Bulan tampak celingak-celinguk menunggu kedatangan Gryffin yang tak kunjung datang, ia melihat ada beberapa orang yang memakai baju sama dengan Gryffin.
Sehingga ia terkecoh melihat mereka, tak lama pandangannya tertuju pada seseorang yang mulai menghampirinya, dia Gryffin. Lelaki itu membawa kantung keresek berukuran cukup besar.
Saat Gryffin masuk mobil, Bulan memekik, "Asik Makan!"
Pemuda itu hanya tersenyum sembari menyodorkan kantung keresek itu. "Nih makan, kalo laper ambil aja. Inget jangan keluar!" Gryffin berucap dengan tegas.
Bulan mengangguk paham. "Apin liat!" Telunjuknya mengarahkan pada beberapa orang yang berjalan di sekelilingnya.
"Kenapa?" tanyanya spontan.
"Baju Apin sama kaya mereka," tuturnya lugu.
"Ya iyalah, 'kan mereka satu sekolah sama gue!" tandasnya.
Pemuda berbusana putih abu berinisiatif untuk membuka nasi kuning yang terbungkus kertas nasi. Ia membukanya sedikit saja dan meminta Bulan untuk memakannya.
Raut wajah Bulan berubah kala melihat nasi itu. "Ih! Nasinya mirip Ee aku warnanya kuning!" jeritnya, tapi tidak terdengar hingga keluar.
"Eh pamali! Masa nyamain nasi sama berak!" decitnya cepat.
"Ini enak?" tanyanya saat mulai mengambil alih nasi kuning tersebut.
"Enak! Cobain aja. Gue mau ke kelas dulu, sepuluh menit lagi gue masuk. Nanti gue bakal ke sini lagi pas istirahat," pamitnya mulai beranjak keluar.
Tangan Bulan dilambaikan sebagai tanda perpisahan. "Dadah Apin!"
Menanggapi itu, Gryffin hanya tersenyum tipis.
Punggung Gryffin perlahan menghilang dikikis oleh jarak tanpa sadar Bulan berkata,"Aku sayang Apin ...."
oOo
Sekitar satu jam yang lalu, pembelajaran sudah berlangsung. Hari ini Gryffin tidak terlalu fokus untuk belajar, yang ada di benaknya hanya ada Bulan. Sedari tadi ia memikirkan gadis itu terus menerus sampai-sampai beberapa kali ia bengong.
Gryffin mengacungkan tangannya lalu berkata, "Pak! Saya izin ke toilet dulu."
Pak Hatcim mengangguk. "Silakan, jangan terlalu lama di kamar mandi!"
Gryffin mengangguk paham, lantas ia segera keluar kelas sembari berlari-lari kecil. Sebetulnya ia hanya alasan saja ke kamar mandi, tujuan utamanya untuk ke parkiran menemui Bulan tentunya.
Saat ia membuka pintu mobil, di detik yang sama Bulan terbangun. Baru saja ia akan terlelap, tapi dikejutkan dengan suara pintu mobil yang terbuka.
"Pusing?" tanya Apin memastikan.
Bulan menggeleng kecil. "Aku bingung harus apa, nunggu Apin lama banget!" Bibirnya dikerucutkan terlihat lucu di mata Gryffin.
Kekehan kecil terdengar dari pemuda yang berperawakan jangkung. "Gue belum selesai belajarnya, ini juga gue izin mau ke toilet, tap--"
Kring! Kring! Kring!
Mendengar bel berbunyi Gryffin berujar, "Nah tuh belnya bunyi. Sekarang waktunya istirahat," balasnya.
"Rotinya abis?" tanya Gryffin merasa perutnya keroncongan.
Tangan kanannya segera menyodorkan kantung keresek pada Gryffin. "Enggak, aku tadi makan nasi, minum terus makan roti yang rasanya asin!" ungkapnya jujur.
"Asin? Perasaan gue gak pesen roti isinya ikan asin," elaknya dengan heran.
"Nih yang ini!" Tangan Bulan mengambil sepotong roti yang belum ia habiskan karena rasanya kurang mantap di lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Teen FictionGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...