Bukan hanya bola saja yang melayang, tapi sepatu Akbar yang masih baru pun ikut melayang ke udara. Jangan diragukan lagi kemampuan Akbar, nyata bukan bola melesat jauh entah ke mana, tapi sepatunya mendarat di kepala salah satu guru yang tidak memiliki rambut, alias botak.
"Ya Allah! Itu sepatu gue kena pala guru, gila! Bisa-bisa dapet masalah nih gue!" raut wajah Akbar benar-benar mengkhawatirkan.
Sementara yang lain masih terdiam di tempat dengan menahan tawa saat melihat Pak Warman tengah kesakitan.
"Alah siah Bar!" Tangan kanan Wawan digesekan di lehernya seolah mengatakan Akbar akan mati detik itu juga
Akbar menelan ludah susah payah kala Pak Warman mulai menghampiri lapangan. "Harus kabur ini mah!"
Akbar mengicir lari dengan sekuat tenaga, Gryffin tegelak melihat itu di waktu yang bersamaan bel berbunyi membuat semuanya heran seketika.
"Lah? Jam segini kok udah bel pulang?" celetuk Surya bertanya-tanya meminta jawaban.
"Bener! Padahal ini waktu masih panjang!" celetuk Gryffin yang sama-sama penasaran.
"Anak-anak bapak yang tecinta, silakan kembalikan bolanya ke gudang. Hari ini belajar hanya setengah hari karena guru ada rapat mendadak!" jelas Pak Wawan menggelegar mampu terdengar hingga ke sudut sekolah.
"Serius nih Pak? Ini beneran pulang?!" salah satu teman Gryffin bertanya.
"Iya, sekarang kalian pulang. Tolong beritahu yang lain ya," ungkapnya lalu Pak Dadang pergi memasuki kantor.
"Asik! Gue bisa nyantey nih di rumah!" pekik Wawan.
Sementara di tepi sana, tepatnya di koridor Yolanda memekik girang ia berencana untuk pulang bersama Gryffin. Jika ia meminta langsung pada Gryffin sudah pasti pemuda itu akan menolaknya.
Jadi, ia segera saja menghampiri parkiran bersama dayang-dayangnya yang selalu setia bersamanya. Ia berjalan menuju arah tempat di mana mobil hitam pekat milik Gryffin mendarat.
Ia tersenyum lebar. "Eh mau ke mana nih, Bos?" tanya Syara penasaran.
"Kalian pulang bareng gue! Naik mobil calon suami gue!" pekiknya girang.
"Gas Bos! Kita gak bakal nolak tumpangan!" Mesya terkekeh renyah.
Ia sudah berada di samping pintu mobil milik Gryffin, ia hendak membukanya. Namun, ia melihat ke sekeliling memastikan Gryffin tidak melihatnya masuk ke dalam mobilnya.
Yollana mengode untuk segera masuk secara diam-diam, saat ia membuka pintu lalu langsung duduk diikuti oleh kedua antek-anteknya. Ketiga gadis dengan wajah menor belum menyadari ada seseorang di dalam mobil itu.
Saat Yollana akan memasang sabuk pengaman, Syara berkata, "Bos! Itu siapa?" Syara menyadari akan kehadiran Bulan.
Mendapat tuturan seperti itu, Yollana menoleh ke samping menilik seorang gadis yang tengah tertidur dengan tenang. Wajah Bulan terlihat jelas, tidak ada masker yang menutupi wajahnya.
Tangan Yollana mengguncang kasar bahu Bulan. "Heh! Bangun!" sentaknya, sang empu dibuat mengerjap beberapa kali.
Netra Bulan terbuka lebar, ia seperti kaget dan takut terpadu melihat seseorang yang asing berada di sampingnya tanpa sepengetahuan dirinya.
"Ka--mu siapa? Ke--napa ada di sini?" lirih Bulan bertanya pelan.
Yollana memutar bola matanya malas. "Seharusnya gue yang tanya lo! Ngapain lo lancang masuk mobil suami gue?!"
Terlihat dari raut wajah Bulan yang ketakutan saat ini, ia memerlukan Gryffin secepatnya. "A--ku disuruh di sini sama Apin," jawabnya dengan suara bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Подростковая литератураGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...