Di sepanjang perjalanan Bulan terus menatap sang Kakak, meski banyak pemandangan indah yang dilewati ia lebih memilih objek paling dirindukan.
Tentu saja Reyhan tersenyum manis menatap adik kecilnya. "Kenapa dari tadi liatin, Kakak terus?" tanya Reyhan dengan netra terfokus ke jalanan.
"Mau peluk!" pintanya tanpa keraguan.
Reyhan menggeleng kecil. "Gak mau ah, Bulbul bau!" tolaknya terkekeh pelan.
Netra Bulan sedikit memicing. "Ngga kok, aku gak bau. Aku sering mandi!" semprotnya dengan wajah galak.
"Yaudah sini duduk," pinta Reyhan menepuk salah satu pahanya, kemudian Reyhan memelankan kecepatan mobil hingga Bulan duduk di pangkuannya.
Bulan tersenyum senang. Kali ini kebahagian berpihak kepadanya, nyaris tidak nyangka ia bisa bertemu kembali dengan Kakaknya.
Siklus hidup memang seperti itu, jika sakitnya hidup luar biasa maka hikmahnya pun demikian.
"Kakak kita mau ke mana?" tanya Bulan seraya memainkan telunjuknya di dada pemuda itu.
Mendengar itu, Reyhan mengusap pelan puncak kepala Bulan. "Kita ke Kostan Kakak dulu, ya? Untuk sementara kita tinggal berdua dulu sampai kondisi rumah bener-bener membaik."
Bulan mengangguk kecil, kemudian ia terus membuat gambar abstrak di dada Reyhan hingga menit-menit kemudian ia tertidur pulas.
oOo
Sesampainya di apartemen Reyhan membaringkan Bulan di kasur, lalu menyelimuti tubuh Bulan hingga batas lehernya, tidak lupa di kedua sisi tubuhnya ditambahkan guling supaya Bulan tidak terjatuh ke bawah kasur.
Ia mengecup pelan puncak kepala Bulan seraya menghela napas lega. "Akhirnya gue bisa tidur nyenyak, Sekarang Bulan aman sama gue," gumamnya lalu segera berbaring di sofa.
Matanya menatap langit-langit kamar, tanpa sadar meneteskan air mata. Ia benar-benar bahagia hari ini, beruntung Bulan ditampung oleh orang-orang baik seperti keluarga Gryffin.
Reyhan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengungkapkan rasa terimakasih kepada keluarga Gryffin, intinya Reyhan benar-benar hutang budi pada mereka semua.
Tentunya Reyhan tidak akan melupakan kebaikan itu, ia pasti mengingatnya.
oOo
Hembusan angin masuk ke dalam kamar secara perlahan dari jendela yang terbuka, setelah selesai mandi Gryffin terduduk lesu di kasur sembari mengeringkan rambutnya.
Ia melihat barang-barang sekelilingnya, mencoba mengingat ke beberapa bulan yang lalu, ingatannya terus berputar saat-saat di mana ia masih bersama Bulan, gadis yang tidak sengaja ia temukan di hutan.
Pupil matanya menatap Boneka gadis itu, yang sengaja ditinggalkan. Bulan tidak membawa barang apapun karena memang sejatinya, Bulan tidak memiliki apapun selain boneka panda tersebut.
Sejenak Gryffin memejamkan matanya. "Kadang lo emang bikin gue kesel, Bul. Tapi baru beberapa jam lo tinggalin, gue udah kangen banget," gumamnya pelan.
Kemudian ia menatap ke sampingnya, menatap boneka yang tergeletak di kasur, lalu mengambilnya sambil mengingat-ngingat masa-masa manis dengan gadis itu.
"Argh! Gue bisa gila karena lo!"
oOo
Pagi hari sudah tiba, jalanan sudah mulai ramai dipenuhi dengan kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Reyhan sudah terbangun sejak 30 menit berlalu, ia menyiapkan berbagai hal untuk sarapan serta membereskan beberapa barang yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
JugendliteraturGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...