32. Bertemu Untuk Terakhir Kalinya [End]

12.2K 1.2K 142
                                    

Amarah wanita itu seketika mereda ketika melihat tanda lahir di pundak gadis itu, lututnya terasa lemah dan mulut pun kaku untuk berkata.

"Re--y, ja--"

"Iya, Ma. Ini Bulan, bukan pacar Reyhan," jelas Reyhan masih berusaha menenangkan gadis itu.

Wanita paruh baya itu langsung menghampiri adik kakak tersebut dengan pupil yang berkaca-kaca.

Tubuhnya gemetar dengan dada yang menggebu, langkah gemetar mengantarkan wanita tersebut ke samping Reyhan.

Wanita tersebut duduk, diwaktu yang sama air mata menetes, perasaan campur aduk serta merasa bersalah karena ia tidak sempat menemani tumbuhnya gadis itu dikarenakan kondisi yang memang tidak baik.

oOo

"Ini Mama, Sayang...." lirih Erna, ibunya Reyhan dan Bulan.

Kedua tangan Erna terlentang lebar, berharap Bulan bisa menerimanya meski ia bisa dikatakan jahat, jahat karena situasi yang membuatnya tidak bisa bersama-sama dengan anak gadisnya.

Reyhan mengusap puncak kepala Bulan, gadis itu tengah duduk di pinggir kasur dan begitupun Reyhan yang terus berdempetan dengan Bulan.

"Itu Mama aku?" sahut Bulan pada Reyhan, pemuda tersebut mengangguk.

"Aku punya Mama aja? Kenapa gak kaya Apin, Apin punya Ayah jug--a," tanyanya lagi dengan sedikit rasa terkejut.

Lantas wanita yang Berstatus ibu dari gadis itu, segera mendekap Bulan erat. Wanita tersebut mengatakan banyak permintaan maaf  hingga tersiak menangis.

oOo

Kehangatan dari keluarganya membuat kebahagian untuk Bulan, akhirnya ia tidak sendirian lagi dan tidak perlu takut sendirian.

Akhirnya ia bisa bersama dengan keluarganya sendiri, sama seperti anak pada umumnya. Rasa bahagia yang dirasakan Bulan benar-benar tidak bisa didefinisikan.

Reyhan beserta kedua orang tuanya dan juga adiknya sedang berkumpul di kosan, kedua orang tua Bulan memutuskan untuk menginap di kosan Reyhan untuk menghabiskan waktu bersama Bulan dan putranya.

"Kak ini udah malem, ayo tidur!" pinta Bulan dengan mata sayu yang mengantuk.

Mama Bulan tersenyum manis. "Bulan tidur sama Mama aja, ya?" pintanya.

"Tapi aku mau tidur sama Kakak juga," ujarnya merajuk.

Ayah Bulan mengusap puncak kepala putrinya

"Gak boleh tau, udah gede gak boleh tidur bareng-bareng. Sama Mama aja, ya tidurnya?" bujuknya dengan penuh kelembutan.

Rupanya sifat Ayah Reyhan menurun pada Putranya, pemuda itu juga memiliki sifat yang sangat lembut terutama pada adiknya sendiri.

Kemudian Bulan menyengir lebar saat menanggapi ucapan Ayahnya, lalu ia segera mendekap pria tersebut.

"Iya, Ayah." ucapnya terlihat lucu di mata mereka.

Lantas Ayah mencubit kedua pipi Bulan. "Anak Ayah gemesin banget, ya? Ayo ah tidur!" serunya sambil menggendong Bulan menuju ke kamar.

"Ih Yah! Kita tidur bareng-bareng!" pekik Reyhan.

Melihat Reyhan menampakkan kekesalan Bulan tersenyum manis. "Dadah Kakak! Aku terbang!" ujarnya sangat bahagia.

Mama menghampiri Reyhan, mengusap pundaknya yang kokoh. "Ayo kita tidur sama-sama, ini momen yang langka."

"Iya, Ma."

Mereka pun berjalan ke kamar yang hanya ada satu kamar, akan tetapi kamar tersebut terbilang cukup besar.

"Makasih ya, Sayang. Udah jagain Bulan, kamu Abang yang bertanggung jawab," ucap Bunda tulus di sela langkahnya menuju kamar.

Tiga Semprul & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang