17. Perjodohan

17.2K 1.6K 1.1K
                                    

Semenjak semalam, kedua insan itu ketiduran dengan keadaan seranjang. Kini malam sudah berganti dengan mentari pagi, langit membiru dihiasi awan-awan.

Gryffin melenguh, tanda terbangun dari tidurnya. Cahaya mentari mampu menganggu ketenangan tidurnya, ia memutuskan untuk bangun.

Sedari tadi Bulan berada di dekapan ya dalam waktu sepanjang malam, pantas saja ia sangat nyenyak. Ia merongoh saku celananya, lalu membuka handphone miliknya.

Layar Handphone yang menyala menyadarkan Gryffin, kini sudah pukul 08.35 yang berati ia sudah telat masuk sekolah. Di layar handphone menunjukan beberapa kali Bundanya menelpon.

Saking nyenyaknya tidur bahkan Gryffin tidak sadar Bundanya menelpon hingga tiga belas kali. Kali ini ia memutuskan untuk tidak sekolah, lagian jam segini pintu gerbang sudah ditutup.

Benda pipih yang sempat ia genggam disimpam di nakas. Ia melirik Bulan yang tengah tertidur dengan wajah memerah, Gryffin pun tidak tahu mengapa wajah gadis itu seperti terbakar.

Ia memberanikan diri mengusap pipinya yang terdapat beberapa helaian surai menutupi wajah cantiknya. Ia tidak bisa berkata-kata untuk menjelaskan kecantikan gadis itu.

Dirasa-rasa suhu tubuh Bulan kembali hangat, Gryffin mencoba untuk membangunkan Bulan.

"Bulan ... Bangun yuk! Udah siang," ujarnya lembut.

Beberapa detik kemudian Bulan terganggu dengan usapan halus di pipinya, ia membuka matanya yang terasa rapat. Matanya melihat wajah Gryffin dengan sendu.

Ia hendak bangkit, tapi kepalanya serasa memutar serta pandangannya pun sedikit kabur. "Kepala a--ku sakit," lirih Bulan pelan.

"Tunggu di sini dulu, jangan ngapa-ngapain ... Ak--gue bikin sarapan dulu," pinta Gryffin sembari mengusap surai hitam legam yang nampak acak-acakan.

Hampir saja ia salah dalam berucap, lalu ia beranjak bangkit dari kasur. Ia memutuskan untuk ke kamar mandi terlebih dahulu, setelah menyelesaikan ritualnya akan melanjutkan pada kegiatan lain.

oOo

Diperkirakan sekitar setengah jam Gryffin menyelesaikan segala kegiatannya. Kini waktunya Bulan untuk mengisi perutnya, ia baru ingat kemarin gadis itu tidak makan apa-apa.

Pantas saja tubuhnya kembali lemah, bisa dikatakan bulan gampang sakit sepertinya imunnya tidak kuat.
Langkah kakinya terus berjalan menuju kamar Bulan.

Tepatnya di depan pintu, Bulan hanya senderan di kepala kasur sembari celengak-celinguk. Gryffin langsung mendaratkan bokongnya di kasu empuk itu, lalu menaruk nampan di nakas.

Ia mengambil piring yang berisikan sarapan pagi Bulan. "Masih pusing?" tany Gryffin khawatir.

Bulan mengangguk lemah. "Makan dulu, ya?" bujuk Gryffin sangat lembut.

Lagi dan lagi Bulan hanya menurut dengan apa yang dikatakan oleh pemuda di depannya. Satu suapan baru saja masuk ke dalam mulut kecilnya. Sebetulnya Bulan belum mencuci muka, tapi wajahnya tetap cantik di mata Gryffin.

Disela mengunyah nasi di mulutnya, Bulan bertanya, "Boli mana?"

Gryffin menyahut heran, "Boli? Boli siapa?"

Bulan cemberut, bibirnya sedikit ke depan.

"Kucing aku!" jawabnya singkat.

"Dia di rumah Bunda, kemarin gue bawa dia ke sana buat nemenin lo, tapi lo malah ikut ke sekolah," tuturnya sembari memberi suapan untuk kedua kalinya.

Raut wajah Bulan sedikit sedih mendengar itu, namun mulutnya masih setia menguyah bahkan pipinya terlihat mengembung.

"Kenyang," lirih Bulan pelan.

Tiga Semprul & BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang