Bulan tengah tertidur pulas di gendongan Gryffin. Dengkuran halus terdengar teratur dari napasnya. Sedari tadi Gryffin melewati perjalanan yang sangat panjang.
Kini Gryffin sudah berada di pekarangan rumahnya, badannya terasa pegal karena harus menahan beban di belakang dan di depan tubuhnya.
Meski demikian tubuh Bulan tidak seberat yang ia pikirkan, malahan lebih berat tasnya yang berisikan perlengkapan camping.
Gryffin memasuki rumahnya, ia hidup sendiri di rumah mewah nan megah ini karena orang tuanya sudah pindah ke rumah baru.
Ia lebih nyaman tinggal di rumah lamanya. Jadi, Gryffin meminta izin pada orang tuanya supaya ia hidup dengan mandiri tepat di rumah ini.
Namun, kini ia kedatangan seorang gadis yang tidak jelas asal-usulnya. Ia harus siap diperbincangkan oleh tetangga sebelah yang mulutnya pedas, karena berani membawa seorang gadis ke rumahnya.
Saat berada di ruang tengah, Gryffin membangunkan Bulan. Bulan pun terbangun, ia menatap ke sekelilingnya yang terlihat asing.
"Ini di mana?" tanyanya pada Gryffin.
"Ini rumah gue. Turun dulu, Bul. Gue mau bersiin badan dulu, Lo duduk aja di sini," pinta Gryffin, lalu menurunkan Bulan tepat di sofa yang empuk.
Bulan pun tidak menjawab, ia hanya menurut saja, kemudian Gryffin pergi ke lantai dua. Baru saja Gryffin menaiki anak tangga, seseorang di sana mengeluarkan suara.
"Apin, jangan lama ...." pintanya lembut, membuat Gryffin pun menoleh.
Gryffin tersenyum tipis seraya mengangguk.
Hinga beberapa saat Gryffin sudah hilang dari pandangan Bulan. Bulan menilik ke kanan dan ke kiri, ia takjub dengan isi rumah yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Bermenit-menit kemudian, Gryffin pun datang menghampiri Bulan yang tengah mengurut kakinya sendiri. Pemuda itu, segera menghampiri Bulan.
"Masih sakit?" tanyanya.
Bulan mengangguk samar. "Ininya sakit." Gadis itu, menunjuk di bagian mata kakinya.
Gryffin pun berinisiatif untuk memijat kaki Bulan, ia menerka bahwa Bulan keseloeo atau cedera yang tidak terlalu parah. Ia berjongkok dan memegang kaki Bulan yang terasa sakit.
Perlahan ia mengurutnya dengan penuh perasaan, gadis itu tampak meringis merasakan nyeri. Sebelumnya Gryffin sering membantu salah satu sahabatnya yang terkena cedera saat bermain Futsal. Maka ini bukan pertama kalinya ia mengurut kaki orang.
"Aw! Apin, sa--kit ...." ringisnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Gryffin terus fokus dengan apa yang ia lakukan. "Tahan dulu, ya? Gak bakal lama kok."
"Pelan-pelan," pintanya. Gryffin pun mengangguk.
Selang beberapa menit, akhirnya pijat-memjiat pun selesai. Bulan pun berkata bahwa kakinya cukup enakan, tidak sesakit tadi.
"Mandi dulu gih! Gue siapin baju dulu, gak apa-apa 'kan pake baju gue dulu?" tanyanya.
Bulan pun mengangguk. "Gak apa-apa," balasnya.
Kemudian ia mengantar Bulan ke kamar mandi yang berada di dekat dapur, tepatnya di lantai bawah. Gryffin mengantar Bulan sampai pintu kamar mandi.
Handuk berwarna pink muda disodorkan pada Bulan yang hendak masuk ke dalam kamar mandi.
"Ini anduknya, jangan lama. Soalnya gue mau beli perlengkapan lo!" tuturnya.
"Iya, Apin. Dadah ...." Bulan mengibaskan tangannya ke kanan dan ke kiri saat hendak menutup pintu kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Semprul & Bulan
Teen FictionGadis tanpa identitas ditemukan oleh pemuda tampan di tengah-tengah hutan dengan keadaan menangis. Gryffin terpaksa harus membawa gadis lugu itu pulang bersamanya. "Apin aku boleh ikut?" "Boleh, asal jangan bandel!" __________________________ "Ap...