorang wanita yang sedang menangis, Ariana.
"Bun kenapa?" Reflek mereka berdua bertanya secara bersamaan.
Ariana malah semakin menangis saat mendengar pertanyaan itu, lantas mereka pun mendekat lalu bertanya secara perlahan.
"Ada apa, Bun? Kenapa nangis?" tanya Wawan terlihat sangat khawatir.
Di sela senggukan Bunda menjawab, "K--alian ca--ri Bu--lan, B--ulan hilang."
"HILANG?!" beo mereka secara bersamaan.
"Kok bisa Bun?"
"Jangan banyak cingcong, buruan kita cari si Bulan!" semprot Akbar pada Wawan.
Wawan pun mengangguk. "Bun, kita cari Bulan dulu. Bunda jangan nangis, Bulan pasti baik-baik aja!" pamit Wawan lalu segera berlari keluar ruang rawat.
Di depan ruang rawat Bulan mereka berdiskusi singkat.
"Wan lo ke kanan, gue ke kiri. Nanti kita ketemu di sini lagi!" perintah Akbar dan dibalas anggukan oleh Wawan.
Keduanya pun langsung berlari menelusuri lorong rumah sakit.
"Herman gue, tuh anak ilang-ilangan mulu." gerutu Akbar sembari berlari.
oOo
Ada seorang pemuda yang terus mengikuti seseorang yang berada di depannya dengan menggendong seorang gadis. Ia tidak ingin gegabah karena takut gadis itu, terluka kembali.
Laki-laki yang diuntit sama sekali tidak curiga ada seseorang yang mengikutinya sejak tadi. Kemudian pemuda tersebut menengok ke kanan dan ke kiri, lalu masuk ke dalam mobil hitam legam.
Ia duduk di mobil dengan gadis itu duduk di pangkuannya, sudah sejak tadi gadis itu menangis dan sekarang tangisan semakin keras serta kedua tangannya mendekap erat laki-laki tersebut.
Salah satu tangan laki-laki tersebut mengusap lembut surai hitam legam milik Bulan, sembari mengecup pelan.
"Maaf," lirih pemuda itu dengan netra berkaca-kaca.
Tangisan Bulan semakin kencang kala mendengar suara itu, suara yang selama ini ia rindukan.
"Maafin Kakak, Sayang...."
"K--akak...." lirih Bulan nyaris tidak terdengar.
Puncak kepala gadis itu, berkali-kali ia kecup nyaris tidak terhitung. Ia hampir putus harapan untuk mencari gadis ini, adiknya.
Sebenarnya tadi ia salah masuk ke dalam ruangan. Namun, Tuhan memang maha baik dengan ketidak sengajaannya masuk ke dalam ruangan tersebut, ternyata Tuhan mempertemukan mereka berdua.
Sehingga usahanya mencari Bulan, tidak sia-sia karena sekarang gadis itu sudah berada di dekapannya, ia tidak akan membiarkan gadis itu sendirian lagi.
"Ikut Kakak, ya?" bujuknya dengan penuh kelembutan.
Samar-samar Bulan menggeleng kecil di dekapannya, kemudian Reyhan, Kakaknya Bulan memejamkan matanya sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Teen FictionGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...